Sabtu, 31 Agustus 2013

Murai

Murai

Dahulu ketika masih tinggal di kampung sebelum pergi merantau, ada sebuah nyanyian yang di antara bait pantunnya berbunyi; Ari pagi, ari pagi, murai lah bakicau. Aku tidak ingat lagi bagaimana bait-bait lagu itu seutuhnya. Lagu itu sendiri sepertinya jauh lebih tua dariku, tapi kondisinya masih bersesuaian dengan kehidupan di kampung yang aku alami ketika itu. Aku masih mengalami mendengar kicauan burung murai, burung kecil berwarna hitam dan putih yang memang biasanya rajin berkicau-kicau di waktu pagi, di saat matahari akan terbit.

Burung murai adalah burung yang agak langka. Berbeda dengan burung pipit yang biasa terbang bergerombol. Berbeda dengan burung balam yang terbang berpasangan. Murai biasanya terlihat seekor seekor saja di waktu pagi.

Sekarang murai tidak pernah terlihat lagi di kampung dan hilangnya jenis burung ini sudah terjadi sejak sangat lama. Karena mereka diburu untuk diperjualbelikan, lalu dipelihara dalam sangkar. Dan di negeri kita ini, hal tersebut tidak dilarang. Kalaupun ada larangan, sepertinya tidak serius. 

Dua minggu yang lalu, aku berkunjung ke tempat kemenakan di Bandung. Dalam perjalanan ke mesjid untuk shalat zuhur, di sebuah pekarangan terlihat burung murai dalam sebuah sangkar.

Karena populasinya memang tidak banyak, lalu ditangkapi untuk dipelihara dalam sangkar, boleh jadi murai ini sudah hampir punah. Sayang sekali.

Ada jenis burung lain yang dulu ketika aku kecil sering terlihat, sekarang jadi langka. Seperti burung mantilau yang berwarna kuning indah. Burung barabah (merbah) yang terbang berpasang-pasangan juga. Entah kemana menghilangnya burung-burung tersebut.    

Aku tidak habis pikir dengan kebiasaan sebagian orang yang senang memelihara burung dalam sangkar tanpa menyadari bahwa jenis burung tersebut semakin langka di alam bebas. Karena burung-burung tersebut tidak dibudidayakan.  Mereka puaskan ego mereka untuk menikmati suara burung itu di rumah-rumah mereka, tapi mereka tidak perduli bahwa regenerasi hewan malang itu terganggu bahkan terputus. Sungguh sangat sayang sekali.

****

Rabu, 28 Agustus 2013

Perhatikanlah Ketika Engkau Dihadirkan Ke Dunia Ini

Perhatikanlah Ketika Engkau Dihadirkan Ke Dunia Ini  

'Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu. (Waktu itu) kamu tidak mengetahui suatu apapun. Dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan dan hati agar kamu bersyukur.' (surah An Nahl ayat 78).

Menarik sekali ta'lim dalam rangka Silaturrahim sesudah Aidil Fithri di tempat kerja tadi siang. Yang salah satu bagian di dalam ceramahnya adalah tentang bagaimana Allah menunjukkan kekuasaan-Nya dalam proses kelahiran seorang bayi manusia. Allah yang mengeluarkan bayi dari dalam perut atau rahim ibu. Dokter atau bidan atau dukun beranak hanya sekedar menolong. Mereka hanya sekedar sedikit menolong, karena proses kelahiran itu telah diatur oleh Allah sedemikian rupa. 

Janin yang berada di dalam rahim ibu selama sembilan bulan sepuluh hari. Dia berada dan terpelihara dalam air ketuban. Dia sudah dilengkapi dengan mulut, hidung, paru-paru dan organ pelepasan. Tapi semua itu belum difungsikan. Dia menerima suplai oksigen melalui saluran khusus, melalui pusarnya. Melalui jalur itu juga dia menerima saripati makanan. Saripati makanan yang tidak ada ampasnya sehingga dia tidak perlu mengeluarkan kotoran apa-apa. Di dalam rahim itu dia diberi makan sehingga dia bertumbuh sampai cukup umurnya.

Di awal masa kehamilan, posisi janin itu 'berdiri' dengan kepala di atas. Akan tetapi menjelang saat kelahirannya, dia bersujud, kepalanya berada di bawah. Allah tetapkan yang demikian karena nanti kepala itu yang akan lebih dahulu keluar. 

Sampai datang waktu kelahirannya. Allah mudahkan baginya untuk keluar melalui jalan yang sempit. Proses kelahiran itu diawali dengan pecahnya ketuban dan air ketuban menjadi pelicin jalan keluarnya. Kepalanya sedemikian rupa bangunnya yang memudahkannya untuk keluar. Tulang kepala itu lentur dan lunak di saat dia keluar, tapi dalam beberapa menit saja setelah berada di luar tulang kepala itu langsung mengeras. Setelah dia lahir, lalu diputus tali pusarnya, serta merta difungsikan organ pernafasannya. Ketika dia mengeluarkan teriakan / tangisnya yang pertama, pada saat itu mengembang paru-parunya dan langsung bekerja hidungnya menyedot udara / oksigen untuk bernafas.

Dalam beberapa menit kemudian, setelah tubuhnya dibersihkan didekatkan mulutnya ke payudara ibunya. Dia langsung tahu apa yang harus dikerjakan, menghisap dari puting susu ibunya, ilmu yang belum dikenalnya ketika masih berada dalam rahim. Berangsur-angsur difungsikan Allah pendengarannya. Lalu penglihatannya. Lalu hatinya sehingga dia mengenal kasih sayang ibunya.

Perhatikanlah proses kelahiran itu secara utuh. Dan renungkanlah. Tidakkah kita pantas untuk bersyukur dan mengakui keMaha-Perkasaan Allah dalam menciptakan kita?  

*****

                              

Minggu, 25 Agustus 2013

Metallica

Metallica 

Di sebuah sore yang redup, menjelang masuk waktu maghrib, aku dan kemenakanku Pinto terlibat dalam sebuah perbincangan. 
 
'Apakah kau percaya dengan akhirat?' tanyaku memulai.

'Eh.... Kenapa..... mamak? Tentu..... ambo percaya,' jawab Pinto, gugup.

'Tahukah kau dimana pintu akhirat?'

'Kenapa pertanyaan itu yang mamak tanyakan?'

'Jadi kau lupa di mana pintu akhirat...?' aku mencoba memintas jawabannya.

'Bukankah...... Kata mamak...., pintu akhirat itu di kematian....' jawabnya masih ragu-ragu. 

'Bagus kalau kau masih ingat.'

'Tapi..... mamak. Kenapa mamak bertanya seperti itu?'

'Ah, tidak kenapa-kenapa. Aku hanya teringat ketika kalian membincangkan rencana menonton Metallica,' jawabku.

'Maksud mamak ketika ambo berdiskusi, eh menanyakan apakah Nando mau aku ajak menonton pertunjukan Metallica, kemarin itu?'

'Ya.... Tapi kenapa kalian tidak jadi pergi?'

'Karena Nando tidak bersedia. Katanya dia tidak punya uang untuk membeli tiket seharga enam ratus ribu...'

'Tapi, kau sendiri..... Kenapa tidak jadi pergi pula?'

'Uang ambo pun tidak cukup, mamak. Jadinya kami tidak jadi pergi.'

'Oo jadi maksud kau, kalau saja Nando punya uang dan mau pergi, dan mau pula menambah uang kau untuk membeli tiket, barulah kalian pergi. Begitu?'

'Ya,' jawabnya pendek sambil tersenyum kecut.

'Menurut, kau.... seandainya kalian jadi pergi, apakah yang akan kalian peroleh sepulang dari pertunjukan itu?'

'Maksud mamak?'

'Apakah kira-kira, kalian akan puas sedemikian rupa dan terbahagiakan untuk jangka waktu lama setelah menonton pertunjukan musik itu?'

'Entah jugalah, mamak. Tapi, kan jarang ada kesempatan seperti itu. Menonton konser pemusik kelas dunia secara langsung seperti itu..... Belum tentu sekali seumur hidup akan ada kesempatan melihatnya....'

'Wah! Sayang sekali kalau begitu, ya? Pastilah kalian rugi besar karena tidak ikut menghadirinya.'  

'Memangnya menonton konser musik itu dilarang agama, mamak?' tanya Pinto pula.

'Entah pulalah. Hanya saja,  coba kau telaah sendiri. Untuk menontonnya kau harus membeli tiket berharga beratus-ratus ribu rupiah. Uang yang seandainya engkau sedekahkan, pasti besar pahalanya. Tapi ketika kau belikan untuk tiket konser, tidak ada nilainya di sisi Allah. Bahkan mungkin kau dinilai mubazir. Lalu kalian berangkat ke tempat pertunjukan itu sebelum masuk waktu maghrib. Rasanya tidak akan mungkin kalian ingat untuk shalat maghrib disana. Kalian berdesak-desak di tengah kerumunan manusia menanti dimulainya pertunjukan. Setelah acara dimulai, kalian dihanyutkan oleh bunyi memekak alat-alat musik mengiringi lagu yang entah apa yang dikatakan penyanyinya. Dan kerumunan orang-orang itu berjingkrak-jingkrak histeris. Mungkin kalian akan ikut pula berbuat hal yang sama. Nah, seandainya...... dalam keadaan berjingkrak-jingkrak histeris itu, terjadi sesuatu yang tidak diduga-duga. Terjadi ke atas dirimu. Engkau terkorban..... Malaikat maut menjemputmu. Engkau dibawa melalui pintu akhirat. Kira-kira akan dimana tempatmu di akhirat nanti? Tidakkah terpikirkan olehmu?' 

'Tapi..... kan tidak akan sejauh itulah mamak.....'

'Tidak sejauh itu?  Tidak mungkinkah terjadi yang seperti itu menurutmu?' 

'Ya, mungkin. Tapi..... tentu bukan seperti itu yang kita harapkan. Mudah-mudahan tidaklah kita akan dapat serangan jantung gara-gara menonton konser musik...'

'Tidak mesti dengan serangan jantung. Waktu keluar dari arena pertunjukan itu dengan berdesak-desak, dapat saja terjadi malapetaka.' 

'Iya juga ya, mamak.....'

'Jadi...... Sebaiknya..... Banyak-banyak berpikir tentang manfaat dan mudarat dari setiap perbuatan. Ketika kita membeli sesuatu, atau menonton sesuatu, pikirkan betul apa manfaat dan apa mudaratnya. Manfaat yang sungguh-sungguh serta mudarat yang sungguh-sungguh pula. Untuk di dunia ini dan di akhirat. Jangan jadi orang yang hondong air, hondong dadak. Jadi orang yang ikut-ikutan, jadi pak turut, tanpa memahami apa maksud dan tujuan yang diikuti itu.' 

Pembahasan kami terhenti tatkala terdengar kumandang azan maghrib.

****                       

Jumat, 23 Agustus 2013

Bejo

Bejo........

Sulit menterjemahkan arti kata 'bejo' ke dalam bahasa Indonesia. Kata-kata ini adalah dari bahasa Jawa. Lebih kurang maksudnya adalah 'selalu beruntung'. Orang yang bejo, adalah orang yang selalu beruntung. Dalam pemakaian yang aku pahami, pengertian kata 'bejo' sepertinya 'lebih beruntung' secara ekonomi. Misalnya ada orang yang sekolahnya tidak tinggi-tinggi amat, kemampuan khususnya tidak istimewa benar, tapi dia sukses dalam mendapatkan rezeki. Disamping itu, keberhasilan seorang bejo memperoleh rezeki adalah secara halal. Bukan karena menipu, atau mengambil hak orang lain. Bukan dengan jalan korupsi.  

Contoh nyata misalnya (pernah ditayangkan di tv) pengalaman 'pemilik' restoran Sederhana, yang kononnya bersekolah hanya sampai kelas dua SD. Mulai berdagang dengan menggunakan gerobak dorong. Sampai suatu ketika dia mulai dengan membuka sebuah restoran Sederhana tadi itu, yang kemudian seperti terlihat sekarang berkembang menjadi banyak sekali di berbagai kota. Meski sebagian ada yang sistim franchise. Pemilik atau pendiri restoran Sederhana ini adalah seorang yang bejo.  

Ada dua orang teman SD ku dulu yang juga agak istimewa keberhasilannya dalam perdagangan. Tamat dari SD sekolahnya tidak dilanjutkan lagi. Keduanya pergi merantau dan mulai berdagang kecil-kecilan. Berpuluh tahun kemudian aku bertemu dengan keduanya sudah sebagai pedagang besar. Yang satu jadi pedagang dengan entah beberapa buah toko di Lampung. Yang satunya lagi sukses dan jadi pemilik beberapa toko pula di Tanah Abang Jakarta.  

Sangat mungkin bahwa kedua temanku itu, ataupun pemilik restoran Sederhana tidak  pernah mengkhayalkan mereka akan sesukses seperti sekarang. Mereka menjalani hidup mereka dengan biasa, seperti kebanyakan pedagang lain. Sebagai pedagang tentu mereka berhitung, bagaimana caranya mendapatkan untung. Dagangan apa yang sebaiknya dijual. Hal juga yang dilakukan oleh umumnya para pedagang. Tapi bagi sebagian (kecil) orang terlihat saja 'jalan' yang akan ditempuh. Sebaiknya barang ini yang diperdagangkan. Dan di tempat ini diperjual-belikan. Lalu datanglah keberuntungan tadi itu. Dia tiba-tiba jadi 'bejo'. Orang lain berjualan juga tapi tidak laku keras seperti jualannya.  

Kalau kita bertanya atau kita perhatikan apa kiatnya untuk meraih keuntungan besar, diapun tidak bisa menjawab. Adalah benar bahwa dia hemat, rajin, jujur dan amanah, penuh perhitungan. Tapi pedagang lain juga berbuat seperti itu, namun hasil akhirnya tidak sama.

Padahal di sanalah terletaknya pernyataan Allah 'yarzuquu man yasyaaa u bighairi hisaab'. (Dia (Allah) memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa dihitung). Kita diperintahkan untuk berusaha, bertebaran di muka bumi ini untuk mencari karunia-Nya. Tetapi Allah yang menentukan kepada siapa Dia memberikan rezeki dengan berlebih.


*****
                                               

Senin, 19 Agustus 2013

Aidil Fithri Atau Aidil Fithrah?

Aidil Fithri Atau Aidil Fithrah?

Inilah sebahagian bahasan ustadz ketika ceramah subuh hari Ahad kemarin. Sang ustadz melakukan sedikit kritik untuk 'kita' umat Islam di Indonesia. Yang kebanyakan suka bereuphoria dalam ketidak-tahuan atau dalam keacuh-tak-acuhan.

Begini ceritanya:

Sangat mudah mencari contoh orang yang bereuphoria / bergembira luar biasa di hari raya 1 Syawal. Berpakaian serba baru, ber-pusu-pusu ke sana kemari dalam suasana ceria penuh kemenangan. Termasuk di antaranya yang ber-hondoh-poroh mudik di penghujung bulan puasa. Tidak afdal rasanya kalau tidak menyambut hari kemenangan itu di kampung halaman, di tengah-tengah sanak saudara dan handai tolan. 

Karena mereka merasa baru saja memenangkan sebuah pertandingan besar. Padahal belum tentu semuanya ikut bertanding. Bahkan seringkali yang tidak ikut bertandingpun tidak kalah tinggi honjak-nya dalam merayakan kemenangan. Mereka merasa bahwa mereka adalah pemenang. Padahal pertandingan itu ditetapkan oleh Allah, yang menentukan aturan mainnya Allah, yang menilai pencapaian masing-masing pesertanya adalah Allah. Tapi banyak orang tidak perduli dengan penilaian Allah. Mereka mencoba menilai diri mereka sendiri dan mereka merasa bahwa mereka adalah pemenang.

Padahal Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam mengingatkan bahwa betapa banyak orang yang berpuasa tapi yang didapatkannya tidak lebih dari rasa lapar dan haus. Kenapa? Karena mereka hanya menahan diri dari tidak makan dan minum tapi tidak memelihara perilaku mereka yang tidak islami dari dorongan hawa nafsu. Mereka tetap juga bermaksiat. Tetap juga berbuat dosa. Bagaimana mungkin orang seperti ini ikut-ikutan pula merasa jadi pemenang? Lalu ada yang lebih parah lagi. Berpuasa saja dia tidak ikut. Tapi berhari raya dia yang lebih gagah.

Orang merayakan hari raya Aidil Fithri dan berkeyakinan bahwa setiap mereka, yang merasa jadi pemenang tadi itu, sudah kembali suci seperti bayi yang baru dilahirkan. Mereka beranggapan arti dari Aidil Fithri adalah kembali fitrah, kembali suci. Padahal, kata sang ustadz, Aidil Fithri artinya yang benar adalah kembali makan. Kembali berbuka. Ifthar artinya berbuka. Kalau kemarin masih berpuasa, hari ini, di tanggal 1 Syawal kita tidak lagi puasa. Kita ifthar. Kita boleh makan minum kembali. Seandainya yang dimaksud adalah kembali suci atau fitrah maka dalam bahasa Arab disebut Aidil Fithratun (pakai ta marbuthah).

'Kita' umat Islam di Asia Timur ini (termasuk di Malaysia) memang agak berlebihan dalam berhari raya Aidil Fithri. Di Timur Tengah masyarakatnya lebih meriah merayakan hari raya Aidil Adha. Begitu pula kalau kita perhatikan di jaman Rasulullah shalallahu 'alaihi wa salam para sahabat beliau justeru sangat bersedih dengan kepergian bulan Ramadhan. Bulan yang penuh dengan keistimewaan dari Allah. Mereka tidak bereuphoria merayakan hari raya 1 Syawal......

****

Sabtu, 17 Agustus 2013

Mengingatkan Melalui Khutbah Jumat Kemarin

Mengingatkan Melalui Khutbah Kemarin

Alhamdulillah, beberapa hari yang lalu kita telah selesai menjalankan ibadah Ramadhan. Mudah-mudahan rangkaian ibadah di bulan mulia itu berhasil meningkatkan kualitas keimanan dan ketaqwaan kita. Tinggal sekarang mempertahankan nilai tambah yang kita peroleh itu (mudah-mudahan saja demikian adanya) untuk masa-masa ke hadapan. Allah mengingatkan kita, orang yang beriman agar bertaqwa kepada Alah dan memperhatikan apa yang telah diperbuat untuk persiapan di hari akhirat esok, pada firman-Nya dalam surah Al Hasyr ayat ke 18; 'Wahai orang-orang beriman! Bertaqwalah kepada Allah. Dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). Bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Alah Maha Mengetahui apa yang kamu lakukan.' 

Hendaklah memperhatikan dan menghitung-hitung sudah seberapa kira-kira bekal yang disiapkan untuk dibawa ke akhirat. Kalaulah kita selama bulan Ramadhan kemarin berhasil mendapat nilai tambah, akankah kira-kira nilai pahala kita di sisi Allah sudah lebih berat dari nilai dosa? Karena Allah mengingatkan pula dalam surah Al Qariah ayat-ayat 6 sampai 9 yang artinya; 'Adapun orang yang berat timbangan (kebaikan)nya, maka dia dalam keadaan yang menyenangkan, dan orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya, maka tempatnya di neraka hawiyah.'  Meski kita seorang Islam, kemudian ditimbang nilai pahala dan dosa lalu ternyata timbangan dosa yang lebih berat, niscaya akan dimasukkan Allah ke dalam neraka sebagai hukuman atas dosa-dosa kita. Siksa neraka itu bersangatan sakitnya, serta waktu akhirat itu sangat jauh beda lamanya dengan waktu dunia sekarang. Kalau sampai kita dimasukkan kesana sungguh itu adalah derita yang sangat berat.  Na'udzubillah.

Dan Allah ingatkan pula agar memelihara diri kita, bahkan anggota keluarga kita dari siksaan api neraka, dalam surah At Tahrim ayat 6; 'Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan anggota keluargamu dari siksa api neraka, yang bahan bakarnya manusia dan batu. Pengawal-pengawalnya adalah para malaikat yang kasar dan keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan mereka selalu patuh melakukan yang diperintahkan kepada mereka.'  Tidak ada kompromi, tidak ada basa-basi dengan malaikat penjaga neraka itu nanti. Kalau Allah perintahkan agar seseorang dilemparkan, dibenamkan ke dalam neraka, niscaya hal itulah yang akan dikerjakan oleh malaikat Malik, penjaga neraka tersebut.

Hendaklah kita memelihara diri dan ahli keluarga dari siksaan neraka itu. Ingatkan istri dan anak-anak tentang kewajiban mematuhi perintah Allah dan menjauhkan diri dari larangan Allah. Kita bertanggung jawab seperti yang diingatkan oleh Rasulullah shalallahu 'aaihi wa sallam, bahwa; 'Setiap kalian adalah pemimpin. Dan setiap pemimpin akan diminta pertanggung-jawaban atas apa yang dipimpinnya.' Berhati-hati betul dalam memimpin anggota keuarga dan dalam membimbing mereka agar terhindar dari siksaan api neraka. Bukanlah pekerjaan mudah memimpin anggota keluarga untuk senantiasa berada di jalur keridhaan Allah. Berada dalam kelompok yang senantiasa memelihara keimanan dan ketaqwaan kepada Allah. 

Bahkan Allah ingatkan bahwa anggota keluarga itu bisa menjadi musuh seperti yang diterangkan Allah dalam surah At Taghabuun ayat 14; ' Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu. Maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka. Dan jika kamu memaafkan, berhati lapang dan mengampuni mereka, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.' Ada di antara anggota keluarga itu yang menjadi musuh, menjadi pendorong dalam berbuat dosa. Menjadi pendorong dalam melalaikan perintah Allah. Atau bahkan tidak mau diajak untuk mematuhi ketetapan dan perintah Allah. Dan kita, orang-orang yang  beriman diingatkan untuk berhati-hati dalam memimpin mereka mengikuti agama Allah. Ingatkan mereka, dakwahi mereka dengan hati-hati dan berlapang dada.

Marilah kita berusaha bersungguh-sungguh mempersiapkan bekal untuk akhirat, berusaha agar timbangan kebaikan kita lebih berat dari timbangan keburukan kita. Mari kita ingatkan anggota keluarga kita untuk bersungguh-sungguh dalam beriman kepada Allah, agar kita terhindar dari siksa neraka Allah kelak di akhirat.

*****

                     

Kamis, 15 Agustus 2013

Jakarta (Di Hari-hari) Yang Santai

Jakarta (Di Hari-hari) Yang Santai  

Jalan-jalan di Jakarta tiba-tiba jadi sepi sejak hari Sabtu sebelum hari raya. Karena sebagian penghuninya ramai-ramai mudik. Mudik ke mana saja, ke timur, ke selatan, ke barat bahkan ke utara ke pelosok-pelosok Sumatera. 

Libur bersama ala pemerintah adalah sepanjang pekan yang di dalamnya hari raya Aidil Fitri yang jatuh pada hari Kamis 8 Agustus. Di awali sejak hari Sabtu 3 Agustus sampai Ahad 11 Agustus. Makanya, sejak hari Jum'at malam para pemudik sudah berbondong-bondong meninggalkan Jakarta. 

Hari Senin 12 Agustus adalah hari mulai bekerja kembali. Tapi ternyata hari itu jalanan Jakarta masih sepi sekali. Sampai hari Selasa kemarin, Jakarta masih dalam suasana dikalahkan Lebaran. Lengang dan lebih lega. Jalan-jalan terasa nyaman dan menyenangkan untuk dilalui. Jatibening - Slipi jam setengah tujuh pagi dapat ditempuh dalam 45 menit. Betul-betul sebuah kenyamanan. Begitu pula waktu pulang jam setengah lima sore. 35 menit saja. Seandainya setiap hari seperti ini...... (he..he.. jelas mimpi), alangkah akan menyenangkannya. Jadi, banyak pula akibat positifnya bagi yang tinggal di Jakarta, ketika orang berbondong-bondong mudik. Kita menikmati Jakarta yang terasa sangat bersahabat.

Sayangnya, suasana jalan raya di hari Rabu sudah mulai kembali mirip dengan aslinya. Atau mungkin karena aku sedikit terlambat. Merasa yakin masih akan sepi lalu berangkat dari rumah jam setengah tujuh lagi. Ternyata berdesak-desak sebelum dan sesudah melalui gerbang tol kota. Merayap sampai ke persimpangan Mampang. Akibatnya, perlu satu setengah jam untuk sampai di Slipi. Untunglah waktu pulang sorenya lumayan lancar, alhamdulilah.   

Tadi pagi berangkat jam enam, ternyata masih lancar, perlu waktu satu jam untuk sampai di kantor. Kondisi seperti ini ternyata juga disebabkan karena anak-anak sekolah masih libur. Hari Senin depan barulah keadaan jalan raya Jakarta akan utuh seperti semula. Akan segera berakhir suasana santai jalan-jalan di Jakarta. Atau memang sudah berakhir?  


****         

Senin, 12 Agustus 2013

10 Sahabat Rasulullah Yang Dijamin Masuk Surga (Dari catatan Hasnul Hadi Ahmad)

10 Sahabat Rasulullah Yang Dijamin Masuk Surga

by Hasnul Hadi Ahmad on January 5, 2013

10 Sahabat Rasulullah Yang Dijamin Masuk Surga

1. Abu Bakar As-Siddiq

  • Orang yang membenarkan perjalanan Isra’ Mi'raj Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam sehingga diberi gelaran as-Siddiq. 
  • Dicatat dalam surah at-Taubah,ayat ke-40 (Jika kamu tidak menolong (Muhammad), maka sesungguhnya Allah telah memberi pertolongan kepadanya ketika orang-orang musyrikin Mekah mengusirnya dan dia salah seorang dari dua orang (dengan Abu Bakar), ketika keduanya berada dalam gua dan ketika dia berkata kepada sahabatnya; 'Janganlah kamu sedih, sesungguhnya Allah beserta kita'............)
  • Digelari oleh Ali radhiyallahu 'anhu sebagai manusia paling berani di muka bumi.
  • Seumur hidupnya beliau tidak pernah bersyair dan meminum arak.

2. Zubair bin Al-’Awwam

  • Orang pertama yang menghunuskan pedangnya di jalan Allah.
  • Disiksa oleh bapa saudaranya dengan menggantungnya terbalik di dalam gulungan tikar di bawah nyalaan api supaya beliau kembali kafir.
  • Umar radhiyallahu 'anhu menghantarnya sebagai perajurit yang bernilai seribu perajurit bagi membantu tentara Amru al-As radhiyallahu 'anhu menentang tentara Romawi.

3. Saad bin Abi Waqas

  • Terkenal dengan panahannya yang senantiasa tepat dan doanya yang bagaikan pedang yang tajam.
  • Diuji dengan mogok lapar ibunya yang memaksanya kembali kepada kekafiran.
  • Dicatat dalam surah Luqman ayat ke-15.
  • Memimpin pasukan Islam menentang tentara Parsi ketika pemerintahan Umar radhiyallahu 'anhu

4. Abu ‘Ubaidah Al-Jarrah
 
  • Digelari Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam sebagai seorang kepercayaan umat ini.
  • Dicatat dalam surah al-Mujadalah ayat ke-22 di atas peristiwa beliau mengorbankan ayahnya dalam perang Uhud.
  • Gigi-giginya tercabut akibat menggigit rantai besi yang tertusuk ke dalam pipi Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam

5. Ali bin Abi Talib
  • Digelar singa Allah yang dimuliakan wajahnya.
  • Berjaya memecahkan benteng pertahanan Khaibar, pertahanan terakhir Yahudi.
  • Dimuliakan oleh Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam sebagai gerbang kota ilmu.
  • Terkenal dengan ketinggian ilmu pengetahuan serta ilmu peperangan di samping Umar
    radhiyallahu 'anhu.

6. Uthman bin ‘Affan
  • Digelari zunnur’ain(pemilik dua cahaya)
  • Disifatkan Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam sebagai lelaki yang malaikat malu terhadapnya.
  • Membeli telaga seharga 20,000 dirham dari lelaki Yahudi untuk dimanfaatkan umat Islam yang berhijrah ke Madinah.
  • Mengumpulkan al-Quran dalam satu mushaf utama semasa pemerintahannya.

7. Umar Al-Khattab
  • Digelari oleh Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam sebagai al-Faruq (pemisah antara hak dan batil).
  • Dikatakan bahwa Islam senantiasa berada dalam kemenangan setelah keislaman beliau.
  • Para sahabat berpendapat bahawa beliau menguasai 9 dari 10 cabang ilmu.
  • Mengembangkan Islam dari timur ke barat dalam masa yang singkat.

8. Abdurrahman bin ‘Auf

  • Terkenal sebagai seorang sahabat yang paling dermawan.
  • Didoakan keberkahan hartanya oleh Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam sehingga beliau mengibaratkan kekayaannya seumpama menemukan emas dan perak apabila beliau mengangkat sebuah batu.
  • Satu-satunya sahabat yang pernah menjadi imam shalat Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam

9. Talhah bin Ubaidillah

  • Disiksa oleh ibu dan keluarganya sendiri supaya kembali kafir.
  • Diikat dan dipukul bersama-sama Abu Bakar radhiyallahu 'anhu oleh kaum Quraisy sehingga keduanya digelar al-Qarinain (sepasang sahabat yang terikat).
  • Digelari ‘Syahid yang hidup’,'Talhah yang baik’ dan 'Talhah yang dermawan’.
  • Lebih 70 bekas luka dan jari-jarinya putus kerana mempertahankan Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam

10. Sa’id bin Zaid

  • Beliau dan isterinya, Fatimah binti Khattab radhiyallahu 'anha berjaya membawa sinar hidayah kepada Umar radhiyallahu 'anhu.
  • Menyertai kebanyakan perang menentang Romawi dan  Parsi.
  • Diangkat menjadi pemerintah Damsyik oleh Abu Ubaidah radhiyallahu 'anhu.
  • Doanya ketika teraniaya oleh seorang wanita tukang fitnah dikabulkan Allah,wanita itu menjadi buta dan mati.

Sabtu, 10 Agustus 2013

Hari Raya Aidil Fitri 1434 Hijriyah

 Hari Raya Aidil Fitri 1434 Hijriyah


Secercah kebahagian di hari raya Aidil Fitri 1434 Hijriyah. Di hari-hari ketika usia sudah terbilang tua. Ketika anggota keluarga mula-mula telah berpencar membentuk keluarga mereka masing-masing dan bermukim di tempat yang berjauhan. Lalu diizinkan Allah untuk dapat berkumpul di hari bahagia ini. Dengan anak-anak, menantu-menantu dan cucu-cucu.
Di kediaman kami di Jatibening.
Ini bersama ke empat cucu. Rafi, Rasyid, Hamizzan dan Rayyan. Rafi dan Rasyid sudah belajar puasa tahun ini. Ada yang batal, karena sakit. Tapi sudah lumayan. Masing-masing berpuasa lebih dari dua puluh hari.

Dan Izan yang datang dari Balikpapan,  empat hari sebelum hari raya. Dia sangat bahagia berkumpul dengan abang-abang dan adik Rayyan.
Makan pagi bersama pulang dari shalat Ied. Dengan kedua menantu.

Taqabbalallahu minna wa  min kum, taqabbal ya Kaariiim....
Inyiak..........
Inyiak dan nenek......

Anggota keluarga 'besar' utuh dengan anak, menantu dan cucu.
Sekali lagi, khusus inyiak, nenek dan keempat cucu.
Empat Muhammad dengan gaya photo bebas.

Kamis, 08 Agustus 2013

Telah Berlalu Ramadhan Itu

Telah Berlalu Ramadhan 1434H Itu

Ya, telah berakhir Ramadhan 1434 Hijriyah. Dia datang dengan membawa takdirnya, hadir bersama takdirnya dan berakhir dengan ketentuan dari Allah Rabbul 'Aalamin. Ramadhan adalah bulan mulia dengan banyak...... banyak sekali pahala disediakan Allah selama kehadirannya. Untuk orang-orang yang beriman dan taat, patuh kepada ketetapan dan ketentuan Allah. 'Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan dengan dasar iman dan penuh keberhati-hatian, niscaya diampuni dosanya yang terdahulu.' Atau dalam redaksi lain, 'Barangsiapa yang menegakkan (shalat) di bulan Ramadhan dengan dasar iman dan penuh keberhati-hatian niscaya diampuni dosanya yang terdahulu.' Begitu sabda Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam.  

Dan pada hadits yang lain beliau menjelaskan bahwa malaikat Jibril  pernah berdoa lalu beliau aamiinkan, 'Merugilah seseorang yang melalui bulan Ramadhan tapi dosanya tidak terampuni.' 

Bulan Ramadhan adalah bulan saat kita sebagai orang yang beriman diberi kesempatan untuk melebur segenap dosa. Dengan cara beribadah dengan bersungguh-sungguh sepanjang bulan itu dan meminta ampun atas dosa-dosa kita yang terdahulu. Dosa yang sengaja atau tidak kita sengaja melakukannya. Penting benarkah pemutihan atau penghapusan dosa-dosa itu? Mungkin begitu pertanyaan orang yang ragu-ragu. Orang yang tidak sempurna keimanannya. 

Kita adalah makhluk yang sangat mudah terperosok ke dalam dosa. Sadar atau tidak sadar. Disengaja atau tidak disengaja. Jika nanti terlanjur dosa itu lebih berat timbangannya dari pahala maka kita akan dimasukkan ke dalam neraka Allah. Dan siksa neraka itu bersangatan pedihnya, berketerusan deritanya, dan  tidak akan tertanggungkan beratnya namun tetap ditimpakan Allah. Naudzubillah.

Maka sangatlah penting arti dosa terampuni. Sangat penting artinya mendapatkan keridhaan Allah. Sangat berat resikonya manakala kita mendapatkan murka Allah Ta'ala. Oleh karena itu sangatlah pentingnya momen meminta ampun atas dosa. Memohon keridhaan Allah. Agar kelak kita dimasukkannya kedalam kelompok orang-orang yang diridhai-Nya. Dan dihindarkannya dari siksaan api neraka.

Telah berlalu Ramadhan kemarin. Telah kita coba beramal dengan segenap kemampuan kita. Kita lakukan puasa semata-mata hanya karena Allah. Kita berusaha menjaga segenap panca indera kita dari hal-hal yang dapat merusak atau bahkan mungkin membatalkan nilai ibadah puasa kita. Telah kita pelihara ibadah shalat kita dengan sekuat kemampuan pula. Telah kita hadiri majelis tarawih di setiap malamnya tanpa kecuali. Kita tahan desakan keinginan untuk mengabaikan malam-malam terakhir Ramadhan untuk bepergian karena ingin tetap hadir di mesjid-mesjid Allah. Kita baca al Quran. Kita tunaikan sedekah dan infaq dan zakat. Kita istimewakan malam-malam terakhir Ramadhan dalam lama beribadah dalam i'tiqaf di mesjid. Dan kita serahkan semua itu kepada Allah. Kita berkeyakinan hanya Allah saja yang akan menilainya dan akan memberi pahala atasnya.  

Telah berlalu Ramadhan kemarin. Entahlah, apakah kita akan dipertemukan Allah lagi dengan Ramadhan tahun depan. Wallahu a'lam. 

Mudah-mudahan kita senantiasa terpelihara dalam ketaqwaan semata-mata hanya kepada Allah. Sampai akhir hayat kita..... aamiiin..   

*****