Setan Hadir pada Saat Sekarat
Kamis 1 Rejab 1435 / 1 Mei 2014 20:00
Pada saat maut tiba, setan sangat antusias menghadapi hal ini agar
kesempatan tersebut tidak luput darinya. Dalam Shahih Muslim disebutkan
dari Jabir Ibn Abdullah bahwa Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh setan
mendatangi salah seorang kalian dalam setiap situasi dan kondisi bahkan
pada saat makan. Dan jika kunyahan makanan salah seorang kalian jatuh,
hendaklah ia membersihkan bagian yang kotor lalu memakannya dan tidak
membiarkannya dimakan setan. Jika ia telah selesai makan hendaklah ia
menjilat jari-jarinya, karena ia tidak tahu di makanan yang mana
terdapat keberkahan.”
Para ulama menyebutkan bahwa setan mendatangi manusia pada saat-saat
genting itu dengan menyamar sebagai ayah, ibu atau orang lain yang
dikenal sambil memberi naeshat dan mengajak untuk masuk agama Yahudi,
Nasrani atau agama lain yang bertentangan dengan Islam. Pada saat itulah
Allah menggelincirkan orang-orang yang telah ditakdirkan sengsara.
Inilah makna ayat, “(Mereka berdo’a), ‘Ya Tuhan kami, janganlah Engkau
jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau member
petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu,
karena sesungguhnya Engkaulah Maha Pemberi (karunia).”
Abdullah, putra Imam Ahmad ibn Hanbal, berkisah, “Aku menyaksikan
wafatnya ayahku, dan di tanganku ada kain lap untuk mengusap jenggotnya
yang lebat. Pada saat itu beliau pingsan kemudian sadar, lalu beliau
berkata sambil menunjuk dengan tangannya, “Tidak, enyahlah! Tidak,
enyahlah!”
Ia melakukan hal itu berulang-ulang.
Lalu aku bertanya kepadanya, ‘Hai ayahku, apa yang engkau lihat?’
Ia menjawab, ‘Setan berdiri di dekat terumpahku sambil menggigit ujung jari, dan berkata, “Hai Ahmad, ikutilah bujuk rayuku!”
Akupun berkata, ‘Tidak, enyahlah! Tidak, enyahlah, sampai aku matipun!’
Al-Qurthubi berkata: “Aku mendengar guru kami, Imam Abu al-Abbas
Ahmad ibn Umar al-Qurthubi, berkata, ‘Aku menyaksikan ketika saudaraku,
Syekh Abu Ja’far Ahmad ibn Muhammad al-Qurthubi, sedang sekarat, di
Cordova. Dikatakan kepadanya, ‘Ucapkanlah la ilaaha illa Allah.’ Namun,
jawaban yang keluar dari mulutnya, ‘Tidak! Tidak!’
Saat ia siuman, kami menceritakan hal itu kepadanya. Ia pun
bercerita, ‘Datang dua setan di sebelah kanan dan kiriku. Salah satunya
berkata, ‘Matilah dalam keadaan beragama Yahudi, karena Yahudi adalah
agama terbaik.’
Yang satunya berkata, ‘Matilah dalam keadaan Nasrani, karena Nasrani adalah agama terbaik.’
Akupun menjawab, ‘Tidak! Tidak!’
Menurut Ibn Taimiyah, kejadian seperti ini tidak mesti berlaku sama
bagi setiap orang. Bahkan pada sebagian orang, ditawarkan lebih dari dua
agama sebelum matinya. Sedangkan sebagian lagi malah tidak ditawarkan.
Ini semua termasuk fitnah kehidupan dan fitnah kematian yang kita
ajurkan untuk menyebutkan bahwa setan sering menggoda manusia pada saat
sekarat, karena saat itu adalah waktu hajat.
Beliau berdalil dengan hadis, “Amal itu tergantung penghujungnya.”
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Seorang hamba beramal dengan amalan ahli surga,
namun ketika jarak antara dia dan surga tinggal sehasta, takdir mendahuluinya,
sehingga ia beramal dengan amalan ahli neraka, maka masuk nerakalah ia.
Seorang hamba beramal dengan amalan ahli neraka, namun ketika jarak
antara dirinya dengan neraka tinggal sehasta, takdir mendahuluinya,
sehingga ia beramal dengan amalan ahli surga, maka masuk surgalah ia.”
Karena itu beliau shallallahu 'alaihi wa sallam menyampaikan, “Setan itu paling keras upayanya
dalam menggoda anak Adam adalah saat sekarat. Ia berkata kepada
kawan-kawannya, ‘Perhatikan dia, sebab bila ia luput, maka selamanya
kalian tidak dapat mengambil keuntungan darinya.’”
[rika/islampos/ensiklopedia]
****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar