Masuk Islam Karena Melihat Shaf Kaum Muslimin
Rabu 9 Rejab 1433 / 30 Mei 2012 08:12
DALAM sebuah tayangan acara televisi di Saluran TV Majd, “Satu
Keluarga”, Dr. Yahya sebagai penceramahnya kala itu, dengan lantang
mengatakan bahwa umat Muslim itu memang tidak pernah teratur, dan yang
dibutuhkan umat Muslim adalah satu keyakinan untuk dapat melakukan suatu
aksi.
Lantas beliaupun menceritakan satu kisah seseorang Amerika Non-Muslim
yang memperbincangkan tentang Islam seraya menyaksikan sebuah program
Live (siaran langsung) di sebuah channel lain.
Seorang warga Amerika merasa sangat kagum dengan dengan kerumunan
orang-orang di Masjidil Haram. Ada lebih dari 3 Juta orang pada waktu
itu yang berkumpul untuk shalat Isya di malam terakhir bulan Ramadhan. Kondisinya sangat ramai dengan kerumunan orang-orang yang saling hilir mudik tidak beraturan.
Lalu Dr Yahya bertanya kepada orang Amerika tadi: “Menurut Anda,
berapa lama waktu yang dibutuhkan supaya orang orang itu bisa baris
dengan rapi?”
Orang Amerika itupun menjawab: “Dua sampai tiga jam.”
Dr Yahya menyatakan: “Itu Masjidil Haram mempunyai 4 tingkat.”
Si Amerika pun menjawab: “Kalau begitu butuh waktu dua belas jam.”
Sang Da’i pun kembali menjelaskan: “Mereka yang Anda lihat di TV itu
datang dari negara berbeda dan juga berbeda bahasa antara satu dengan
yang lainnya.”
Kembali orang Amerika itu menyanggah: “Wah, kalau begitu mereka sama sekali tidak mungkin bisa dibariskan.”
Akhirnya waktu shalat itupun tiba dengan tanda bunyinya suara Iqamah.
Tampak Sheikh Abdur-Rahman as-Sudais (Imam Besar Masjidil Haram)
berdiri di posisi paling depan seraya berkata : “Istawuu,” yang artinya
“Luruskanlah shaf / barisan kalian masing-masing”.
Maka berdirilah jutaan jama’ah tersebut dalam shaf-shaf atau barisan
yang tersusun menjadi rapi, dan membutuhkan waktu tidak lebih dari dua
menit.
Warga Amerika tadi terperanjat dengan argumennya sendiri yang
dipatahkan oleh kenyataan yang ada di depannya. Dipandanginya layar TV
sejenak, dan kemudian ia mengucapkan syahadat.
[sa/islampos/facebook]
****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar