Minggu, 29 Desember 2013

Penciptaan Manusia

Penciptaan Manusia 

Pagi ini kami mengaji 3 ayat dari surah At Tiin (surah ke 95) yakni ayat-ayat 4, 5 dan 6.

Laqad khalaqnal insaana fii ahsani taqwiim... Sesungguhnya telah Kami ciptakan manusia dalam sebaik-baik ciptaan (ayat 4). Allah subhanahu wa ta'ala yang memfirmankan demikian. Bahwa manusia ini adalah yang sebaik-baik ciptaan Allah. Allah jadikan bentuk tubuhnya serasi dan seimbang. Dan yang lebih utama Allah bekali manusia dengan akal, iman dan nafsu. Manusia akan tetap berada pada posisi yang terbaik selama dia mengendalikan dirinya untuk menjadi makhluk yang beriman kepada Allah, serta patuh dan tunduk kepada aturan dan perintah Allah. 

Kalau dia gagal dalam mengendalikan dirinya dari menempuh jalan yang sudah digariskan Allah maka derajadnya akan jatuh pada penilaian Allah. Bahkan bisa jatuh ke posisi paling rendah, sebagaimana firman Allah pada ayat berikutnya. Tsumma radadnaahu asfala saafiliin.... Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang paling rendah (ayat 5). Manusia-manusia yang sangat baik penciptaannya itu, kemudian kembali menjadi sangat buruk, menjadi hina, menempati posisi paling hina di sisi Allah karena salah urus atas dirinya. Ketika dia tidak beriman kepada Allah. Ketika dia melanggar aturan-aturan Allah. Tidak dilaksanakannya kewajiban yang ditetapkan Allah dan dilanggarnya apa-apa yang dilarang-Nya. 

Untuk memelihara nilai agar menjadi makhluk terbaik di hadapan Allah, maka manusia itu diperintah untuk beriman kepada Allah. Berbuat kebajikan atau beramal shalih karena Allah. Mentauhidkan Allah dan beribadah semata-mata hanya kepada-Nya. Ajaran memelihara iman seperti ini yang disampaikan para Nabi sejak dari anak-anak Nabi Adam alaihissalam sampai kepada kita ummat nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Hanya orang-orang yang beriman dan beramal shalih yang dikecualikan dari kemungkinan menjadi hina dan jatuh derajadnya. Sebagaimana firman Allah pada ayat berikutnya; Illalladziina aamanu wa 'amilushshaalihaati falahum ajrun ghairu mamnuun. Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shalih, maka bagi mereka pahala yang tidak putus-putusnya.

Manusia akan tetap menjadi makhluk Allah yang paling baik selama dia beriman kepada Allah dengan sebenar-benar keimanan. Dan berbuat baik sesuai dengan yang ditetapkan dan diajarkan Allah melalui tuntunan utusan-utusan-Nya. Dalam keimanannya kepada Allah itu dia juga mengimani ketetapan Allah tentang hari akhirat di mana dia akan dihadapkan kepada pengadilan Allah. Dalam imannya kepada Allah dia mengimani keberadaan malaikat-malaikat Allah. Mengimani firman-firman Allah yang diturunkan untuk menjadi petunjuk dan pedoman kehidupannya. Dan mengimani para Nabi yang diutus Allah membawa petunjuk-Nya. Serta dia beriman dengan segala ketetapan dan keputusan Allah yang telah berlaku.

Allah membekali umat manusia dengan akal dan juga nafsu. Manusia harus mengendalikan kedua-duanya dengan keimanan. Keimanan harus menjadi imam diantara akal dan nafsu tersebut. Akal mempunyai keterbatasan. Tidak semua hal dapat terpecahkan oleh akal. Akan berbahaya jika manusia hanya dikendalikan oleh akal tanpa keimanan. Nafsu mempunyai kecenderungan untuk tidak pernah puas, selalu ingin mendapat lebih dan lebih. Manusia bisa celaka kalau tidak mampu mengendalikan nafsu. 

Iman adalah sesuatu yang dinamis. Kadangkala dia kuat, kadang-kadang lemah. Maka iman harus dipelihara agar dia tetap prima. Manusia memerlukan rujukan untuk memelihara iman. Untuk kita umat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam rujukan untuk memelihara iman itu adalah al Quran. Kita wajib mematuhi ketetapan-ketetapan Allah yang ada di dalamnya. Akan merugi orang-orang yang mengingkari ketetapan-ketetapan Allah yang dijelaskan-Nya dalam al Quran. 

Wallahu a'lam.

*****                                          

Tidak ada komentar:

Posting Komentar