Rabu, 31 Agustus 2011

Mudik Oh Mudik

Mudik Oh Mudik 

Ini adalah berita tragis yang selalu berulang setiap tahun. Untuk tahun ini korban meninggal akibat kecelakaan lalu lintas mudik sudah lebih 2000 orang. Sebagian besar adalah penumpang bis, pengguna mobil pribadi, pengendara motor, atau korban lainnya. Karena pernah juga di tahun-tahun yang lalu mereka itu terkorban akibat kapal karam. Alangkah besarnya resiko mudik. Maut tantangannya. Namun semangat mudik tidak pernah kendor. Bahkan mungkin makin meningkat setiap tahun. Ya, jelas saja karena MUDIK selalu bak di dorong-dorong. Selalu saja disemangat-semangati. Selalu saja diberitakan. Puasa masih jauh, sudah diberitakan bahwa jalan untuk ditempuh pemudik sudah siap. Belum lagi datang bulan puasa, berita bahwa tiket kereta untuk mudik di hari H-5 habis terjual sudah disebarluaskan. Semua ini bak adrenalin, memacu getaran darah para pemudik untuk bersiap-siap mudik. Dengan segala cara, dengan segala resiko, dengan segala konsekwensi. Tidak afdal rasanya kalau tidak mudik.

Ya, siapa pula yang akan dapat melarang orang mudik? Tidak akan ada siapa-siapa. Tapi ya mbok, pemerintah sedikit memberi arahan. Sedikit berusaha mengingatkan agar kecelakaan yang sampai beribu-ribu orang itu tidak berulang setiap tahun. Bisa saja pemerintah membuat larangan, misalnya tidak membolehkan mudik dengan sepeda motor kalau jarak yang akan ditempuh lebih dari 100 km. Bagaimana caranya? Silahkanlah pikirkan. Membuat larangan mengendarai sepeda motor lebih dari dua orang, agar suami istri dengan tiga anak tidak lagi nekad bermotor ria menuju mudik. Membuat larangan agar bus tidak dijejali penumpang secara berlebihan. Dan sebagainya dan sebagainya.

Hendaklah diingatkan kepada setiap pemudik bahwa ada banyak resiko yang mengancam di sepanjang perjalanan. Seperti mengingatkan perokok tentang bahaya dan resiko menghisap rokok. Jadi berhati-hati benarlah! Dan penting pula untuk tidak menyemangat-nyemangati orang untuk mudik. Tidak usahlah diberitakan jalan yang sudah siap digunakan para pemudik. Karena jalan itu seharusnya memang siap setiap saat untuk digunakan pemakai jalan yang bukan pemudik. Tidak usahlah memberitakan karcis kereta yang sudah habis dipesan jauh-jauh hari sebelum hari H.  Dan tidak kalah pentingnya agar para ulama mengingatkan umat Islam yang mudik lebaran itu seyogianya lebih berkonsentrasi menyelesaikan ibadah Ramadhan untuk meraih predikat taqwa ketimbang berkonsentrasi mempersiapkan perjalanan mudik. 

Kembali kepada para korban yang berjatuhan itu. Yang tewas mengenaskan dalam perjalanan mudik. Ada kekhawatiran kita bahwa meninggalnya mereka itu meninggal sia-sia. Artinya tidaklah meninggal dalam keadaan sedang mendekatkan diri kepada Allah. Alih-alih mempererat duduk dalam beribadah kepada Allah di bulan Ramadhan, mereka meninggal ketika sedang berpacu menuju mudik. Masihkah ada kemungkinan kematian seperti itu dalam keadaan husnul khatimah? Wallahu a'lam......

*****            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar