Jumat, 20 September 2019

Kemalingan

Kemalingan   

Aku pernah beberapa kali (yang tidak terlalu sering), kemalingan. Kemalingan artinya harta atau milik kita diambil orang lain secara tidak sah. Contohnya pengalamanku ketika pada suatu hari kehilangan sepatu. Ya, sepatu. Terjadinya di mushala di tempat parkir menara Kuningan, tempat aku bekerja. Waktu itu ada acara bazar bakti sosial ibu-ibu istri karyawan. Acara itu berlangsung sampai sore di dekat pelataran parkir. Istriku ikut berpartisipasi. Karena ada kesibukan di luar kantor di hari yang sama, aku tidak sempat shalat asar di awal waktu. Kembali ke kantor sudah menjelang jam bubaran kantor. Karena akan langsung pulang bersama istriku, aku shalatlah  di mushala di lapangan parkir itu. Masih ramai di sekitar itu pada waktu itu. Sesudah selesai shalat, ternyata sepatuku sudah tidak ada. Hilang lenyap. Artinya sudah diambil orang......

Kejadian kedua juga di lapangan parkir bangunan yang sama. Satu ketika, waktu aku mau pulang kantor, mobilku yang baru bergerak sedikit akan meninggalkan tempat parkir mengeluarkan bunyi aneh di bagian belakang. Aku berhenti dan turun untuk memeriksa. Ternyata bunyi aneh itu berasal dari besi penyangga ban serap yang jatuh ke tanah. Ban serapnya sudah hilang. Mobil Mitsubishi Kuda itu ternyata tidak mempunyai pengaman tambahan untuk ban serap.

Itu cerita kemalingan di luar rumah. Rumah dimasuki maling juga pernah kami alami.

Yang pertama terjadi di awal tahun delapan puluhan di Balikpapan. Rumah yang disediakan oleh perusahaan (disewakan perusahaan di tengah kota) baru saja kami minta dimodifikasi sedikit untuk membuat pintu tembus ke kamar anak-anak. Ketika itu istriku sedang hamil anak kami kedua. Rencananya, anak pertama kami akan disuruh tidur terpisah sebelum adiknya lahir. Sesudah pekerjaan perombakan kecil itu dilakukan, rumah itu dibobol maling persis di kamar anak-anak. Untungnya pintu ke kamar kami di kunci dari kamar kami. Tidak ada yang mendengar ketika maling itu membobol tralis jendela kamar anak-anak. Kami baru sadar ketika pembantu membuka pintu kamar itu di pagi hari dan mendapatkan keadaan centang perenang di dalamnya. Tidak banyak yang diambil maling karena kamar itu hanya berisi pakaian yang baru diseterika dan koper kosong di lemarinya. 

Yang lebih parah adalah yang terjadi di rumah kami di Jatibening beberapa bulan yang lalu. Komplek kami ini memang terasa kurang aman sejak beberapa tahun terakhir. Sudah beberapa buah rumah yang digasak maling. Hebatnya, maling itu bekerja di siang hari bolong. Padahal komplek ini dijaga oleh beberapa orang petugas keamanan. Selama ini rumah kami aman-aman saja. Bahkan pernah aku tinggal selama hampir dua bulan, ketika aku mengunjungi anakku nomor dua di Perancis, dan rumah ini dijaga oleh anak bungsu kami (yang siang hari bekerja di kantor). Alhamdulillah tidak terjadi apa-apa. 

Sesudah hari raya Aidil Fitri rumah ini juga kami tinggal selama dua minggu. Aman saja. 

Di awal bulan Juli yang lalu kami ke kampung. Seperti biasa penjagaan rumah kami titipkan ke seorang karyawan anakku di kantornya yang sudah beberapa kali kami percayakan menunggui rumah. 

Kemalingan terjadi dua hari sebelum kami kembali dari kampung. Pada saat kami masih santai-santai berwisata di kampung (ada dua orang cucu yang ikut dengan kami) anak sulung kami yang tinggal di sebelah rumah di Jatibening menelepon memberi tahu kabar buruk. Rumah kami baru saja dibobol maling. Kejadiannya siang hari sebelum waktu zuhur. Menurut tetangga kami ada orang yang mengucapkan salam assalamu'alaikum berulang-ulang di depan rumah kami siang hari itu. Rupa-rupanya salam itu sebagai penguji ada tidaknya orang di rumah. 

Si mang yang menjaga rumah kami yang mula-mula tahu ketika dia melihat pintu masuk rumah terbuka. Waktu itu dia akan ke mesjid untuk shalat zuhur.

Pintu masuk itu dicongkel. Maling masuk ke kamar kami dengan merusak pintu kamar. Si mang yang sedang di kamarnya di belakang rumah tidak mendengar apa-apa. 

Maling itu sukses besar. Dia menggondol kotak pengaman (safety box) berisi perhiasan emas istriku, dua buah laptop dan Ipad.  Di dalam safety box juga disimpan BPKB kendaraan kami dan beberapa lembar uang dollar. Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun...    

Meski kisah ini cukup getir, alhamdulillaah beberapa hari kemudian, ada orang datang mengantarkan BPKB mobil. Kisah ini akan kutulis terpisah....

****  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar