Senin, 09 Juli 2012

Hamdan

Hamdan

Sebuah cerita yang terjadi di akhir pekan kemarin.

Adalah seorang orang kecil bernama Hamdan. Orang kecil yang bekerja sebagai petugas keamanan di sebuah perusahaan, di ibu kota propinsi. Orang kecil dan sederhana dengan keluarga kecil sangat sederhana pula, dengan dua orang anak. Tinggal di sebuah rumah 5S. Sangat-sangat sederhana sekali segala-galanya. Tapi mereka bahagia. Hidup dalam cinta dan kasih sayang.

Allah menguji siapa saja dengan cara-Nya. Keluarga Hamdan pun diuji dengan ujian berat. Istrinya dapat serangan penyakit luar biasa. Kena stroke dan pendarahan di otak. Hamdan yang lugu membawanya ke rumah sakit swasta yang berhampiran. Meminta tolong dengan penuh harap agar istrinya diselamatkan. 

Ada cerita yang agak sulit dicerna, tapi telah terjadi. Kepada Hamdan dijelaskan bahwa kondisi istrinya itu sangat-sangat kritis. Dia harus dioperasi, namun kemungkinan berhasil, kemungkinan bahwa dia akan bertahan hidup sesudah operasi itu hanya 20% saja. Begitu kata dokter. Kalau tidak dioperasi, dia tidak mungkin diselamatkan. Hamdan yang lugu, meminta dengan sangat agar kemungkinan yang 20% itu dicoba. Agar istrinya dioperasi. Tidak jelas apakah biaya operasi itu sempat dibicarakan. Sepertinya, uang jaminanpun tidak dimintakan. Hamdan menandatangani persetujuannya untuk pelaksanaan operasi. Dan operasi itu dilaksanakan.

Setelah operasi, istri Hamdan harus dirawat di ICU. Karena kondisinya sangat kritis. Kepada Hamdan diberitahu bahwa biaya operasi adalah sekian puluh juta rupiah dan biaya kamar ICU 6 juta semalam. Hamdan beruntung tidak pingsan mendengar keterangan angka-angka itu. Tapi dia nyaris seperti orang sakit ingatan. Dia datang melaporkan kondisi itu kepada sepupunya, seorang pensiunan, minta tolong mencarikan jalan keluar. Si sepupu sangat terkejut mendengar cerita itu, menyesalkan kenapa tidak bertanya-tanya dulu, sebelum melakukan tindakan operasi istrinya. Sebuah penyesalan, yang dalam hal ini sudah tidak ada gunanya. 

Dalam kebingungan yang menyesak itu, tindakan pertama yang direncanakan adalah mengeluarkan si sakit dari ruangan ICU yang sangat mahal itu. Rencananya akan dipindahkan ke rumah sakit umum, dengan segala konsekwensinya. Tapi, biaya operasi harus dilunasi terlebih dahulu. Jumlah ketika itu sudah diatas 50 juta. Masya Allah!

Si sepupu mencoba mencari bantuan dari sanak saudara. Dihubungi yang mungkin dihubungi. Mau bersedekah, mau berzakat, mau apa pun namanya. Sementara si Hamdan makin panik, tertekan dan ketakutan. Seandainya rumah 5S-nya  dijual pun belum akan cukup untuk menutupi separo dari tagihan rumah sakit itu.  

Sepupu itu membantu dengan setengah nekad pula, memberikan jaminan agar si sakit bisa dipindahkan. Ketika jaminan itu diterima, tagihan sudah semakin bengkak, sudah menjadi 72 juta.

Si sakit dipindahlah ke rumah sakit umum. Hanya untuk beberapa jam dan akhirnya dia menghembuskan nafas terakhir. Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji'uun. Betapa terpukulnya Hamdan. Tapi yang demikian itu sudah merupakan ketetapan Allah. Kita berdoa, semoga Hamdan diberi kekuatan iman. Diberi kemudahan oleh Allah dalam menyelesaikan persoalannya yang luar biasa itu. Sekitar 40% hutang sudah tertolong dari bantuan sanak famili. Sedangkan sisanya? Allah saja Yang Maha Tahu bagaimana jalan keluarnya.   

****       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar