Selasa, 01 Desember 2009

Hujan

Musim hujan telah tiba.

Sekarang setiap hari hujan. Disertai guruh petir pula. Bahkan kadang-kadang disertai angin ribut. Pernah pula diberitakan ada hujan es. Dan Jakarta punya langganan di saat musim penghujan. Banjir. Banjir yang merendam apa saja.

Musim hujan adalah musim prihatin bagi yang tinggal dekat sungai. Dekat kali, kata orang di sini. Air berwarna kotor coklat menyerbu masuk rumah merendam apa saja yang dapat direndamnya. Kalau sudah begitu tidak ada lagi yang dapat dilakukan penghuni rumah selain menghindar menyelamatkan diri.

Usaha pemerintah daerah mengatasi banjir ada, meski tidak berpengaruh banyak. Banjir masih tetap saja akrab. Karena urusan penyebab banjir itu beraneka rupa. Sejak dari semakin banyak permukaan tanah (untuk meresapkan air) yang ditutupi bangunan, perbukitan di selatan Jakarta yang juga mengalami hal serupa (dipenuhi bungalow dan villa), kesadaran masyarakat yang kurang dalam mengelola sampah (mereka cenderung menganggap kali atau sungai sebagai tong sampah) dan buruknya sistim pengaliran air (drainase).

Akibatnya ya itu tadi. Setiap musim penghujan harus siap berbanjir-banjir. Berkendaraan di jalan-jalan di tengah kota harus bersiap-siap bermacet-macet karena jalan digenangi air. Banjir di tengah Jakarta tidak mesti dikarenakan hujan lokal. Banjir bisa pula berupa kiriman. Biarpun di Jakarta sedang tidak hujan, tapi Bogor dan Depok diguyur hujan lebat, kedua kota itu selalu bermurah hati mengirimi Jakarta dengan limpahan air.

Diberi hujan kebanjiran. Didera panas megap-megap.....

*****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar