Jumat, 27 Januari 2012

Macetnya (karena) Pemogokan

Macetnya (karena) Pemogokan 

Orang yang tinggal di daerah timur Jakarta dan biasa menggunakan jalan tol Cikampek, ke arah Bekasi dan lebih ke timur lagi, pastilah sangat kesal pada sore hari kemarin. Jalan tol bebas hambatan itu (meski kata-kata bebas hambatan nyaris-nyaris musykil di Jakarta dan sekitarnya) kemarin tersumbat habis. Menjelang waktu maghrib, kendaraan tidak bisa bergerak sama sekali, seperti sedang menghadapi tembok besar dan kukuh. Pasalnya adalah demo buruh di Cikarang, yang konon, para pendemo mula-mula menutup sebagian ruas tol  dan akhirnya seluruh bagian jalan bebas hambatan itu. Tertutup, tak bisa dilewati.

Aku sendiri kemarin itu dua kali pulang pergi melalui jalan tol Cikampek dari dan ke arah pintu tol Jatibening. Berangkat pagi-pagi ke arah Slipi sangat aman dan lancar. Jam tujuh kurang sepuluh sudah sampai di tujuan. Sebuah rekor waktu singkat untuk menempuh jarak 20 kilo itu di pagi hari. Jam sebelas kurang lima aku menaiki taksi dengan tujuan pulang ke Jatibening. Hanya perlu waktu 15 menit untuk sampai ke pintu tol Pondok Gede. 15 menit untuk 15 km. Tapi sayangnya, satu kilometer menjelang keluar di gerbang tol Jatibening, kendaraan itu mulai merayap. Sudah hampir jam setengah dua belas, artinya sudah hampir dua puluh menit, taksi itu belum juga sampai di depan loket pembayaran tol. Di depan kami antrian kendaraan masih beringsut-ingsut. Aku akhirnya terpaksa turun, meneruskan berjalan kaki sampai ke pangkalan ojek di belokan setelah keluar dari jalan tol dan naik ojek ke rumah. Aku harus memenuhi tugas jadi khatib di mesjid komplek.

Sesudah makan siang, jam satu tepat, aku diantar istriku ke pangkalan taksi di dekat pintu masuk tol di Jatibening. Jam satu lebih sepuluh naik taksi untuk kembali ke kantor di Slipi. Jalan tol itu lengang selengang-lengangnya sampai ke pintu tol kota. Bahkan di dalam tol kota. Jam setengah dua lebih sedikit aku sudah kembali berada di kantor. Naik lift bersama-sama kawan-kawan se kantor yang baru kembali dari makan siang sesudah shalat Jum'at. Padahal aku tadi sudah minta ijin untuk kembali terlambat. 

Lalu waktu pulang jam setengah lima. Ada pemberitahuan di kantor untuk menghindari jalan tol Cikampek. Ada pula peringatan di baliho elektronik di Cawang mengingatkan bahwa jalan tol dari Jatibeing - Cikarang macet total. Meski sudah agak tersendat, taksi yang aku tompangi masih mencoba meneruskan memasuki jalan tol Cikampek itu. Masih bergerak meski tersendat-sendat. Istilahnya masih dengan kecepatan 10 - 20 km/jam. Tepat di tempat keluar tol Pondok Gede, antrian kendaraan itu mulai tidak bergerak. Taksi itu kusuruh keluar di Pondok Gede. Tersendat-sendat menuju ke arah jalan Kalimalang. Menyusuri jalan sepanjang kali itu sampai ke pertigaan Radin Inten, harus berbelok ke kiri, karena jalan itu tertutup ke arah Bekasi. Beringsut-ingsut lagi di sepanjang jalan Radin Inten sampai ke putaran balik. Kembali antri dan tersendat-sendat menuju Kalimalang, berbelok ke kiri, kembali menyusuri kali. Jalan Kalimalang yang terkenal kemacetannya, sore kemarin itu sudah dalam kondisi yang mendebarkan itu. Aku suruh sopir taksi berbelok ke kanan di persimpangan Lampiri, melalui jalan kecil memintas. Alhamdulillah aku akhirnya sampai di rumah tepat ketika azan maghrib berkumandang.

Dahsyat juga akibat pemogokan buruh di Cikarang. Aku mendengar berita bahwa demo itu akhirnya dibubarkan secara paksa oleh pasukan Brimob......

*****                              

Tidak ada komentar:

Posting Komentar