Sabtu, 31 Agustus 2013

Murai

Murai

Dahulu ketika masih tinggal di kampung sebelum pergi merantau, ada sebuah nyanyian yang di antara bait pantunnya berbunyi; Ari pagi, ari pagi, murai lah bakicau. Aku tidak ingat lagi bagaimana bait-bait lagu itu seutuhnya. Lagu itu sendiri sepertinya jauh lebih tua dariku, tapi kondisinya masih bersesuaian dengan kehidupan di kampung yang aku alami ketika itu. Aku masih mengalami mendengar kicauan burung murai, burung kecil berwarna hitam dan putih yang memang biasanya rajin berkicau-kicau di waktu pagi, di saat matahari akan terbit.

Burung murai adalah burung yang agak langka. Berbeda dengan burung pipit yang biasa terbang bergerombol. Berbeda dengan burung balam yang terbang berpasangan. Murai biasanya terlihat seekor seekor saja di waktu pagi.

Sekarang murai tidak pernah terlihat lagi di kampung dan hilangnya jenis burung ini sudah terjadi sejak sangat lama. Karena mereka diburu untuk diperjualbelikan, lalu dipelihara dalam sangkar. Dan di negeri kita ini, hal tersebut tidak dilarang. Kalaupun ada larangan, sepertinya tidak serius. 

Dua minggu yang lalu, aku berkunjung ke tempat kemenakan di Bandung. Dalam perjalanan ke mesjid untuk shalat zuhur, di sebuah pekarangan terlihat burung murai dalam sebuah sangkar.

Karena populasinya memang tidak banyak, lalu ditangkapi untuk dipelihara dalam sangkar, boleh jadi murai ini sudah hampir punah. Sayang sekali.

Ada jenis burung lain yang dulu ketika aku kecil sering terlihat, sekarang jadi langka. Seperti burung mantilau yang berwarna kuning indah. Burung barabah (merbah) yang terbang berpasang-pasangan juga. Entah kemana menghilangnya burung-burung tersebut.    

Aku tidak habis pikir dengan kebiasaan sebagian orang yang senang memelihara burung dalam sangkar tanpa menyadari bahwa jenis burung tersebut semakin langka di alam bebas. Karena burung-burung tersebut tidak dibudidayakan.  Mereka puaskan ego mereka untuk menikmati suara burung itu di rumah-rumah mereka, tapi mereka tidak perduli bahwa regenerasi hewan malang itu terganggu bahkan terputus. Sungguh sangat sayang sekali.

****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar