Sabtu, 04 Agustus 2012

Budaya Baru - Berbuka Besama

Budaya Baru - Berbuka Besama

Mungkin bukan benar-benar baru. Mungkin diawali pada mulanya dengan mengundang teman atau karib kerabat berbuka puasa, ke rumah kita. Karena bukankah memberi ta'jil, pembuka puasa kepada orang yang tengah berpuasa, maka yang memberi itu akan mendapatkan pahala sebesar pahala orang berpuasa tanpa mengurangi pahalanya sendiri sedikitpun? Artinya hal itu merupakan amalan yang sangat baik.

Lalu, ketika kita tinggal di kota besar, bertemunya hanya di tempat kerja alias di kantor, sementara tempat tinggal yang satu di Bekasi, yang satu lagi di Depok. Maka orang berinisiatif untuk mengajak kerabatnya berbuka bersama. Dicari tempat yang netral antara Bekasi dan Depok. Bahkan dicari (lebih afdal lagi) tempat yang ada dekat mesjid atau paling kurang mushalanya, untuk melaksanakan shalat maghrib berjamaah, shalat isya berjamaah sesudah berbuka bersama itu. Insya Allah yang begini masih elok-elok sajalah, sejauh yang menyangkut pemeliharaan ibadah di bulan Ramadhan. Kalau sudah shalat isya berjamaah, shalat tarawih bisalah dilakukan sendiri nanti di rumah.

Kebiasaan berbuka bersama ini ternyata semakin marak. Seperti ada yang kurang kalau antara teman sejawat sekantor, sesama kuliah atau siapa saja tidak membuat acara buka berasama. Tempatnya bisa dimana saja. Kalau kantor cukup besar, ada ruangan pertemuannya, biasanya acara dilakukan di kantor. Kalau tidak, berbuka bersama bisa dialihkan tempatnya ke restoran terkenal. Bisa juga ke hotel terkenal yang punya restoran terkenal.

Lebih hebat lagi, acara berbuka bersama ini rupa-rupanya telah menjadi acara lintas agama. Seorang pimpinan kantor yang bukan Islam menyelenggarakan acara berbuka puasa bersama untuk bawahannya  yang beragama Islam. Hal seperti ini bahkan bisa terjadi di tingkat Kementerian, Undangan Berbuka Bersama dari pak Menteri Fulan yang padahal adalah seorang bukan Muslim. 

Apa saja acaranya? Yang paling banyak, ada yang dilengkapi dengan shalat maghrib berjamaah kalau tempatnya tersedia. Sesudah itu makan / berbuka bersama. Sambil bercengkerama, berbincang-bincang ke hilir ke mudik. Sesudah itu, sesudah selesai makan minum dan kekenyangan, biasanya acara itu selesai. Pesertanya boleh pulang ke rumah masing-masing. Di mana shalat isya? Uruslah masing-masing. Kebanyakan nanti saja di rumah. Begitu pula shalat tarawih, kalau masih termasuk yang rajin mengerjakannya. Karena banyak juga yang tidak terlalu perduli dengan shalat tarawih karena menganggapnya kan sunah saja.

Tentu saja ada yang lebih buruk. Yang ternyata di dekat tempat acara itu tidak ada mushala. Jadi? Ya sudah, shalat maghribnya nanti saja, dijamak. Masya Allah.... Padahal, jika mereka memahami sabda Rasulullah shallalahu 'alaihi wa sallam yang mengingatkan bahwa; 'Barangsiapa yang menegakkan shalat di bulan Ramadhan dengan dasar iman dan penuh keberhati-hatian, niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.' 

Seandainya kita tahu keutamaan bulan Ramadhan ini. Dan seandainya kita termasuk yang dipanggil oleh Allah sebagai orang-orang yang beriman untuk melaksanakan ibadah di bulan Ramadhan. Mudah-mudahan kita lebih berhati-hati.....

*****

             

1 komentar: