Senin, 29 Februari 2016

Sabar Dalam Menerima Musibah

Sabar Dalam Menerima Musibah 

Ini adalah sebuah cerita....   

Seseorang bercerita mengadukan penderitaan yang dialaminya. Mencurahkan isi hatinya atau curhat istilah orang sekarang. Dia kecewa berat karena berkali-kali dizhalimi suaminya, bahkan akhirnya diceraikan dan diusir dari rumah. Dia berulang-ulang mengatakan betapa menyesalnya dia mau dinikahi laki-laki itu beberapa belas tahun yang lalu. Derita seperti itu memang sangat mengenaskan. Tapi apa daya? Apa yang harus diperbuat?

Aku mengingatkannya untuk bersabar dan bertawakkal kepada Allah. Apa yang sudah terjadi itu adalah ketetapan Allah. Itulah yang disebut takdir. Yang merupakan salah satu rukun iman kita sebagai seorang Muslim. Tidak baik menyesali takdir ketika dia sudah terjadi. Penyesalan yang tidak akan ada gunanya. Dia menyesal mau dinikahi oleh laki-laki itu, padahal selama belasan tahun itulah kenyataan dalam hidupnya. Menjadi istri laki-laki tersebut. Mungkin selama mereka hidup berumah tangga banyak pula pengalaman buruk yang dialaminya. Tapi sekali lagi itulah takdir. Kita boleh berusaha, dalam menetapkan pilihan kita sebelum seseorang menjadi pasangan hidup, tapi setelah pilihan itu dijatuhkan, maka itu menjadi ketetapan Allah yang harus diterima.  

Perceraian memang adakalanya tidak dapat dihindari. Karena setelah bergaul beberapa lama jadi kelihatan watak asli dari masing-masing. Ketika perbedaan-perbedaan itu muncul dan tidak disikapi dengan kesabaran dan kebijakan memang sangat mudah meledakkan emosi. Menimbulkan pertengkaran. Yang pada gilirannya berakhir dengan saling tidak suka, bahkan jadi saling benci. Dan terbukalah pintu perceraian.

Tapi sangat tidak bijak mengatakan,  aku menyesal. Coba dulu aku tidak menerima lamarannya. Apakah waktu menerima lamarannya dulu itu tidak ada pertimbangan sebelum menyatakan bersedia jadi istrinya? Lalu, siapa yang bisa menjamin bahwa kalau bukan dengan dia tidak akan terjadi masalah? Tidak akan timbul kekecewaan? Bahkan mungkin saja terjadi hal yang lebih buruk.

Jadi bagaimana harus bersikap? Ya, bersabar. Memohon kepada Allah agar diberi kekuatan. Diberi kesabaran. Sambil merenung apa kesalahan kita sehingga terjadi ujian seperti ini. Tidak mungkin kita tidak punya andil sehingga musibah ini terjadi. Tidak ada salahnya memohon kepada Allah. Kiranya Allah mengganti dengan pasangan yang lebih baik. Yang lebih serasi.  

****                        

Jumat, 26 Februari 2016

WhatsApp

WhatsApp      

Kita menjadi saksi kemajuan alat komunikasi yang cukup pesat. Dalam waktu beberapa tahun belakangan, telah kita lalui masa-masa bercengkerama menggunakan email, dengan Yahoo Messenger melalui computer di rumah atau di tempat bekerja. Dengan hape mula-mula kita bisa saling berbagi pesan singkat (sms) yang dapat kita lakukan di manapun kita berada. Kemudian datang BlackBerry memperkenalkan BBM alias blackberry messenger. Setiap pengguna BlackBerry dapat saling bertukar informasi dan bahkan saling mengirim gambar atau video. Kehebatan BBM adalah orang dapat membuat perkumpulan atau grup untuk saling berbagi informasi, namun hanya terbatas untuk sesama pengguna hape BlackBerry. Lalu datang pula Whatsapp yang lebih luas penggunaannya karena tidak tergantung dengan satu merek perangkat hape saja. 

Dengan menggunakan Whatsapp kita bisa membuat grup yang anggotanya bisa sampai ratusan orang. Semua anggota bisa terlibat dalam berbagi informasi secara langsung. Dan grup-grup ini tiba-tiba bermunculan dengan sangat subur. Cukup satu orang yang mengawali pembentukannya, mengundang nomor-nomor hape kawan-kawan untuk bergabung. Ada grup sesama saudara. Ada grup teman sekantor, teman sekampung, alumni sekolah, anggota arisan (ibu-ibu), jamaah mesjid, teman sesama hobi dan grup-grup lain. Kita lalu mempunyai kumpulan beberapa grup di satu hape. Masing-masing anggota dari tiap grup itu seolah-olah berpacu-pacu mengirim berita, gambar, video. Umumnya yang dibagikan adalah berita yang dicomot dari sana sini atau istilahnya dicopy-paste, sehingga tidak jarang gambar atau video yang sama kita terima beberapa kali dari beberapa grup yang berbeda.  

Budaya copy-paste ini menjadikan banyak orang tiba-tiba jadi (seperti) ustadz, yang rajin mengirimkan mutiara hadits, tafsir ayat-ayat al Quran, nasihat-nasihat bijak. Ini tentu sesuatu yang sangat baik. Dan akan jauh lebih baik lagi ketika yang mengirimkan postingan seperti ini telah lebih dahulu memahami dan mengamalkan isi kajiannya. 

Tapi sebaliknya ada pula yang rajin berbagi gambar atau video yang tidak pantas. Bahkan ada yang mencampur-baurkan kedua jenis postingan seperti di atas. Postingan (kiriman) pertamanya tentang pengajian dan nasihat kebajikan tapi kemudian disusul dengan kiriman gambar lucah. 

Yang tidak kalah serunya adalah saling bergurau melalui Whatsapp. Saling ledek-ledekan, saling berbagi cerita lucu, saling bernostalgia. Semua tentu sah-sah saja.  Adakalanya kita dimasukkan ke dalam grup yang ternyata kemudian tidak cocok bagi kita. Dalam hal seperti ini kita bisa keluar dari grup tersebut dengan mudah.

Ternyata kebiasaan berwhatsapp-ria ini bisa jadi candu. Ada orang yang sangat aktif dalam berkomunikasi dengan grupnya sehingga waktunya benar-benar tersita untuk mengirim dan membalas postingan, sejak dari subuh sampai hampir tengah malam. Sesuatu yang berlebih-lebihan tentu tidak baik. Seyogianya kita gunakan fasilitas kemajuan teknologi ini dengan tepat dan seperlunya.

****              

Selasa, 23 Februari 2016

Hidup Adalah Pilihan

Hidup Adalah Pilihan  

Inilah pokok pengajian kami pada hari Ahad ba'da subuh kemarin dengan ustadz Rahmat Abu Bakar dari Pesantren An Nahl. Kita selalu punya pilihan dalam hidup, tinggal apakah kita membuat pilihan yang tepat atau tidak. Apakah kita membuat pilihan untuk jangka pendek, jangka panjang atau jangka paling panjang. Jangka pendek mungkin dengan hanya memilih memikirkan hari besok sementara hari sesudah besok biar bagaimana nanti. Yang penting hanya untuk hari esok saja. Pilihan jangka panjang adalah mentargetkan sesuatu sampai batas waktu tertentu. Misalnya memikirkan bagaimana caranya agar bisa meraih kenyamanan dalam kehidupan. Sedangkan mengambil pilihan untuk jangka paling panjang adalah mempersiapkan segala sesuatu untuk kehidupan dunia dan akhirat.

Menetapkan pilihan itu perlu arahan dan bimbingan. Kita mengarahkan anak-anak kita untuk mempersiapkan masa depannya. Dan kita dahulu diarahkan oleh orang tua kita. Setiap manusia berselancar dalam arung kehidupannya. Umumnya setiap orang akan hanyut sesuai dengan arahan yang dipersiapkan orang tuanya sejak awal, meski ada juga yang keluar dari arahan tersebut kalau Allah berkehendak. Seorang anak yang dipersiapkan untuk menjadi seorang pemain musik, dileskan piano, atau gitar klasik dan sebagainya, tentunya akan berkembang menjadi seorang pemain musik dalam kehidupannya.

Apakah menetapkan pilihan itu hanya dipersiapkan ketika kita masih muda saja? Ternyata tidak. Kita boleh menentukan pilihan sampai akhir hayat kita. Kita bebas memilih antara akan mendatangi panggilan azan subuh atau menarik selimut. Sebagaimana kita bebas menentukan akan melewatkan sisa hidup dengan kenikmatan semu atau lebih mendekatkan diri kepada Allah. Semua bebas. Banyak sekali pilihan. Dan setiap pilihan tentu mempunyai konsekwensi. Ada seseorang bercerita bahwa dia merasa menikmati hidupnya setelah pensiun dengan bisa menonton empat filem Kungfu setiap hari. Rupanya, baginya itu adalah sebuah kenikmatan.  

Masih perlukah bagi kita yang sudah berumur untuk mendapatkan arahan dan bimbingan untuk menetapkan pilihan? Bagi kita yang sudah tua-tua, yang kita perlukan adalah arahan untuk mempersiapkan akhirat kita sebaik mungkin. Untuk itu kita masih memerlukan bimbingan dan caranya adalah dengan lebih rajin mendatangi ta'lim / pengajian. Dan saling nasihat menasihati untuk kebenaran dan kesabaran. Tawaa shaubil haq - tawaa shaubish shabr.   

Allah yang menciptakan kita, memberikan kebebasan menentukan pilihan. Dan Allah mengetahui bahwa sebagian dari manusia ciptaannya memilih menjadi kafir dan sebagian yang lain memilih jadi orang beriman. Allah tidak akan berkurang ke Maha Besar-an Nya seandainya semua manusia memilih menjadi kafir. Mudah-mudahan kita kita tidak salah dalam menetapkan pilihan dalam hidup yang singkat ini.

****                                     

Sabtu, 20 Februari 2016

Saat Umat Islam Di Puncak Kejayaan

Saat Umat Islam Di Puncak Kejayaan

(Aku mendapat tulisan ini dari puteriku di Pau, yang entah dari mana diperolehnya. Namun demikianlah adanya, ketika kita, umat Islam menjalankan agama ini dengan kaffah (seutuhnya) Islam jadi sangat berwibawa.)

- Negara terbesar - Negara terkuat - Negara termaju - Negara paling aman
- Negara terkaya -Negara paling adil
============
Khalid bin al-Walid mengirim surat kepada Kaisar Persia, Kisra:
Masuk Islamlah engkau akan selamat. Jika tidak, aku akan datang menemui dengan pasukan yang mecintai kematian sebagaimana engkau cinta akan kehidupan…

Ketika Kisra membaca surat tersebut, ia mengirim surat meminta bantuan kepada penguasa daratan Cina.

Tiongkok pun membalas suratnya, “Wahai Kisra, aku tidak memiliki daya kekuatan menghadapi kaum yang kalau mereka ingin meratakan gunung niscaya mereka mampu melakukannya.”

Itulah saat kita mulia karena berpegang dengan Islam.
......................................
Dalam sejarah Daulah Utsmani, saat kapal-kapal laut Utsmani melintasi dermaga-dermaga Eropa, gereja-gereja menghentikan gema lonceng mereka. Mereka takut kalau hal itu memprovokasi kaum muslimin. Lalu mereka datang menaklukkan kota.

Itulah wibawa, saat kita berpegang dengan ajaran Islam.
..................................
Disebutkan bahwa di abad pertengahan, seorang pastur Italia berdiri di alun-alun kota. Ia berkhotbah di tengah jamaahnya. “Sungguh menyedihkan, kita melihat pemuda-pemuda Nasrani meniru orang-orang Arab Islam dalam segala hal. Gaya berpakaian, gaya hidup, pola pikir, sampai-sampai ketika mereka hendak berbangga di hadapan saudara-saudaranya, ia mengatakan, ‘Aku cinta padamu (uhibbuka)’ dengan bahasa Arab. Mereka merasa modern dan keren karena berbicara dengan bahasa Arab”.

Itulah saat umat muslim berpegang dengan Islam.
......................................................................
Pada masa Turki Utsmani, di setiap pintu rumah ada dua alat ketuk pintu. Satunya kecil dan satu lagi besar. Apabila para tamu mengetuk dengan alat yang besar, maka tuan rumah tahu, yang datang adalah laki-laki. Maka pembantu laki-laki akan membukakan pintu untuknya.

Tapi apabila yang terdengar adalah ketukan yang kecil, tuan rumah tahu tamunya adalah perempuan. Maka pemilik rumah yang wanita membukakan pintu untuknya.

Apabila ada mawar merah digantungkan di pintu, orang-orang tahu ada yang sedang sakit di dalam rumah. Mereka pun tidak akan gaduh ketika melewati rumah itu.

Alangkah tinggi peradaban umat Islam kala itu.
Itulah saat kita mulia karena berpegang dengan Islam.
......................................
Di malam Perang Hattin, kaum muslimin tengah bersiap menaklukkan kembali Baitul Maqdis. Merebutnya dari tangan orang-orang Salib. Malam itu, Shalahuddin al-Ayyubi mengecek kemah-kemah pasukannya. Dia mendengar sebuah kemah yang tengah melaksanakan shalat malam. Kemah yang lain sedang berdzikir. Yang lain lagi sedang melantunkan ayat suci Alquran. Hingga ia melintasi sebuah kemah yang para penghuninya tidur lelap. Ia berkata kepada orang yang bersamanya kala itu, “Dari kemah inilah serangan akan datang”.
----------------------
Pada masa Abdurrahman al-Nashir, Andalusia adalah negerinya ilmu, peradaban, dan cahaya. Andalusia berada di puncak kemajuan zaman. Saat dimana orang-orang Eropa tenggelam dalam kemunduran dan jauh sekali dari kemodernan.

Diterjemahkan dari FP كنا جبلا yang diasuh penulis sejarah Islam, Ali Kamal.

****

Kamis, 11 Februari 2016

Nagari-nagari Diserang Banjir Bandang Di Ranah Minang

Nagari-nagari Diserang Banjir Bandang Di Ranah Minang  

Nagari-nagari di Minangkabau sedang berduka sejak sepekan yang lalu. Banyak nagari di Limo Puluah Koto, di Solok Selatan, di Sijunjung diterjang air bah. Ini adalah perulangan cerita pilu tentang bencana banjir. Banjir bandang yang merendam taratak, dusun dan nagari. Gelombang air yang menghanyutkan dan menghandam-karamkan rumah, sekolah, surau, mesjid dan jembatan. Menyebabkan tanah longsor sehingga jalan terputus. Sawah yang hampir dipanen tidak bisa diapa-apakan lagi. 

Seorang teman memposting data cukup lengkap tentang sebelas kecamatan di Limo Puluah Koto yang menjadi korban terendam air bah. Kecamatan-kecamatan Payakumbuah, Akabiluru, Harau, Mungka, Pangkalan, Kapua Sambilan, Lareh Sago Halaban, Bukik Barisan, Guguak, Suliki, Gunuang Omeh. Kabupaten Limo Puluah Koto mungkin yang paling tenat kali ini terendam banjir. Puluhan atau bahkan mungkin ratusan bangunan seperti rumah, kantor, mesjid, surau, sekolah terendam. Belum lagi yang tertimbun tanah longsor. Jembatan yang rusak, jalan raya terban dan sebagainya. Berpuluh hektar sawah gagal panen. Ratusan ternak mati dan hanyut. Ada korban jiwa manusia tapi belum diketahui jumlahnya. 

Di Solok Selatan menurut kabar begitu pula. Banyak kampung dan nagari dilanda air bah. Entah berapa jumlah tepatnya kerugian yang diderita masyarakat. Yang lebih memilukan kejadian ini berulang setiap tahun dan ada kecenderungan semakin teruk. Begitu pula terdengar kabar di daerah Sijunjung. Ada nagari yang terisolir karena jalan menuju ke sana putus. 

Penyebab derita seperti ini di setiap musim penghujan sudah sama diketahui orang banyak. Hutan di perbukitan habis digerogoti oleh pebisnis yang mendapatkan hak istimewa pengelolaan hutan. Inilah awal cerita kelabu tersebut sejak beberapa puluh tahun. Hutan belantara yang selama berabad-abad menjadi penahan air sekarang tidak ada lagi. Sehingga hujan yang tumpah dari langit tanpa ada yang membendung langsung menerjang ke hilir, menyapu apa saja yang ada. Meluluh-lantakkan kampung dan nagari. Semua orang tahu itu. Tetapi yang hebatnya tidak ada satu orangpun yang sanggup menghentikan penjarahan hutan. Setumpak hutan yang di'kuasai' oleh pemegang hak, jadi gundul karena sampai pohon-pohon kecilpun habis dibabat. Sebagian besar dari hutan yang sudah hancur itu kemudian dikonversi menjadi kebun sawit. Kebun-kebun sawit yang perlu diremajakan dibakar sebelum ditanami dengan bibit baru. Ketika hutan-hutan itu dibakar, beberapa bulan yang lalu, penduduk Sumatera didera oleh bencana asap. Hebatnya, ketika pengusaha / pemilik lahan yang dibakar diperkarakan, menurut hakim yang memimpin sidang pengadilan, pengusaha itu tidak salah. Pembakaran hutan bukan merupakan perbuatan salah, karena hutan itu masih bisa ditanami kembali. Tapi ternyata sebelum sempat ditanami, datang musibah berikutnya. Banjir bandang.

Photo-photo yang dipajang di sini adalah kiriman rekan berdiskusi di Group WA Rantaunet. Gambar yang paling bawah di ambil dari Googe Maps untuk daerah di sekitar Suliki / Limbanang. Sayang setelah difoto dari tampilan Google Maps tersebut tidak tajam. Kalau kita melihat aslinya terlihat bukit-bukit yang telah gundul.

Kita prihatin dengan derita saudara-saudara kita yang ditimpa musibah. Sampai kapan derita seperti ini akan berlanjut?

****
                         

Senin, 08 Februari 2016

Awan Mendung Perekonomian

Awan Mendung Perekonomian 

Ada awan mendung menggelayut. Awan hitam lesunya perekonomian dan dampaknya pada kesempatan kerja. Banyak perusahaan sedang mengalami masa sulit karena sedang merugi besar. Akibatnya perusahaan-perusahaan itu terpaksa memberhentikan karyawannya dalam jumlah besar. PHK alias pemutusan hubungan kerja, yang tidak bisa dihindari. Bahkan ada beberapa perusahaan yang induknya ada di luar negeri terpaksa menghentikan kegiatannya di Indonesia. Seperti pabrik mobil Ford. Dan beberapa lagi perusahaan elektronik Jepang. 

Paling tidak ada dua hal utama yang menyebabkan kelesuan ekonomi ini. 

Yang pertama turunnya harga minyak bumi dalam 16 bulan terakhir. Penurunan yang sangat besar, dari kisaran 110 dollar menjadi sekitar 30 dollar untuk satu tong (barrel). Harga minyak yang dulu merayap naik dalam jangka waktu cukup lama untuk kemudian bertengger dikisaran tertinggi. Pada tahun 2002 harga per barrel adalah 30 dollar. Tahun 2003 naik ke 35 dollar. Tahun 2004 menjadi 47 dollar. 2005, 60 dollar. Tahun 2007 menjadi 73 dollar lalu tahun 2008 mencapai 100 dollar. Tahun 2009 terjadi krisis ekonomi harga minyak bumi turun ke paras 62 dollar. Tapi tahun 2011 kembali naik ke 111 dollar dan bertahan pada angka itu sampai tahun 2013. Krisis sekarang ini dimulai di bulan Oktober tahun 2014 dengan harga minyak turun ke level 70 dollar dan berakhir di 60 dollar pada bulan Desember. Sepanjang 2015 harganya terus melorot dan di bulan Desember berada di sekitar 30 dollar.

Ketika harga minyak bumi naik, semua negara pengekspor minyak dan perusahaan yang mengusahakannya mendapat penghasilan lebih besar. Perusahaan-perusahaan penunjang kegiatan eksplorasi minyak seperti menara pengeboran, penyedia pipa-pipa baja, penyedia semen, perusahaan pengevaluasi (logging), lumpur bor, semua ikut menyesuaikan kenaikan harga. Dan semua happy tentu saja menikmati harga minyak bumi yang tinggi. Tapi tiba-tiba, harga itu turun drastis. Mula-mula ke kisaran 70 dollar, turun lagi ke 50 dollar. Terakhir sudah pernah di bawah 30 dollar. Ketika harganya turun ke 70 dollar, perusahaan-perusahaan minyak sekedar menarik nafas kaget dan berharap, harga turun itu tidak akan berlangsung lama seperti yang terjadi di tahun 2009. Mereka mengharapkan harga minyak bumi akan kembali di atas 100 dollar. Tapi apa boleh buat, apapun alasan penyebabnya, harganya semakin turun seperti kita sebutkan di atas. 

Dengan harga yang jatuh, kegiatan eksplorasi (pencarian) minyak dikurangi bahkan dihentikan sama sekali. Perusahaan-perusahaan penunjang kehilangan permintaan kerja. Dan akibatnya terjadilah pemutusan hubungan kerja alias PHK. Mau bagaimana lagi? Kalau permintaan pekerjaan memang sudah tidak ada? Ribuan karyawan dirumahkan. 

Penyebab kedua kelesuan ekonomi adalah kalah bersaingnya perusahaan-perusahaan elektronik besar dalam berinovasi untuk menghasilkan produk lebih canggih. Perusahaan seperti Sony, Toshiba, Panasonic dikabarkan sedang limbung karena para ahli mereka dikalahkan oleh ahli-ahli di perusahaan Korea yang ternyata lebih inovatif. Di Jepang sendiri saat ini terjadi PHK di pabrik-pabrik elektronik besar yang sudah merajai pasar dunia sejak puluhan tahun itu. Kemajuan teknologi dalam menciptakan produk-produk baru memang luar biasa cepatnya. Mereka saling bersaing untuk menghasilkan produk yang paling canggih. Kalau ingin bertahan, maka setiap saat harus mampu mengeluarkan produk yang lebih canggih dari yang dihasilkan kemarin. Seorang teman memposting cerita, bahwa enam / delapan tahun yang lalu hape Nokia boleh dikatakan hape semilyar umat. Hampir-hampir orang bisa mengatakan bahwa hape itu adalah Nokia. Tapi kemampuan para inovatornya  terhenti. Mereka hanya mampu membuat yang biasa-biasa, sementara perusahaan lain mengeluarkan produk luar biasa.  Nokiapun akhirnya tumbang dan tidak ditemukan lagi di pasar. Orang beralih ke BlackBerry. Tapi tidak lama kemudian muncul Samsung dari Korea yang nyaris menenggelamkan pula BlackBerry.   

Mendung perekonomian sedang melanda dunia. Gelombang PHK sedang terjadi dan mungkin akan semakin serius di hari-hari mendatang.  

****   

Minggu, 07 Februari 2016

Kebiasaan Berbohong

Kebiasaan Berbohong     

Pernahkah kita  mendengar anak-anak berbohong dengan kebohongan konyol dan kita tertawa menanggapinya karena merasa bahwa yang dikatakannya itu lucu? Contohnya, seorang anak balita memecahkan sebuah vas bunga. Tidak ada yang melihat ketika dia menjatuhkan vas itu. Waktu ditanyakan siapa yang melakukannya dengan enteng dia jawab bahwa cecak-cecak yang berlarian di dinding tidak sengaja menyenggol vas bunga itu yang lalu jatuh dan pecah. Ceritanya terdengar lucu. Waktu kita menanggapi dengan tertawa, sebenarnya kita telah mengesahkan kebohongannya. Akan jauh lebih bijak seandainya kita membujuknya untuk mengakui kesalahannya.

Berbohong adalah perbuatan dosa. Keliru atau terlanjur berbuat salah adalah sangat manusiawi. Tidak ada orang yang bisa terbebas dari berbuat salah atau keliru. Ketika kita terlanjur berbuat salah, seharusnya kita jujur mengakui kesalahan tersebut dan berani bertanggung jawab untuk memperbaikinya. Atau bersedia menerima hukuman karena kekeliruan yang kita perbuat. Seseorang yang mau mengakui kesalahan dan berani memikul resiko disebut sebagai orang yang bertanggung jawab. Mau mengakui kesalahan dan bersikap jujur ini perlu latihan dan pendidikan. Jadi, ketika anak-anak balita kita berbohong, seharusnya kita cepat memperbaikinya dengan mengajarkan sikap ksatria, berlaku jujur dan berani mengakui kesalahan.

Pendidikan untuk menanamkan kejujuran ini sepertinya semakin pudar di tengah masyarakat kita. Kebanyakan orang terbiasa untuk berbohong. Bahkan kadang-kadang sekumpulan orang secara bersama-sama melindungi kebohongan atau kekeliruan yang disamarkan. Orang berbohong untuk menutupi kesalahannya dengan harapan terhindar dari tanggung jawab. Terhindar dari hukuman. Di pengadilan, seorang terdakwa menyewa pengacara yang hebat untuk membela dan melepaskannya dari jerat hukum. 

Suatu ketika, seorang pembantu rumah kami yang sudah berumur melaporkan bahwa mesin cuci rusak, diawali dengan bunyi letusan keras. Dhuooweer, begitu bunyinya, kata si mbok pembantu. Dan pasak dari pintu mesin cuci itu patah. Sepertinya dia tidak tahu cara membukanya dan menarik dengan paksa sehingga patah pasaknya. Pernyataan ada bunyi letusan tidak masuk di akal dan jelas sekedar untuk menutupi kesalahan saja. Dan dia berharap orang percaya dengan apa yang dikatakannya. Ketika dijelaskan bahwa tidak mungkin ada bunyi letusan dan yang terjadi adalah dia menarik pintu dengan keras sehingga rusak dia tidak mau mengaku.
 
Ada pula orang-orang yang sengaja berbohong untuk meraih simpati. Ini biasanya dilakukan oleh pegiat politik ketika berkampanye. Segala macam janji diumbar meskipun dia sendiri tahu bahwa yang dijanjikannya itu sulit untuk direalisasikan. Namun demi meraih dukungan orang banyak, bermacam harapan dilontarkannya. Berbohong atau tidak menepati janji sama tercelanya. Sama-sama perbuatan orang yang tidak bertanggung jawab. Bahkan menurut hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam hal itu adalah ciri-ciri orang munafik. 

Oleh karena itu, didiklah anak-anak kita untuk berlaku jujur sejak dari masa kanak-kanak, dan jauhkanlah diri kita masing-masing dari kebiasaan berbohong.

****  

Kamis, 04 Februari 2016

Para Wanita !! Apakah Kamu Tahu, Dosa Tidak Menutup Aurat Tak Bisa Dihapus Dengan Pahala Apapun... (Dari Berita Paling Apik Mbanget)

Para Wanita !! Apakah Kamu Tahu, Dosa Tidak Menutup Aurat Tak Bisa Dihapus Dengan Pahala Apapun... (Dari Berita Paling Apik Mbanget)

Bagi anda yang masih suka membuka-buka aurat di depan umum mungkin anda belum tahu betapa banyak manfaat yang bisa anda dapatkan dengan menutup aurat anda. Menutup aurat yang baik adalah dengan menggunakan pakaian yang tidak memperlihatkan kulit bagian aurat, tidak memperlihatkan betuk tubuh yang menarik bagi lawan jenis, tidak tembus pandang.

Tidak bisa dipungkiri bahwa sebagian besar kaum wanita menyangka jika tidak memakai jilbab “hanyalah” dosa kecil yang tertutup dengan pahala yang banyak dari shalat, puasa, zakat dan haji yang mereka lakukan. Ini adalah cara berpikir yang salah harus diluruskan.

Kaum wanita yang tak memakai jilbab, tidak saja telah berdosa besar kepada Allah, tetapi telah hapus seluruh pahala amal ibadahnya sebagai bunyi surat Al-Maidah ayat 5 baris terakhir yang artinya: “Barang siapa yang mengingkari hukum-hukum syariat Islam sesudah beriman, maka hapuslah pahala amalnya bahkan di akhirat dia termasuk orang-orang yang merugi.”

Sebagaimana kita ketahui, memakai jilbab bagi kaum wanita adalah hukum syariat Islam yang digariskan Allah dalam surat An-Ahzab (33) ayat 59 yang berbunyi (artinya); 'Katakanlah, hai Nabi, kepada isteri-isterimu, anak-anak gadismu dan isteri-isteri orang-orang beriman, 'Hendaklah mereka menutupkan baju kurungnya ke badan mereka.' Yang demikian lebih memudahkan untuk mengenal mereka dan mereka tidak akan diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.' Jadi kaum wanita yang tak memakainya, mereka telah mengingkari hukum syariat Islam dan bagi mereka berlaku ketentuan Allah yang tak bisa ditawar lagi, yaitu hapus pahala shalat, puasa, zakat dan haji mereka.

Sikap Allah di atas ini sama dengan sikap manusia dalam kehidupan sehari-hari sebagai terlambang dari peribahasa seperti: “Rusak susu sebelanga, karena nila setitik”. Contohnya, segelas susu adalah enak diminum. Tetapi jika dalam susu itu ada setetes kotoran manusia, kita tidak membuang kotoran tersebut lalu meminum susu tersebut, tetapi kita membuang seluruh susu tersebut. Begitulah sikap manusia jika ada barang yang kotor mencampuri barang yang bersih. Kalau manusia tidak mau meminum susu yang bercampur sedikit kotoran, begitu juga Allah tidak mau menerima amal ibadah manusia kalau satu saja perintah-Nya diingkari.

Di dalam surat Al A’raaf ayat 147, Allah menegaskan lagi sikapNya terhadap wanita yang tak mau memakai jilbab, yang berbunyi; “Orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, juga mendustakan akhirat, hapuslah seluruh pahala amal kebaikan. Bukankah mereka tidak akan diberi balasan selain dari apa yang telah mereka kerjakan?” 

Kaum wanita yang tak memakai jilbab di dalam hidupnya, mereka telah sesuai dengan bunyi ayat Allah diatas ini, hapuslah pahala shalat, puasa, zakat, haji.