Rabu, 14 Mei 2014

Jalan Tol Jakarta Yang Semakin Mengesalkan

Jalan Tol Jakarta Yang Semakin Mengesalkan  

Dalam kondisi ideal dan normal, berapa jarak yang bisa kita tempuh jika kita berkendaraan (mobil) selama 7 jam di jalan tol di negeri kita ini? Kalau misalnya kita menempuh jalan tol Cipularang sejak dari Cawang di Jakarta sampai Cihampelas di Bandung, dalam 7 jam itu kita bisa menyelesaikan Jakarta - Bandung, Bandung - Jakarta dan sekali lagi Jakarta - Bandung. Bukan suatu rekor yang indah sangat, untuk menyelesaikan kurang sedikit dari 400 km dalam 7 jam melalui jalan bebas hambatan.  

Kemarin siang kami pergi ke Bandara Soeta menjemput Hamizan dan uminya. Pesawat mereka diperkirakan akan sampai di Soeta jam 5 sore. Kami (aku, istri dan si Bungsu) setelah berkonsultasi dengan Mat Google untuk menanyakan kondisi lalu lintas, akhirnya berangkat sesudah shalat asar, jam setengah empat kurang. Karena menurut informasi yang kami peroleh, jarak ke Bandara dapat ditempuh kurang dari 2 jam. 

Kami bisa memacu kendaraan di sepanjang jalan tol Cikampek arah ke Jakarta sejak dari Jatibening. Di board pemberitahuan sebelum pintu tol Halim terbaca bahwa jarak antara Halim dan Cawang ditempuh dengan kecepatan 5 - 10 km/jam. Ini pertanda buruk, dan aku mengenal betul bagaimana padatnya kendaraan begitu keluar dari pintu tol Halim kalau dikatakan kecepatan 5 - 10 km/jam itu. 

Ternyata benar. Kendaraan bukan main banyaknya, beringsut-ingsut dengan sangat lambat.  Penyebabnya adalah karena adanya pertemuan kendaraan-kendaraan dari Cikampek dan dari Jagorawi  di Cawang. Aku sudah berpengalaman betul dengan ruas Halim - Cawang ini. Aku masih berharap bahwa sesudah Cawang, sebelum Pancoran kemacetan ini akan terurai pelan-pelan. Dugaanku ternyata salah. Jam lima lebih kami masih berada di depan Rumah Sakit Tebet. 

Jam setengah enam, kami baru lewat sedikit dari patung Pancoran. Kami hubungi uminya Hamizan dan menyuruh mereka untuk menunggu, setelah memberitahu posisi kami dalam jebakan kemacetan. Dan kemacetan itu masih berketerusan melalui Kuningan dan Semanggi, meski kali ini sedikit lebih bernafas. Mungkin 15-20 km/jam. Waktu azan maghrib berkumandang kami masih di Mampang. Kami shalat maghrib sambil terus berkendara beringsut-ingsut. Melalui Semanggi, Slipi dan Tomang. Alhamdulillah, di Tomang barulah selesai kemacetan itu. Biang macet adalah tertumpuknya kendaraan yang mengarah ke Merak melaui tol Kebun Jeruk. 

Masih agak sedikit tersendat di beberapa bagian tol Bandara. Akhirnya jam 7, setelah menyetir 3 1/2 jam kami sampai di terminal 2F Bandara Soeta. Bertemu dengan Hamizan dan uminya, serta teman umi Hamizan dan anaknya pula yang baru sama-sama datang dari Balikpapan. Mereka sedang makan malam di sebuah restoran. Kami bertiga ikut memesan makan malam pula, karena perjalanan pulangpun tampaknya tidak akan lancar. 

Jam 8 kami tinggalkan Bandara Soeta menuju Jatibening. Sedikit lebih lancar, kecuali macet antara Slipi - Cawang dengan kecepatan kendaraan 15-20 km/jam lagi. Dan sampai di rumah di Jatibening jam 10 malam. Hampir 7 jam untuk pulang-pergi Jatibening - Bandara Soeta. Melalui jalan tol yang seharusnya berarti bebas hambatan. Tapi dalam kenyataannya, penuh dengan hambatan dan kemacetan. Namun tetap dikenai biaya tol. Itulah kondisi jalan tol Jakarta yang sangat-sangat memprihatinkan.

****                         

Tidak ada komentar:

Posting Komentar