Selasa, 08 Februari 2011

Ustad Rusdiman

Ustad Rusdiman

Aku menerima telepon kemarin pagi dengan sangat tercengang (surprise). Yang menelepon adalah Ustad Rusdiman. Beliau ini guru sekaligus sahabatku ketika di Balikpapan dulu. Beliau sering mengisi pengajian di kelompok pengajian kawan-kawan sekantor yang dulu itu kami lakukan setiap hari Jumat malam. Bersama-sama kami mendirikan sebuah yayasan dakwah yang kami beri nama Yayasan Ar Rahman, di Balikpapan. Itulah di antara lain sarana kebersamaan kami sekitar dua puluh tahun yang silam.

Ustad Rusdiman mengelola sebuah pesantren di KM 10 di Balikpapan (jalan raya Balikpapan- Samarinda). Pesantren Al Muhajirin namanya. Beliau merintisnya dari nol. Sekarang setelah tiga puluh tahun lebih, pesantren yang sebenarnya lebih tepat disebut Sekolah Pondokan (boarding school) untuk tingkatan SMP sampai SMA sudah sangat mapan di gedung yang sudah sangat memadai di atas tanah yang cukup luas, lebih dari 7 ha. Dulu aku sekeluarga dan juga rekan-rekan sekantor yang lain cukup akrab dengan pondok  ini. Dua anak kami yang terakhir aqiqahnya kami lakukan di pondok tersebut.

Menelepon kemaren itu  dilakukannya dari Jakarta. Kebetulan beliau ada urusan di kantor Muhammadiyah di daerah Menteng. Aku mengajak mampir tapi mohon maaf karena tidak bisa menjemput dan mencari beliau. Alasan pertama, kendaraan kami sedang dipakai istriku menghadiri arisan di kantor. Alasan kedua aku sedang dalam keadaan masuk angin berat yang susah menoleh. Salah-salah gerakan, dadaku kadang-kadang terasa sesak seperti ditarik tali dengan kuat. Beliau menanyakan bagaimana caranya untuk datang ke rumah. Artinya menanyakan alamatku yang jelas. Lalu aku jelaskan. 

Sekitar jam setengah lima sore beliau menelepon lagi, memberi tahu bahwa dia sudah di perjalanan menuju ke rumah kami. Jam lima lebih sedikit beliau sampai di rumah dengan menggunakan taksi. Taksi itu disuruhnya menunggu. Aku suruh agar taksi tersebut disuruh pergi saja. Beliau tidak mau karena sudah sepakat dengan sopir taksi itu untuk mengantarkan ke rumah pamannya. Aku menawarkan agar menginap di rumah saja. Beliau menolak, karena sudah terlanjur berjanji dengan paman beliau itu yang tinggal di Depok. 

Kami langsung terlibat dalam  obrolan panjang. Obrolan nostalgia karena sudah lebih sepuluh tahun tidak bertemu. Sekali lagi aku anjurkan agar perjanjian dengan sopir taksi itu diperbaiki saja, biar kami yang mengantarkan. Karena aku mengajak untuk shalat berjamaah di mesjid komplek serta aku minta pula agar beliau bisa memberikan ceramah singkat sesudah shalat maghrib. Semua beliau sanggupi, kecuali membatalkan janji dengan sopir taksi.

Dan kami lakukan semua rencana acara itu. Shalat maghrib berjamaah, taushyah singkat sampai menjelang waktu isya. Beliau senang melihat jamaah mesjid yang lumayan ramai, lebih dari dua shaf. Seterusnya shalat isya berjamaah. Dan terakhir makan malam di rumah. Sopir taksi ikut shalat dan mendengar ceramah tapi menolak dengan bersungguh-sungguh ketika aku ajak ikut makan bersama-sama di rumah.

Demikian pertemuan tak terduga dengan ustad Rusdiman. Hari ini beliau berangkat kembali ke Balikpapan.


*****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar