Jumat, 21 Januari 2011

Obat (lekat) pantang terlampau

Obat.......

Aku ini berpenyakit. Penyakit yang sudah kuakrabi sejak tahun 1986. Penyakit asam urat. Secara berkala sejak 25 tahun yang lalu itu penyakit ini datang menghampir. Obatnya? Sejak mula-mula dulu obat dokter, ketika di Balikpapan. Berubah menjadi obat sinshe begitu aku pindah ke Jakarta tahun 1993. Lalu obat herbal (daun-daunan) sejak tahun 1998 yang enam tahun kemudian, di tahun 2004, tidak lagi manjur. Dan aku melakukan hit and run. Mencoba-coba obat apa saja yang 'katanya' bagi orang lain manjur.

Waktu masih di Balikpapan sampai tahun 1993, boleh dikatakan gangguan asam urat ini datang secara teratur satu sampai dua kali setiap tahunnya. Penyebabnya apa lagi kalau bukan makanan. Terutamanya sea food seperti udang, cumi, yang memang berlimpah di Balikpapan. Yang diserangnya adalah pinggangku. Kalau lagi kumat, salah gerakan sedikit saja bukan main sakitnya. Aku berjalan dengan susah payah dan terseok-seok.

Waktu pindah ke Jakarta, kawan-kawan sekantor menertawakanku waktu aku mengeluhkan sakit asam urat. Mereka terbebas dari asam urat dan kolesterol tinggi yang dibuktikan setiap kali melakukan pemeriksaan kesehatan tahunan. Ternyata penyebabnya adalah, karena salah satu dari karyawan kantor kami adalah seorang sinshe. Dia ini pindahan dari Balikpapan juga dan aku mengenalnya sejak lama. Dia menyuruhku menggunakan obat berupa tablet, buatan Cina. Alhamdulillah, obat itu ternyata manjur. Aku bebas serangan asam urat sampai tahun 1998. Pada tahun itu, obat ini hilang dari pasaran.

Atas saran teman lain aku mengkonsumsi sejenis daun-daunan (namanya daun sambung nyawa). Ringkas saja, ternyata selama bertahun-tahun menggunakan beberapa lembar daun ini yang aku makan mentah setiap pagi, dapat pula membebaskanku dari asam urat. Makan boleh dikatakan tidak berpantang. Tidak sekali juga masalah asam urat timbul.

Sampai kira-kira pertengahan tahun 2004, daun sambung nyawa ini tidak lagi manjur. Aku mulai diserang asam urat lagi. Kali ini yang terkena adalah kaki, di dekat jempol kaki. Aku kembali minta obat dokter. Tetapi sayangnya, obat dokter itu tidak diterima oleh tubuhku. Aku alergi. Setiap kali minum obat yang diberikan dokter (namanya zyluric) mulutku dipenuhi sariawan yang luar biasa pula sakitnya.

Akhirnya aku mencoba dan mencoba bermacam jenis obat yang katanya, bagi orang lain cukup manjur. Hasilnya hampir tidak ada. Pernah aku mencoba rebusan sidaguri, sejenis tumbuhan semak-semak yang kebetulan tumbuh di belakang rumah. Terakhir aku diberitahu khasiat rebusan daun salam yang katanya juga merupakan obat penyembuh asam urat.

Sudah sejak beberapa hari aku menggunakan atau meminum air rebusan daun salam ini. Mudah-mudahan sementara ini ada kebaikannya. Lalu timbul di pikiranku untuk menggabung daun salam dan daun sidaguri. Dalam pikiranku mudah-mudahan keduanya akan saling memperkuat penyembuhan. Ternyata tidak. Hari ini aku terkapar di tempat tidur sesudah meminum rebusan kedua jenis daun-daunan itu. Sepertinya dengan digabung itu, khasiat keduanya justru saling mematikan. Dan tinggallah sakit yang mula-mula tidak serius, yang lalu berobah menjadi sakit sekali. Memang kata sebuah pantun di kampung dulu;

Ampek angkek parang jo Lintau
Parang jo anak rajo Cino
Ubek lakek pantang talampau
Panyakik lamo datang pulo.....

*****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar