Ini Kisah Penjagal Halal di Pedalaman Australia (Dari Nabawia.com)
(Mungkin ini terjemahan dan bahasanya agak berantakan)
Abdul Mohammad Azis telah lebih dari 60 tahun menjadi
jagal di rumah potong hewan halal di pedalaman Queensland, Australia.
Pria berusia 82 tahun ini mulai menjalankan aktivitasnya itu sejak dia masih sangat muda. Dia menyembelih hewan pertamanya pada
usia 16 tahun. Dia hanya mencontoh apa yang dilakukan ayahnya di
pejagalan hewan selama bertahun-tahun dan saat Abdul muda sudah cukup
umur untuk mengemudi, tiba waktunya bagi dia untuk menyembelih.
"Bagi saya, sama sekali tidak menakutkan lagi. Saat saya mulai
melakukannya... Kami hanya komunitas kecil dan ayah hanya menyembelih
seekor sapi jantan setiap minggu."
"Saya biasa melihat ayah, bagaimana ia melakukannya, kemudian ia
menyaksikan beberapa kali saat saya melakukan penyembelihan dan hal itu sama sekali
tidak mengganggu saya."
"(Menyembelih) merupakan sesuatu yang harus saya lakukan, dan saya melakukannya."
Saat ini, Abdul Aziz tetap aktif terlibat dalam pemotongan sapi
secara halal, atas nama komunitas Muslim, di pedalaman Queensland
Selatan.
Setiap 6 hingga 8 minggu, ia berkunjung ke daerah Atherton, di
sebelah barat Cairns, untuk memastikan proses pemotongan hewan sesuai
dengan hukum Islam.
Shalat merupan ritual sehari-hari imam berusia 82 tahun ini.
Namun, pada kesempatan kali ini, ia bangun lebih awal, supaya bisa shalat subuh dan tiba tepat waktu di pejagalan.
"Sebenarnya kita meminta izin kepada Tuhan untuk menyembelih hewan
milk-Nya. Ini hanya doa sederhana, yang artinya dengan nama Allah, dan
Allah Maha Besar. Itu saja," katanya.
'Sebelum kita memotong lehernya, kita harus mengucapkanya kata-kata itu," tambahnya.
Menurut keyakinan Muslim, sebelum hewan bisa dimakan, penyembelihannya harus sesuai dengan tatacara tertentu.
Abdul Aziz dan karib lamanya, Abdul 'Roy' Raheem Ali sedang bersiap-siap untuk penyembelihan ini.
"Kita punya kewajiban untuk berbuat yang baik," Roy menyejelaskan. "Bahkan pada
hari saat kita akan menyembelih. Halal tidak semata-mata berarti memotong
leher".
"Halal itu juga berarti saat menangani hewan-hewan, anda harus penuh
kasih sayang kepada mereka dan pastikan menyembelihnya dibuat semudah
mungkin bagi mereka," tambahnya.
Jalan menuju pejagalan Rocky Creek sudah familiar bagi sang imam,
yang sudah mengawasi proses dan mendoakan hewan-hewan sebelum disembelih
selama 66 tahun.
Di tempat penyembelihan, 16 sapi mengantri dengan tenang, seperti
tidak sadar dengan nasibnya, dan sang Imam percaya diri dengan proses
yang harus ia
"Sapi-sapi tidak terlalu kesakitan selama proses yang halal. Mereka
bebas jalan-jalan di talang, setiap sapi jantan kemudian terhimpit (di
talang) tersebut , dipukul dengan pukulan yang membuatnya tidak sadar,
perlu waktu sekitar 20 menit untuk memotong lehernya... dan membiarkan seluruh
darahnya keluar," jelas Azis.
Seseorang yang tidak pernah jauh dari ruang produksi adalah manajer
Victor Byrnes, yang keluarganya sudah menjalankan pejagalan dan toko
daging sejak 1960an.
Victor mengatakan salah satu keuntungan fasilitas proses yang
dimiliki orang lokal adalah lebih fleksible terhadap kebutuhan
konsumen, termasuk komunitas Muslim.
"Sebetulnya persyaratannya sama saja terhadap seluruh konsumen kami
bahwa kami tetap mempertahankan kebersihan. Kami bekerja dengan ukuran
dari Safe Food Queensland dan kami juga taat pada kebijakan perusahaan
kami," katanya.
"Selama proses penyembelihan halal berlangsung, kami melakukannya di pagi hari,
karena lokasi masih bersih, pisau dan seluruh perlengkapan belum
tersentuh produk yang tidak diberkati... kami hanya bekerja dengan Abdul,
pada saat ia mendoakan setiap hewan," papar Victor.
Menurut dia, ini hanya masalah bagaimana memastikan bahwa bisnis
sehari-hari tetap berlangsung dengan tenang dan dengan meminimalisir
stress bagi hewan-hewan.
"Hewan-hewan lebih mudah ditangani akhir-akhir ini dan kami
menemukan hewan-hewan menjadi lebih tenang dan padahal dulu mereka
sedikit gaduh, sehingga mereka merasa tidak terganggu ketika datang ke
pejagalan," ujarnya.
Jelas terlihat rasa tanggung jawab kepada produsen, konsumen dan
hewan. 'Ini merupakan proses yang sulit," Victor Bryrnes mengakui.
Dikatakan, produsen sendiri menghabiskan dua hingga tiga tahun
untuk membesarkan hewan-hewan, sehingga (produsen) memiliki kedekatan
dengan mereka dan kita lihat saat kita datang ke tempat penyembelihan,
ini bisa menjadi sulit.
"Tapi teruskan saja dan lakukan sebaik mungkin," ucapnya.
Tampak jelas dari reaksinya ketika muncul berita kekejaman kepada
hewan-hewan dari Australia di luar negeri, umumnya di negara-negara
Muslim, muncul rasa jijik dari diri Imam Aziz.
Kekejaman kepada hewan tidak ada tempatnya dalam keyakinannya, ia
berkata penuh empati. "Saya sangat benci saat melihat beberapa hal
tersebut di televisi. 'Mereka mengabaikan aturan Islam, bahkan hingga
(aturan) sebaiknya tidak mengasah pisau di depan hewan yang masih
hidup," kata Azis.
Ia menambahkan, "Merupakan kesalahan dengan mengikat hewan-hewan
tersebut dalam jangka waktu yang lama sebelum menyembelihnya, mereka
harus bebas dan pada saat terakhir, ikat, potong dia, dan tuntaskan
sesingkat mungkin". (australiaplus/ds)
****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar