Begini Bentuk-bentuk Riya’ Terselubung
Selasa 16 Safar 1436 / 9 December 2014 11:19Oleh: Abu Abdilmuhsin Firanda Andirja, MA
SYAITAN tidak berhenti berusaha menjadikan amalan anak Adam tidak
bernilai di sisi Allah. Diantara cara jitu syaitan adalah menjerumuskan
anak Adam dalam berbagai model riyaa’. Sehingga sebagian orang “kreatif”
dalam melakukan riyaa’, yaitu riyaa’ yang sangat halus dan terselubung.
Diantara contoh kreatif riyaa’ tersebut adalah :
Ke-1. Seseorang menceritakan keburukan orang lain, seperti pelitnya
orang lain, atau malas sholat malamnya, tidak rajin menuntut ilmu,
dengan maksud agar para pendengar paham bahwasanya ia tidaklah demikian.
Ia adalah seorang yang dermawan, rajin sholat malam, dan rajin menuntut
ilmu. Secara tersirat ia ingin para pendengar mengetahui akan amal
ibadahnya.
Model yang pertama ini adalah model riya’ terselubung yang terburuk,
dimana ia telah terjerumus dalam dua dosa, yaitu mengghibahi saudaranya
dan riyaa’, dan keduanya merupakan dosa besar. Selain itu ia telah
menjadikan saudaranya yang ia ghibahi menjadi korban demi memamerkan
amalan sholehnya.
Ke-2: Seseorang menceritakan nikmat dan karunia yang banyak yang
telah Allah berikan kepadanya, akan tetapi dengan maksud agar para
pendengar paham bahwa ia adalah seorang yang sholeh, karenanya ia berhak
untuk dimuliakan oleh Allah dengan memberikan banyak karunia kepadanya.
Ke-3: Memuji gurunya dengan pujian setinggi langit agar ia juga
terkena imbas pujian tersebut, karena ia adalah murid sang guru yang ia
puji setinggi langit tersebut. Pada hakikatnya ia sedang berusaha untuk
memuji dirinya sendiri, bahkan terkadang ia memuji secara langsung tanpa
ia sadari. Seperti ia mengatakan, “Syaikh Fulan / Ustadz Fulan…luar
biasa ilmunya…, sangat tinggi ilmunya mengalahkan
syaikh-syaikh/ustadz-ustadz yang lain. Alhamdulillah saya telah menimba
ilmunya tersebut selama sekian tahun…”
Ke-4: Merendahkan diri tapi dalam rangka untuk riyaa’, agar dipuji
bahwasanya ia adalah seorang yang low profile. Inilah yang disebut
dengan “Merendahkan diri demi meninggikan mutu.”
Ke-5: Menyatakan kegembiraan akan keberhasilan dakwah, seperti
banyaknya orang yang menghadiri pengajian, atau banyaknya orang yang
mendapatkan hidayah dan sadar, akan tetapi dengan niat untuk menunjukkan
bahwasanya keberhasilan tersebut karena kepintaran dia dalam berdakwah.
Ke-6: Ia menyebutkan bahwasanya orang-orang yang menyelisihinya
mendapatkan musibah. Ia ingin menjelaskan bahwasanya ia adalah seorang
wali Allah yang barang siapa yang mengganggunya akan disiksa atau
diadzab oleh Allah.
Ini adalah bentuk tazkiyah (merekomendasi) diri sendiri yang terselubung.
Ke-7: Ia menunjukkan dan memamerkan kedekatannya terhadap para
dai/ustadz, seakan-akan bahwa dengan dekatnya dia dengan para ustadz
menunjukkan ia adalah orang yang sholeh dan disenangi para ustadz.
Padahal kemuliaan di sisi Allah bukan diukur dari dekatnya seseorang
terhadap ustadz atau syaikh, akan tetapi dari ketakwaan. Ternyata
kedekatan terhadap ustadz juga bisa menjadi ajang pamer dan persaingan.
Ke-8: Seseorang yang berpoligami lalu ia memamerkan poligaminya
tersebut. Jika ia berkenalan dengan orang lain, serta merta ia sebutkan
bahwasanya istrinya ada 2 atau 3 atau 4. Ia berdalih ingin menyiarkan
sunnah, akan tetapi ternyata dalam hatinya ingin pamer. Poligami
merupakan ibadah, maka memamerkan ibadah juga termasuk dalam riyaa’.
Inilah sebagian bentuk riyaa’ terselubung, semoga Allah melindungi
kita dari terjerumus dalam bentuk-bentuk riyaa’ terselubung tersebut.
Tidak perlu kita menuduh orang terjerumus dalam riyaa’ akan tetapi
tujuan kita adalah untuk mengoreksi diri sendiri.
Hanya kepada Allah-lah tempat meminta hidayah dan taufiiq.
****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar