Jumat, 24 Juni 2011

Tidakkah Mencemaskan?

Tidakkah Mencemaskan?  

Bandung sekarang tidak sama dengan Bandung 30 - 40 tahun yang lalu. Tentu saja. Jakartapun juga pastilah demikian pula, dalam ketidaksamaannya. Dalam hal kesemrawutan. Dalam hal bangunan-bangunan tinggi. Bandung seperti tidak mau kalah dalam membuat gedung bertingkat tinggi. Ada banyak sekali hotel bertingkat, apartemen bertingkat terletak di mana-mana. Sejak dari Bukit Dago di bagian utara sampai ke batas kota Padalarang. Bertingkat, megah, mentereng.

Mungkin aku saja agak berlebihan. Ada kecemasanku melihat bangunan-bangunan tinggi besar-besar itu dan hubungannya dengan konsumsi air. Air tanah dekat permukaan adalah sesuatu yang sulit di Bandung. Aku ingat ketika membuat praktikum geologi teknik 35 tahun yang lalu, dan kami melakukan survai muka air tanah di sekitar Dago Atas. Dan hasilnya, ada dan banyak sumur masyarakat yang muka airnya berada sampai 15 meter dari permukaan. Lalu bagaimana dong? Dari mana hotel-hotel besar yang di daerah Dago itu mendapatkan air untuk konsumsi hotel? Tentu saja dengan menggali sedalam mungkin. Sumur artesis istilahnya. 

Sementara ini kelihatannya masih aman-aman saja. Air mencurah deras di tingkat paling tinggi bangunan bertingkat itu. Untuk mandi para tamu hotel. Untuk peturasan. Untuk mengisi kolam renang hotel yang sekali sekian hari airnya diganti. Berkat pompa. Berkat air itu dihimpun ke sebuah tangki besar di puncak bangunan lalu dari sana dipompa lagi mengalirkannya ke setiap kran air. Berapa banyak? Wallahu a'lam. Masalahnya, sanggupkah dataran atau bukit-bukit di sekitar Bandung menampung dan mengisi kembali cadangan air yang dipompa dengan sangat banyak itu?

Ah, tentu para ahli sudah menghitungnya (kalau-kalau iya). Mudah-mudahan begitu dan mereka tidak salah hitung. Karena melihat gelagatnya, bangunan tinggi di Bandung akan tetap bertambah banyak. Dan mereka akan berlomba-lomba menggali mencari air tanah.

*****

1 komentar: