Rabu, 09 Februari 2011

Obat Yang Tidak Pernah Terpikirkan

Obat Masuk Angin

Masih lanjutan cerita kedatangan ustad Rusdiman ke rumah kami. Waktu itu, aku sedang tidak enak badan. Sedang tidak nyaman. Pasalnya aku sedang...... menurut keyakinanku...... masuk angin. Sebagai pembanding bagaimana rasa sakit yang aku rasakan, mungkin kebanyakan 'kita' pernah merasakan salah tidur, merasa berat di bagian kuduk, dan tidak bisa menoleh ke arah yang kita inginkan dengan nyaman. Kalau dipaksakan sakit sekali rasanya. Yang aku rasakan mirip dengan itu, bahkan lebih berat, dan bukannya di kuduk tapi di punggung dan dada. Pada posisi tertentu atau gerakan tertentu, rasanya seolah-olah dadaku diikat dengan tali lalu ditarik dari dua arah. Nafas seperti mau putus. Misalnya ketika berdiri lurus sesudah rukuk dalam shalat, atau ketika akan sujud, terasa hentakan yang sangat keras di dadaku yang sangat sakit dan menyesakkan.

Keadaan seperti ini baru aku alami pertama kalinya sekitar enam bulan yang lalu. Dan jauh lebih parah. Bukan hanya pada gerakan tertentu aku kesakitan tapi hampir pada setiap gerakan. Sedemikian gawatnya waktu itu, sampai aku tidak bisa bangun dari tempat tidur. Lalu dibantu dengan obat penahan rasa sakit. Lumayan bisa bangun meski masih meringis-ringis. Lalu dibawa ke dukun patah tulang, pak haji Ilyas, tidak jauh dari tempat kami tinggal. Masih sagat khawatir, adikku menyarankan agar aku diperiksakan ke seorang dokter ahli penyakit dalam yang kebetulan orang kampung kami. Waktu pergi ke dokter ini kondisiku sudah 90% normal. Entah obat mana yang membantu menyembuhkan. Dokter A, yang spesialis itu tidak menemukan sesuatu yang spesifik. Dia menganjurkan agar aku diperiksa oleh dokter spesialis radiologi, yang kebetulan iparnya. Aku yang sudah merasa baikan, dan sekali lagi aku yakin bahwa yang aku alami tadi itu adalah masuk angin, tidak berminat untuk melanjutkan pemeriksaan  ke dokter ahli radiologi tersebut.

Sejak kejadian itu, hal yang sama datang lagi beberapa kali. Seperti masuk angin. Sepertinya kalau saja aku bisa sendawa akan sangat mengurangi rasa sesak di dadaku. Tapi susah sekali untuk sendawa. Oh ya, seperti keyakinan orang banyak, ketika masuk angin, aku minta tolong dibaluri dengan obat gosok. Bahkan minta tolong dikerok. Tapi tidak banyak membantu. Sakit dengan sentakan menyesakkan itu tetap saja bertahan.

Waktu kami berbincang-bincang dengan ustad Rusdiman kemarin dulu itu, dan dia melihat aku kadang-kadang meringis, dan aku sudah menceritakan apa yang aku rasakan, beliau menanyakan apakah di rumah ada kapur sirih dan kunyit. Kapur sirih tidak ada, dan tidak yakin akan dapat dimintakan ke tetangga. Rasanya tidak ada lagi orang di sekitar kami ini yang menyirih. Lalu ustad Rusdiman menunjukkan cara pengobatan yang aku belum pernah dengar. Kunyit dikupas dan dibelah-belah ujungnya. Dicelupkan ke dalam kapur sirih yang dibasahi lalu dioleskan di dada dan punggung yang terasa sakit.

Kemarin kami mendapatkan kapur sirih. Dicoba mempraktekkan seperti yang diajarkan oleh ustad Rusdiman. Istriku membaluri dada dan punggungku dengan kapur sirih yang dicolek dengan kunyit yang ujungnya dibelah-belah itu. Alhamdulillah, pagi ini rasa sakit nyeri menyentak itu sudah sangat banyak berkurang. 

*****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar