Rabu, 02 Oktober 2019

Berhutang (2)

Berhutang (2) 

Aku sangat tidak suka berhutang. Apalagi berhutang dengan harus membayar bunga. Meskipun berhutang sendiri kadang-kadang tidak bisa dihindari. Misalnya saja ketika perusahaan tempat aku dulu bekerja memberi pinjaman untuk membeli rumah. Peminjaman seperti ini merupakan kebijaksanaan perusahaan dalam membantu karyawannya untuk memiliki rumah. Para karyawan dihutangi sejumlah uang untuk membangun rumah yang pembayarannya dicicil dengan pemotongan gaji. Berhutang seperti ini tanpa bunga dan masa pembayarannya cukup lama, bisa sampai lebih dari enam puluh bulan atau lima tahun. 

Pernah juga aku berhutang waktu membeli mobil. Di sekitar tahun 2000, aku ingin membeli mobil bekas karena uangku hanya cukup untuk itu. Rencana membeli mobil itu tertunda cukup lama. Suatu ketika aku dan istri berjalan-jalan di mall Bekasi. Waktu itu di lantai dasar mall itu ada pameran mobil-mobil baru. Tidak ada niat untuk singgah melihat-lihat karena aku sadar, aku tidak punya cukup uang untuk membeli mobil baru yang dipajang. Tapi tiba-tiba terlihat sebuah stiker pemberitahuan pembelian mobil dengan cara mencicil selama sekian tahun tanpa bunga. Mula-mula aku menganggap itu hanya bahasa iklan untuk menarik pembeli saja. Tapi tanpa disengaja aku mendengar keterangan seorang salesman menjelaskan arti nol persen bunga itu kepada pengunjung lain. 

Aku ikut minta penjelasan tentang membayar secara angsuran tanpa dikenai bunga tersebut. Setelah itu berpikir agak lama, karena bagaimanapun aku akan terlibat dalam hutang untuk jangka waktu cukup lama. Di satu sisi, akan memiliki mobil baru menjadi sebuah godaan, namun di sisi lain kenyataan akan berhutang selama waktu yang cukup panjang pasti tidak akan mengenakkan. Akhirnya godaan itu yang menang. Aku membeli mobil tersebut dengan pembayaran awal lebih dari separuh harganya dan sisanya (akan) dicicil selama tiga tahun. 

Alhamdulillaah, masa-masa dililit hutang itu berakhir juga. Dan alhamdulillaah bahwa aku berhasil mencicilnya secara teratur setiap bulan. Hal ini mendapat apresiasi dari si pemberi hutang, di akhir masa pembayaran. Tentu saja dengan penawaran seandainya aku mau berhutang lagi. Tapi setelah itu aku tidak berminat lagi untuk berhutang jangka panjang seperti itu.

Untuk kemudahan saja, aku sudah menggunakan kartu kredit  sejak awal tahun delapan puluhan. Kemudahan tidak usah membawa uang kontan setiap kali aku pergi ke luar kota, terutamanya untuk keperluan kantor. Penggunaan kartu kredit benar-benar sangat membantu. Tapi sejak pertama kali menggunakan kartu kredit aku tidak pernah mau membayar dengan mencicil, karena pasti akan dikenai bunga. Setiap tagihannya pasti langsung aku lunasi, hal yang tidak terlalu disukai si pemberi kartu kredit. Aku masih tetap menggunakan kartu kredit sampai sekarang, terutamanya untuk pembelian tiket pesawat kalau aku bepergian. Aku tidak perlu menunggu tagihannya datang untuk langsung membayarnya.  

****   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar