Selasa, 21 Februari 2012

Arti Sebuah Nama

Arti Sebuah Nama

Hari Kamis, menjelang subuh. Aku berjalan kaki dari arah rumah sakit umum menuju ke Jirek. RSU itu sekarang bernama RSU Ahmad Mukhtar. Rasanya, ketika itu belum dinamai seperti itu. Berjalan kaki di keheningan subuh karena tidak ada satu kendaraan apapun yang berlalu. Di udara yang sejuk dingin luar biasa. Tapi bagiku tak terasa sedikitpun. Karena aku baru saja mendapat suatu anugerah luar biasa.

Aku berjalan seperti menghitung langkah. Bergegas ingin sampai ke tujuan untuk berbagi berita. Dan tiba-tiba, aku dikagetkan oleh suara azan subuh dari arah Mesjid Raya. Lantang dan bersih. Nyaris serentak dengan suara azan yang berkumandang itu, melesat di otakku. Sebuah nama. Agamaku di saat fajar. 

Padahal ada perjanjian di antara kami. Seandainya yang hadir laki-laki, aku yang akan memberi nama. Sebaliknya seandainya yang lahir perempuan, istriku yang akan memberi nama. Aku tidak yakin dia telah memikirkan nama itu. Karena tidak pernah sekali juga disebutnya dengan suara yakin. Sedangkan aku sudah sangat mantap dengan nama Faisal. Muhammad Faisal.

Tadi, jam 4.20 waktu Indonesia barat, seorang bayi perempuan baru saja lahir. Aku terkecoh tadi itu. Sekitar jam dua malam, kami berjalan kaki bertiga dari Jirek ke rumah sakit. Tidak ada kendaraan di tengah malam di kota itu ketika itu. Jarak itu lebih kurang dua kilometer. Dan kami berjalan perlahan-lahan, sampai akhirnya sampai di rumah sakit. Kami bertiga. Aku istriku yang hamil berat segera akan melahirkan, dan kakaknya, kakak iparku, seorang bidan di rumah sakit itu juga. 

Di rumah sakit mereka sibuk mempersiapkan persalinan. Aku meminta sungguh-sungguh untuk ikut menyaksikan. Permintaan yang rupa-rupanya kurang pas untuk lingkungan rumah sakit itu. Kakak istriku itu menasihatiku untuk berbaring-baring dulu di kamar sebelah, dan nanti kalau saat kelahiran sudah dekat, aku akan dibangunkan, katanya. Dan ternyata, aku dibangunkan sesudah anakku lahir. Aku terkecoh.

Anak perempuan yang keras tangisnya. Lahir sungsang katanya (karena aku tidak menyaksikan). Dan sudah boleh diazankan, kata bidan-bidan yang membantu proses kelahiran itu. 

Barulah sesudah itu aku bergegas pergi. Untuk menyampaikan berita gembira itu ke rumah. Dengan berjalan kaki tanpa merasa dingin di udara Bukit Tinggi yang sangat sejuk di waktu subuh. Lalu mendengar suara azan itu.

Siangnya aku sampaikan kepada istriku, bahwa, kalau dia belum punya nama, aku sudah mendapatkannya. Kata istriku, tapi dia perempuan. Kataku, sebuah nama yang indah, yang aku dapatkan tadi subuh. Istriku ternyata setuju. Dan bayi perempuan itu kami namai Diny Fajrini. Tiga puluh dua tahun persis yang lalu. Sekarang dia sudah pula menjadi bunda dari tiga orang anak laki-laki. Anak-anak yang semua diberi nama Muhammad.....

Aku selalu saja, sesudah itu mendapat 'ilham' untuk memberi nama anak-anakku yang ternyata perempuan lagi. Dan istriku menyetujuinya saja. Seorang anak karunia Allah di bulan Ramadhan. Seorang lagi yang paling bungsu, keutamaan si penengah. 

*****                                            

1 komentar:

  1. ealaaah... kirain namaku terinspirasi dari Lady Di gara-gara muka ku dari lahir udah kece kaya die... hahahahahakkkk

    BalasHapus