Minggu, 27 Desember 2009

Pulang Kampung Lagi (2)

(2)

Kami sampai di Limbanang, di rumah calon anak daro, menjelang maghrib. Rumah ini memang sudah disiapkan untuk baralek. Sudah dihias dengan kain berwarna emas, berjumbai-jumbai. Kursi pelaminan untuk tempat duduk anak daro jo marapulai pun sudah disiapkan. Tapi baik anak daro maupun ibunya masih berpakaian rumahan. Ternyata akad nikah itu baru akan dilaksanakan nanti sesudah isya, bukan sesudah maghrib, begitu yang aku dengar.

Setelah berbasa basi sebentar dengan sanak saudara, lalu kami bersama-sama pergi menuju masjid untuk shalat maghrib.

Sesudah maghrib kami kembali terlibat dalam obrolan. Mehotar ke hilir ke mudik. Dan suasana terlihat masih santai-santai saja. Aku malas untuk bertanya. Sementara itu hujan turun meski tidak terlalu deras. Sudah berkumandang azan isya. (Aku sudah menjamak shalat ketika maghrib tadi). Dan beberapa saat pula berlalu sesudah itu. Masih tenang-tenang saja.

Jam sembilan malam baru terlihat kesibukan. Artinya sudah satu jam lebih sesudah waktu isya. Hujan masih turun. Beberapa buah mobil datang. Di antaranya mobil marapulai dan pengiring-pengiringnya. Tamu-tamu itu masuk ke dalam rumah. Rumah jadi penuh dengan rombongan tamu dan rombongan tuan rumah. Dengan si alek dan si pangka. Sudah akan dimulaikah prosesi akad nikah?

Ternyata bapak penghulu belum hadir. Salah satu dari yang hadir mengatakan bahwa beliau sedang dijemput. Bahkan sudah di perjalanan menuju rumah perhelatan. Perlu beberapa belas menit menunggu sampai pak penghulu akhirnya hadir. Lalu dimulailah acara itu sebagaimana lazimnya. Hari sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh malam.

Ijab kabul itu akhirnya selesai dan disahkan oleh para saksi. Dengan sedikit perulangan karena baik marapulai maupun wali nikah sama-sama agak gugup pada awalnya. Sampai pulalah pada giliranku untuk menyampaikan nasihat pernikahan, sesuatu yang sudah diminta-tolongkan kakak ipar sejak jauh hari sebelumnya.

Selesai pula acara makan minum sekitar jam sebelas malam. Untungnya tidak memakai pasambahan yang berunyai-unyai. Tamu-tamu, berikut marapulai kembali pulang ke rumah masing-masing. Rupanya begitu pula adatnya, marapulai belum boleh menginap di rumah anak daro meskipun mereka baru saja disahkan sebagai suami istri.

Tinggallah sipangka. Karib kerabat sanak saudara. Ada pula acara yang sudah disiapkan mereka adik beradik. Pesta katan jo durian. Durian sedang musim. Sejak dari Sicincin - Kayutanam waktu baru sampai kemarin, sampai ke Bukit Tinggi, Payakumbuh, sepanjang jalan ke Limbanang durian terlihat bertumpuk-tumpuk di sepanjang jalan. Aku penyuka durian meski tidak termasuk yang kelas berat. Di tengah keluarga, aku kalah dibandingkan istri dan ketiga puteri-puteriku. Mereka adalah pencinta durian sejati. Malam itu aku membatasi diriku dengan dua biji durian saja. Yang segera jadi bulan-bulanan ketawaan. Aku khawatir kalau-kalau durian ini akan menyepak asam urat pula.

Sudah jam satu malam ketika kami meninggalkan Limbanang pada malam hari itu. Kami kembali ke penginapan di Bukit Tinggi. Besok adalah acara baralek di rumah ini, dan kami akan kembali lagi. Insya Allah.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar