Senin, 13 Oktober 2014

Masalah Akhlak Anak-anak Kita

Masalah Akhlak Anak-anak Kita

Sebuah rekaman video tentang kekerasan anak-anak murid SD terhadap rekan wanitanya di sebuah SD di Bukit Tinggi disebarkan melalui Youtube dan jadi tontonan masyarakat luas. Beritanya bahkan sampai jadi tayangan sebuah stasiun tv di Jakarta dan mendapat sorotan beberapa petinggi negara. Banyak yang terkaget-kaget. Di mana moral? Di mana budi pekerti? Di mana kesantunan dan kelemahlembutan orang Bukit Tinggi?

Di satu sisi kita mendapatkan tayangan seperti ini sebagai produk kemajuan teknologi. Segala kegiatan dapat diabadikan dalam bentuk rekaman video dan dengan mudah dapat disebarkan. Di sisi lain, yang membuat kita terheran-heran, ada saja orang yang sempat atau bahkan sengaja mengabadikan momen-momen aneh seperti itu, bahkan perbuatan-perbuatan porno untuk disebarkan kepada orang banyak. Perbuatan pelaku kekerasannya mengherankan dan pelaku yang mengabadikannya juga mengherankan.

Yang ingin kita soroti adalah masalah akhlak anak-anak yang berbuat zalim terhadap sesama teman sekelas. Dengan kekerasan yang hampir tidak dapat dipercaya. Menyakiti seorang teman wanita beramai-ramai dengan pukulan, terjangan dan sebagainya. Kok begitu teganya anak-anak ini berlaku kejam seperti itu? Dan hal itu dilakukan di dalam kelas sekolah. Di mana guru? Bagaimana kejadian seperti ini bisa luput dari pengawasan guru...

Kekerasan demi kekerasan sepertinya memang sudah merupakan hal yang 'biasa' sekarang ini. Semakin banyak orang yang mampu berbuat anarkis, berbuat zalim, merusak. Semuanya dengan cara-cara yang tidak terbayangkan. Semakin banyak manusia yang beringas. Yang sadis. Dan rupanya keberingasan itu sudah terbentuk dan terlatih sejak usia dini, usia anak SD yang umurnya baru sepuluh sebelas tahun.....

Dari sekian banyak komentar, ada yang menyesalkan karena 'kita' sudah tidak lagi mengamalkan Pancasila. Terus terang, aku tidak tahu persis pengamalan bagian mana dari Pancasila yang dimaksudkan. Dulu kita pernah sangat intensif melatih diri untuk penghayatan dan pengamalan Pancasila. Ada penataran khusus P4, begitu dulu namanya disebut. Tapi sepertinya tidak terlalu kentara bahwa hasilnya mampu memperbaiki ahlak para peserta penataran. Atau mungkin aku kurang jeli mengamatinya.

Ketika kanak-kanak dulu, nenekku pernah mengingatkan tentang keadilan dan pengadilan Tuhan Allah. Tentang dosa dan pahala. Tentang surga dan neraka. Tentang kenikmatan luar biasa bagi mereka yang diridhai Allah dan siksa luar biasa bagi yang dimurkai dan dihukum Allah. Beliau mengingatkan, hubungan antara manusia dengan Allah dan hubungan antara sesama manusia. Jika kita berdosa kepada Allah, kemudian kita insaf lalu bertobat dan minta ampun, niscaya Allah mengampuni dosa kita. Akan tetapi, jika kita berbuat dosa kepada sesama manusia, semisal kita sakiti dia, atau kita ambil haknya, atau kita berbuang curang kepadanya.... maka selama kejahatan tersebut tidak dimaafkannya, maka nanti di akhirat kita akan mendapat hukuman dari Allah. Allah tidak akan memaafkan dosa yang kita perbuat terhadap orang lain sebelum orang tersebut memaafkan. Jika kita berbuat jahat kepada orang lain, lalu di dunia ini kita tidak mendapat hukuman yang setimpal atas kejahatan tersebut, nanti di akhirat kita akan diadili di pengadilan Allah dan di hukum dengan hukuman akhirat, dimasukkan ke dalam neraka Allah. Yang siksanya, pasti lebih menyakitkan dibandingkan dengan pembalasan di dunia. 

Nasihat nenekku lebih setengah abad yang lalu ini selalu tertanam di kepalaku. Aku takut berbuat zalim kepada orang lain. Nasihat ini kusampaikan pula kepada anak-anakku dan kepada siapa saja yang dapat aku nasihati. 

****                                          

Tidak ada komentar:

Posting Komentar