Kamis, 24 Maret 2011

Terbirit-birit

Terbirit-birit Dengan Waktu

Ketika ada suatu keperluan, kita merancang penggunaan waktu. Waktu untuk mempersiapkan keperluan, waktu untuk berbuat, waktu untuk menyelesaikan dan waktu untuk menikmati yang kita lakukan. Kadangkala kita mempunyai beberapa program yang harus diselesaikan dalam jangka waktu berdekatan. Atau kadang-kadang kita menyempatkan mengerjakan sesuatu yang ekstra, mumpung kondisi dan situasi mendukung. 

Seminggu yang lalu kami ke Pakan Baru untuk hadir di upacara pernikahan kemenakan. Ada acara baralek sesudah itu. Termasuk resepsi pernikahan. Dan acara itu berjalan dengan sangat lancar, alhamdulillah. Hari Ahad tanggal 20 Maret kami langsung ke Bukit Tinggi, seselesainya pesta resepsi pernikahan. Ikut dengan adik ipar yang datang dari Bukit Tinggi. Berangkat dari Rumbai menjelang maghrib (untuk mampir si sebuah pompa bensin di Pakan Baru melaksanakan shalat maghrib). Agak kagok antara akan singgah untuk makan dulu atau nanti saja di jalan. Soalnya kami masih kekenyangan, sedangkan kalau diteruskan khawatir tidak ada tempat makan yang enak sebelum Lubuk Bangku yang baru akan dicapai sekitar empat sampai lima jam. Akhirnya kami putuskan tidak usah makan dulu.

Kami melaju di senja gelap. Ada juga rencana akan makan di Bangkinang, tapi kembali kami batalkan karena tidak ada tempat makan yang meyakinkan terlihat. Ternyata akhirnya kami sudah tidak tahan menahan lapar dan berhenti di sebuah kedai nasi di Tanjung Balik. Sudah jam satu malam kami sampai di Bukit Tinggi.

Hari Senin tanggal 21 ada rapat di Ma'had (begitu kami menyebut namanya). Rapat rencana kerja menyelesaikan bangunan di lantai dua. Pekerjaan itu sudah lebih 50% selesai. Tinggal memasang bata dinding dan melengkapi pintu-pintu. Dana datang agak tersendat-sendat. Tapi alhamdulillah, mudah-mudahan akan cukup untuk menyelesaikan pekerjaan dinding berikut pintu-pintu itu. Setelah itu insya Allah sudah bisa dipakai meski dindingnya belum dipoles dan lantainya masih semen. Rencananya ruangan-ruangan tambahan itu akan dijadikan asrama santri dan guru-guru (sementara) dan ruangan bawah semuanya dapat digunakan untuk jadi kelas dan ruangan belajar. Masih harus dipikirkan segera tempat tidur santri-santri baru yang insya Allah akan berdatangan di awal tahun ajaran baru nanti. Mudah-mudahan Allah memberi pula jalan kemudahan.

Selesai rapat kembali ke Bukit Tinggi. Diskusi dan pertemuan dengan ipar-ipar. Membahas hal-hal yang perlu pula dibahas. Diskusi yang bahkan berlanjut sampai Selasa pagi. 

Disempatkan pula menyilau kedai nasi Kapau uni Lis. Tentu saja. Dan sesudah shalat zuhur berangkat ke Bandara MIA. Pesawat Lion terlambat setengah jam dari jadwal. Not bad-lah. Jam setengah sepuluh malam sampai di Jatibening.

Selasa siang ke Alsut. Hari ini adalah hari genap 365 hari usia Izan. Muhammad Hamizan Hafidz. Karena dia lahir tanggal 24 Maret. Di Alsut berkumpul dengan besan. Anak-anak dan cucu-cucu hadir semua. Acara dari keluarga untuk keluarga. Makan bersama. Sambil mendengar celoteh Izan semakin banyak. Dan Izan yang kadang-kadang tertawa terpingkal-pingkal kalau digoda abang-abangnya.


Seperti itulah penggunaan waktu terbirit-birit sepanjang satu pekan ini. Sekarang tinggal sedikit capek.

***** 

2 komentar:

  1. Membaca kisah Angku Dafiq terbirit-birit dengan waktu, saya juga mengalami hal keadaan yang serupa. Dua pekan (minggu) yang lepas, jadwal kerja, keperluan niaga kecil-kecilan, jadwal cuti persekolahan anak dan cucu-cucu, saya juga terbirit-birit dengan waktu.

    Selepas jadwal kuliah, saya ke Kuala Kubu Bharu, diikuti ke Bukit Fraser. Selepas itu jadwal ke Raub dan Kuala Lipis (jumlah jalan sekitar 400, pergi dan balik).

    Anak-anak serta cucu-cucu sudah tiga hari berlibur di Cameron Highlands, kakeknya belum tiba juga. Jadi, saya dan isteri memandu pula kea rah pebukitan Cameron Highlands. Menginap di sana cuma satu hari satu malam, untuk membahagiakan anak cucu yang sudah lama menanti.

    Kedatangan Buya Zulharbi ke Ipoh pun tidak sempat saya ikuti. Terasa juga lelahnya jadi rang gaek kini.

    Saya senang sekali membaca nukilan Angku Dafiq.

    Terima kasih.

    BalasHapus
  2. Terima kasih angku Idris.... Memang begitulah kesibukan kakek-kakek dalam menyenangkan cucu-cucu... Semoga kita senantiasa diberi kebahagiaan dan kesihatan oleh Allah SWT. Amiin..

    BalasHapus