Sabtu, 08 Desember 2012

Imam

Imam

Beberapa tahun yang lalu, calon menantuku berkomentar, 'Sudah tiga kali saya ikut shalat di mesjid ini pas kebetulan oom terus yang jadi imam.' Aku tidak menanggapi komentarnya itu. Beberapa pekan kemudian setelah dia resmi menjadi menantuku, dan dia ikut lagi shalat berjamaah di mesjid dia berkomentar lagi, 'Kayanya di mesjid ini papa (sekarang dia memanggilku papa) sering jadi imam, ya.' Kali ini aku jawab. 'Saya memang dijadikan imam oleh jamaah mesjid ini.' Dia terheran-heran. 'Dijadikan imam bagaimana maksudnya,' tanyanya lebih jauh.

Lalu aku jelaskan bahwa kami melakukan pemilihan imam di mesjid ini. Ada beberapa orang kandidat. Ada juri, seorang ustad dari luar komplek. Ada pemilihan oleh jamaah. Sebelumnya ada usulan dari fihak jamaah siapa-siapa saja yang sebaiknya dijadikan imam di mesjid. Maka diusulkan beberapa nama. Mulanya diusulkan agar mereka-mereka yang diusulkan tersebut bergantian jadi imam. Ada pula yang mengusul agar imam utama cukup satu orang. Kalau dia berhalangan baru digantikan oleh imam kedua. Jika imam pertama dan kedua berhalangan digantikan oleh imam ketiga. Begitu seterusnya. Juri, yang adalah seorang ustad yang rutin memberi ceramah di mesjid mengingatkan agar pemilihan imam ini didasarkan kepada kemampuannya menjadi seorang imam seperti yang dijelaskan Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam. Yang terbaik dan terbanyak hafalannya, jika dua orang sama bagusnya, yang lebih menguasai sunnah, jika sama juga, yang lebih dahulu jadi penghuni komplek. Jika ternyata sama juga, yang lebih tua. Begitu kira-kira kriteria dalam memilih calon imam.

Alhamdulillah, kami ikuti seperti itu. Maka terpilihlah imam satu sampai imam nomor lima. Dan imam-imam itu tidak tampil bergantian melainkan berdasarkan kehadiran masing-masing sesuai nomor urut. 

Dengan cara seperti itu aku terpilih jadi imam mesjid lebih sepuluh tahun yang lalu. Alhamdulillah tidak pernah ada masalah. Aku memikul tugas jadi imam itu sebagai amanah. Di mesjid kami tidak ada honor atau imbalan untuk imam. Selama aku tidak pergi kemana-mana dan tidak punya uzur, aku selalu berusaha hadir untuk shalat di mesjid. Dan selama ini berjalan aman-aman saja. 

Beberapa bulan ini, cucu kembarku mulai pula memperhatikan bahwa selalu saja aku yang jadi imam di mesjid. Mereka pun bertanya, 'kok imamnya inyiak terus?' 

Yang membahagiakanku adalah pemberitahuan dari cucu-cucuku itu bahwa mereka juga sudah pernah jadi imam di sekolah. Dan bunda mereka, puteriku menggumamkan doa; Rabbana hablana min azwaajina wa dzurriyyatina  qurrata a'yun waj'alna lilmuttaqiina imaaman.  (Wahai Rabb kami! karuniakanlah kepada kami pasangan kami dan anak-anak kami yang jadi penyejuk mata dan jadikanlah kami menjadi imam bagi orang-orang yang bertaqwa.) 
Inilah foto Muhammad Rafi Auliya menjadi imam.......

                           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar