Minggu, 27 November 2011

Pergilah Rapat Ke Negeri Cina (4)

Pergilah Rapat Ke Negeri Cina (4)

Mereka menyebutnya dalam Bahasa Inggeris West Lake. Jadi artinya danau (di) barat. Menurut Fang, seorang ahli geologi yang ikut menemani kami, danau itu berupa oxbow lake. Artinya bagian sungai yang ditinggalkan oleh arah arus utama. Hal itu terjadi pada sungai-sungai yang berbelok-belok tajam (meandering) dan pada puncak pembelokan itu arusnya kembali mengambil jalan 'lurus' dan meninggalkan bagian yang melengkung atau belokan.

Kami sampai di dermaga sampan-sampan. Rupanya program berikutnya adalah bersampan-sampan di danau itu. Sampan yang berukuran sedang. Ada tiga deretan tempat duduk penumpang. Dua berhadap-hadapan, dengan sebuah meja yang di atasnya ada sebuah asbak dan satu bangku lagi di belakangnya. Setiap bangku cukup untuk tiga orang. Kami berenam menempati dua bangku yang berhadap-hadapan. Si pendayung sampan punya tempat duduk sendiri di bagian paling belakang. Dia bekerja santai mendayung. Dan ternyata dia kuat sekali. Perahu itu dikayuhnya berkeliling-keliling danau. 

She, (dibaca Sche), yang menemani kami sejak dari Hongkong, jadi tuan rumah yang baik bersama Fang. Dia bercerita tentang danau barat, tentang dongeng dan legendanya, (diantaranya dongeng pengantin ular putih, jelmaan ular yang kawin dengan pangeran, biasalah, namanya juga dongeng), tentang rumah peristirahatan ketua Mao di tepi danau itu yang kami lihat dari jauh, dan konon masih jadi tempat favorit petinggi Cina untuk berkunjung dan menginap, tentang kuil dan sesuatu seperti tonggak dalam danau yang terlihat seperti tempat menambatkan tali kapal dan katanya dibangun seribu tahun yang lalu, dan tiga tonggak dengan latar belakang kuil di atas bukit itu diabadikan di uang kertas 1 yuan. She menghadiahi masing-masing kami selembar uang kertas tersebut sekalian menunjukkan bagian yang digambarkan dalam uang kertas itu.

Sebenarnya, danau itu tidak istimewa-istimewa sangat. Tidak indah-indah sangat. Airnya tidak terlalu jernih. Ada ikan kecil-kecil kadang-kadang terlihat melintas di sisi sampan. Kadang-kadang kami melintas di bawah jembatan. Dua kali kami melihat pasangan pengantin atau calon pengantin sedang berfoto-foto di jalan di atas danau. Katanya mereka sedang membuat foto untuk dekorasi di pesta pernikahan mereka nanti. Mungkin juga ini pengaruh dongeng pengantin ular putih. Entahlah. 

Di tengah danau yang ada pula jalan lain, kami berhenti sejenak untuk berjalan-jalan pula di atas. Melalui taman yang tidak terlalu terawat. Melalui bangunan-bangunan kayu yang tiangnya diukir dengan kaligrafi kuno, yang She sendiri kesulitan membacanya. Tapi dia tetap saja bercerita. Yang jadi perhatianku adalah bahwa tidak ada vandalisme di sana. Tidak ada corat-coret. Tidak ada buang sampah sembarangan. Ini memang perlu diacungi jempol. Padahal pengunjungnya sampai saat senja raya itu masih banyak.

Lalu kami naik sampan lagi. Total kami bersampan-sampan selama hampir dua jam. Makanya aku terkagum-kagum dengan kekuatan si tukang dayungnya yang tidak banyak bicara itu. Sudah menjelang maghrib kami berhenti di dermaga yang lain. Dan disuruh oleh petugas keamanan untuk segera meninggalkan tempat itu (rupanya yang kami jalani itu benar-benar kawasan wisata), karena tempat itu akan segera ditutup. Kami berjalan kaki lagi beberapa saat, menuju restoran di ujung jalan, untuk jamuan makan malam. Saat itu hujan turun rintik-rintik. Restoran itu penuh oleh pengunjung. Orang Cina rupanya sangat senang makan bersama di restoran. Kami naik ke tingkat atas yang sudah di-reserved. Di sana sudah menanti kami semua peserta rapat tadi pagi..........                                                                    

1 komentar:

  1. Siluman Ular Putih itu kan pernah ada filmnya di SCTV, nama karakternya Pai Su Chen! Terkenal loh ituuuu.. :))

    BalasHapus