Minggu, 26 Juni 2011

Kali Ini Cerita Makan

Kali Ini Cerita Makan 

Kali ini cerita makan di Bandung. Ya, Bandung waktu aku minggu kemarin menginap selama tiga malam. Bandung yang sekarang punya hotel di mana-mana dan punya tempat makan di mana-mana, berserak-serak dari utara ke selatan dari barat ke timur. Segala macam makanan dan masakan, tumpah ruah. Kan penikmat Bandung tidak putus-putus datang dari Jakarta, apalagi di akhir pekan. 

Dan kita makan keluar bersama-sama si Bungsu. Hari pertama kami makan di Setia Budi atas. Si Bungsu yang merekomendasi. Katanya dia makan enak betul disana dan suasananya artistik. Masakan Cianjuran, begitu judulnya. Terbayang pepes ikan mas dan sebangsanya. Waaw. Mari kita coba. Ada satu meja panjang diisi penuh rombongan yang sepertinya sedang arisan. Lalu ada meja lain diisi oleh empat orang. Dan kami. Suasananya artistik? Mungkin. Kami pesanlah ikan (yang ehem, ternyata agak mahal, tapi kalau rasanya enak, kenapa tidak) gurame goreng. Ayam goreng dan lalap mentah yang dibumbui (mungkin maksudnya seperti salad). Rasa????? Aduh..... Ternyata hanya 5.5. Itu sudah untuk keseluruhan. Ayam gorengnya punya nilai lebih rendah lagi. Beneran. 

Besoknya di hari kedua. Kami dibawa si Bungsu ke warung Sunda lagi. Namanya kita singkat SMR sajalah. Disini kita boleh memilih bermacam-macam ayam, ikan, bermacam-macam sayur (di antaranya daun pepaya ditumis, enak sekali dan cendawan atau jamur putih yang juga ditumis). Ayam yang kita pilih itu diolah (digoreng atau dibakar) jadi kita tunggu untuk beberapa menit. Dan lalapan sama sambel yang diambil dan dibawa ke meja kita sendiri. It was best. Nilainya 7.5 lah. 

Malam ketiga, dalam kebingungan mau ke mana akhirnya kami putuskan ke SMR lagi saja. Agak penasaran karena tadi malam nasinya sebenarnya kurang tapi malas mau minta tambah. Dan karena tumis daun serta bunga pepayanya itu, perlu benar diulang. Kali ini kami pergi berempat dengan satu orang teman serumah si Bungsu. 

Rumah makan itu dipenuhi pengendara motor gede (Moge) malam itu. Khawatir kekurangan nasi lagi, kami pesan langsung 5 porsi nasi. Sayang sekali tumis bunga pepaya sudah habis. Ya sudah, toh masih ada yang lain. Aku bersiap-siap untuk makan enak. Seenak tadi malam.

Tapi...... masya Allah....  terjadi malapetaka.  Ketika sedang menanti lauk yang sedang digoreng, aku memotes beberapa lembar daun lalap dan ketimun potong dan memindahkannya ke piring. Tahukah anda malapetaka apa yang terjadi? Seekor ulat seperti lintah berwarna hitam jatuh ke piringku bersama lalap itu. Ulat / lintah hitam yang menggeliat-geliat. Tanpa terlihat oleh ketiga peserta makan malam, aku angkat piring ajaib itu dan aku serahkan kepada pelayan restoran. 'Tolong ganti piring ini!' perintahku. Si Bungsu bertanya, ada apa. Aku jawab 'ada deh'. 

Selera makanku (meski makannya diteruskan juga ), turun 75%. Hidangan yang harusnya seenak yang tadi malam, seperti menggeliat-geliat di kerongkongan. Boro-boro menghabiskan lima porsi nasi, sepertinya kami makan sedikit lebih dari tiga porsi untuk berempat. Si pelayan yang cukup sopan, datang berkali-kali minta maaf. Si Bungsu menghibur, mestinya kan disyukuri, karena itu bukti bahwa lalapannya tidak pakai pestisida. Barangkali iya juga, hanya otakku tidak bisa melupakan mahluk kecil yang menggeliat-geliat itu....

*****    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar