Minggu, 11 Mei 2014

Nama, Panggilan Dan Cara Orang Memanggilku

Nama, Panggilan Dan Cara Orang Memanggilku  

Pada sebuah acara pertemuan seseorang memanggilku dari jauh dengan setengah berteriak..... M. Dafiq! Aku kaget bercampur heran. Sudah sangat lama aku tidak mendengar panggilan seperti itu.  

Namaku Dafiq. Muhammad Dafiq, nama pemberian ibu dan nenekku. Nama yang panjang itu biasa disingkat dengan M. Dafiq. Di rumah aku dipanggil Daf. Si Daf. Tapi di sekolah tentu saja nama ditulis lengkap. Waktu masih di Sekolah Rakyat, M. Dafiq cukuplah untuk ditulis di buku rapor, sementara sehari-hari aku tetap dipanggil Daf. Karena semua guru-guru adalah orang sekampung yang mengenalku dengan nama panggilan yang singkat itu.

Ketika melanjutkan sekolah ke SMP (SMP 3 di Tanjung Alam, berjarak 3.5 km dari kampungku) nama yang didaftarkan  adalah M. Dafiq dan guru-guru memanggilku seperti itu. Tetapi umumnya teman-teman yang datang dari berbagai kampung tetap menyapa dengan  panggilan Daf, seperti kawan-kawan sekampung memanggilku. Kecuali beberapa murid perempuan yang jarang berinteraksi langsung, mereka meniru panggilan guru-guru, M. Dafiq. Nah yang memanggilku di pertemuan yang kutulis di awal tulisan ini adalah salah seorang teman perempuan itu.

Dari SMP aku melanjutkan ke SMA di Rumbai (ikut dengan kakak sepupu). Nama yang tertulis di ijazah SMP sedikit mengalami perubahan menjadi Mohd. Dafiq S. Di SMA semua orang memanggilku Dafiq, dengan penyingkatan menjadi Fiq. Tidak ada lagi yang menggunakan nama panggilan seperti di rumah. Aku tidak protes ketika dipanggil Fiq..., Fiq..., Dafiq.....

Hal yang sama berlanjut ketika aku kuliah di Bandung. Namaku biasanya aku tulis utuh Muhammad Dafiq Saib. Saib adalah nama ayahku yang sedikit dimodifikasi. Nama beliau Saibi, tapi kami anak-anak beliau menghilangkan huruf terakhir.

Tahun 1975 meskipun belum selesai kuliah, aku bekerja di sebuah perusahaan eksplorasi minyak (Petromer Trend). Atasanku seorang Canada, bertanya tentang nama panggilanku dan aku jawab, panggil aku Dafiq. Tapi dia mengusulkan, bagaimana kalau aku panggil kamu Dave (David), katanya. Mungkin karena lebih mudah baginya mengucapkan seperti itu. Aku tidak keberatan (waktu itu). Jadilah di lingkungan kerja, aku  dikenal sebagai Dave Saib. Sedangkan untuk penulisan nama, meniru-niru orang-orang asing itu, namaku ditulis sebagai Muhammad D. Saib atau M.D. Saib. 

Nama M.D. (Dave) Saib berketerusan ketika aku bekerja di Total Indonesie. Banyak kawan-kawan sekantor yang tidak tahu nama asliku. Mereka hanya kenal Dave Saib. Atau pak Saib. Bahkan dengan ustadz-ustadz yang aku kenal selama di Balikpapan, karena aku cukup aktif di pengajian-pengajian, beliau-beliau itu mengenalku dengan nama ini. 

Sejujurnya, setelah semakin berumur, terutamanya setelah mendengar pengajian ada juga rasa risih dan sesal dengan nama yang bukan asli. Di berbagai kesempatan aku coba menjelaskan bahwa nama asliku bukan Dave Saib. Tapi sepertinya sudah susah bagi mereka merobah panggilanku.

Di tempat tinggalku sekarang di Jatibening, alhamdulillah aku dikenal para tetangga sebagai pak Dafiq. Ada ustadz yang aku kenal sejak di Balikpapan, kami undang ke mesjid di komplek kami. Waktu beliau menyapaku sebagai pak Dave Saib, para jamaah perlu menegaskan, 'maksudnya pak Dafiq?'

****
                                  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar