Kamis, 21 April 2011

That's the way (even) I (don't) like it

That was the way even I don't like it

Ingat ketika masih muda dulu, ada sebuah lagu genit dan teu puguh yang entah judulnya apa, tapi ada sebaris kata-kata that' s the way I like it ( lalu ada suara aha-aha). Bukan karena aku suka lagu itu tapi tiba-tiba ingat saja, judulnya.

Nah, kemarin sore. Ketika orang-orang di tempat aku bekerja saling mengingatkan untuk cepat-cepat pulang sebelum macet berat, (soalnya karena menjelang long week end, lalu lintas jadi ekstra padat) maka akupun bersetuju. Jam empat seperempat (instead of jam setengah lima) aku turun. Berharap akan sampai di rumah lebih awal dari biasa.

Ternyata....... Di sinilah bermula sebuah cerita yang I don't like it itu. Tidak sebuahpun taksi mau berhenti ketika distop. Operator sebuah perusahaan taksi yang aku pesan setiap hari memberi tahu kalau dia belum bisa mendapatkan taksi untukku. Sudah dua-tiga kali terjadi hal yang sama, tidak pernah jadi masalah. Aku turun dan berjalan ke pinggir jalan, segera saja ada taksi yang bisa dihentikan. Tapi kemarin itu tidak ada. Berpuluh-puluh buah taksi yang datang dari arah Grogol sudah berisi penumpang. Dan memang lalu lintas luar biasa sibuk dan padat dengan segala jenis kendaraan, terutama sepeda motor. Aku menanti beberapa puluh menit, hasilnya nihil. Lalu aku berjalan ke arah hotel Ibis di mana biasanya ada taksi mangkal. Tapi kemarin itu, ada satu-satunya taksi tapi tidak ada sopirnya. Sudah lewat jam lima.... Waaw..... Aku teruskan berjalan ke dekat lampu merah sambil tetap berusaha menoleh dan menghentikan taksi. Nool besar.... Betul-betul hebat petang menjelang long week-end ini.

Akhirnya aku lihat sebuah bus besar berwarna hijau sedang berhenti menunggu penumpang. Terpampang tulisan Grogol - Cawang. Aku segera mendekat dan naik. Ada tempat duduk. Ya, alhamdulillah. Dan ternyata, ini yang agak mencengangkan, di jalan arteri di samping jalan tol yang berdesak-desak itu, bus hijau panjang ini bisa berlari bebas. Subhanallaah.... Dia tersendat-sendat sedikit di Semanggi lalu setelah itu men-cerupus lagi larinya. Dan ternyata setelah dari Semanggi dia masuk jalan tol yang mulai sedikit lega. Tapi di plank  elektrik di jalan ada pemberitahuan bahwa jalan tol arah Cikampek padat merayap, kecepatan sekitar 10 km/jam... Oalah.....

Bus terus melaju. Di daerah Cawang, entah karena apa, penumpang-penumpang berhamburan ke arah belakang bus. Aku terheran-heran dan bangkit dari duduk karena memang sebentar lagi akan turun. Rupanya ada yang berteriak minta api (untuk rokok?) dan orang-orang menyangka dia berteriak ada api..... Masya Allah!!!!! Singkat kata, bus itu akhirnya sampai di pertigaan Cawang arah ke Cililitan. Aku turun. Di pinggir jalan sedang ngetem (menunggu penumpang) mikrolet nomor 19 jurusan Bekasi. Aku langsung naik. Jalan Kali Malang ternyata lancar-lancar saja. Dan aku sampai di Kincan (pemberhentian sebelum berbelok ke komplek perumahanku) sekitar jam setengah tujuh. Tukang ojek berebutan menawarkan jasa. Tapi di sini aku punya pilihan berbeda. Aku lebih senang naik beca. 

Akhirnya jam tujuh kurang seperempat sampai di rumah. Bergegas shalat maghrib. That's the way I don't like it, karena aku ingin sampai di rumah sebelum masuk waktu maghrib, yang kemarin ternyata luput......

*****     

2 komentar:

  1. Pak David , " mencirupus" sama ya artinya ppppp> "mencudus" sama juga ya ? dengan " bakirok "......? sanang sangaek ati ambo mambaco diyari diyari ko ..... mokasi
    inyiak jangkuang di kiktinggi

    BalasHapus
  2. He..he..he.. ahlan wa sahlan nyiak.... Baa kaba di Kiktenggi, nyiak? Tarimo kasih alah singgah...
    Wassalam,
    Lembang Alam

    BalasHapus