Rabu, 25 Februari 2015

San Diego Hills

San Diego Hills  

Sebuah nama yang tidak ada bau-bau Indonesianya, karena memang tidak perlu. Terletak di daerah Karawang Barat. Inilah tempat pemakaman elite, pemakaman untuk orang-orang berduit. Tadi pagi aku berkunjung ke lokasi ini menyaksikan pemakaman seorang kerabat. Datang lebih awal dari rombongan jenazah dan sempat melihat-lihat lingkungan yang memang dipersiapkan agar terlihat wah. Di tanah yang konturnya tidak rata, berbukit-bukit, dihubungkan oleh jalan yang berliku-liku naik turun. Dulu-dulunya kemungkinan area ini adalah bekas kebun, mungkin kebun karet.

Pebisnis yang mengusahakan pelayanan tempat pemakaman ini adalah orang yang sefaham benar dengan kebanyakan manusia yang menyangka bahwa mayat bisa menikmati keindahan alam fana. Tanah berbukit-bukit, tinggi dan rendah itu, menurut berita mempunyai tarif makam yang berbeda. Tentu ada yang kelas VIP dan ada yang kelas 'bangsal'. Kelas terakhir ini saja konon harganya lebih dari Rp 20 juta untuk ukuran 2 x 3 m. Sebuah bisnis yang luar biasa nilainya, bukan? Kelas VIP mungkin terletak di puncak bukit, dengan pemandangan luas ke hamparan. Entah berapa pula tarifnya.

Kebanyakan manusia hidup membayangkan keadaan mayat sesudah mati itu masih serupa dengan ketika dia hidup. Masih bisa menikmati indahnya pemandangan, nyamannya lingkungan, harumnya bau bunga-bunga yang ditabur, sejuknya air mawar yang dituangkan di tanah kuburan. Bahkan menurut keyakinan agama tertentu mereka masih bisa menikmati lezatnya hidangan dunia sehingga untuk mereka dikirimi saji-sajian (sesajen). 

Keadaan sesudah datangnya kematian memang merupakan misteri, karena tidak pernah ada orang mati hidup kembali lalu bercerita tentang pengalamannya di dalam kubur. Ada agama yang menganggap bahwa orang yang meninggal itu segera masuk ke dalam surga, (nirwana) dan beristirahat dengan tenang di sana. Sehingga biasa kita dengar orang-orang menghibur dengan ucapan Rest In Peace (beristirahatlah dengan tenang).  

Seharusnya manusia bisa sepakat, bahwa jasad atau mayat yang dikuburkan itu mengalami proses penghancuran dan akhirnya dalam kurun waktu beberapa tahun tinggal tulang belulang saja lagi. Dari keadaan fisik yang hancur itu, rasanya mustahil jasad itu akan sempat menikmati serba kenyamanan duniawi seperti orang hidup. Tapi ya, entahlah. Meski yakin bahwa jasad itu sudah belasan tahun dikubur, bahkan lebih lama, kerabat yang datang masih tetap setia menebar bunga, menyiramkan air kembang. Seandainya kita tanya, apakah menurut pelayat ini jenazah yang sudah jadi tulang belulang itu masih bisa mencium harumnya bau mawar, sejuknya siraman air kembang, pasti mereka tidak akan bisa menjawab.

Islam mengajarkan bahwa alam kubur adalah gerbang akhirat. Kematian bukan berarti akhir dari petualangan dunia lalu setelah mati beristirahat dengan tenang. Di dalam kubur ruh akan didatangi oleh malaikat Munkar dan Nankir yang akan menanyai persiapan apa yang dia bawa untuk ke akhirat. Kalau persiapannya (amalnya) bagus maka dia akan dibiarkan beristirahat menunggu datangnya hari perhitungan di hari akhir sebelum dimasukkan ke dalam surga Allah. Sebaliknya, jika persiapannya buruk kedua malaikat itu akan menyiksanya dengan siksaan yang sangat menyakitkan dan dia akan dalam derita yang panjang sampai datangnya hari perhitungan. Terakhir sekali dia akan dimasukkan ke dalam neraka Allah. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengajarkan kita, umat beliau, untuk senantiasa meminta perlindungan kepada Allah dari siksa kubur dan siksa api neraka. 

Dan Islam tidak mengajarkan untuk bermegah-megah dengan kubur. Khalifah Rasulullah, Abu Bakar As Siddiq berpesan agar menggunakan kain-kain usang untuk kafan beliau. Alasan beliau karena kain kafan itu gunanya hanya untuk menampung darah dan nanah yang sedang membusuk, sementara kain yang lebih baik, lebih pantas dipakai orang yang masih hidup.

Banyak orang tercengang menyaksikan prosesi pemakaman raja Abdullah dari Arab Saudi, yang dikuburkan di pemakaman biasa, dengan cara biasa, dan makamnya ditinggikan sedikit dari tanah untuk kemudian ditandai dengan batu nisan biasa, seperti kubur-kubur lainnya. Tidak ada taburan bunga. Tidak ada upacara kemegahan. Cukuplah iringan ucapan Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun.  

****                                         

Tidak ada komentar:

Posting Komentar