Sabtu, 13 April 2013

Istiqamah

Istiqamah  

Apa itu istiqamah? Aku mendapatkan ancar-ancar definisi istiqamah dari catatan seseorang, ketika aku google seperti berikut:
  1. Umar bin Khattab radhiallahu ‘anhu : ‘Hendaknya kita bertahan dalam satu perintah atau larangan, tidak berpaling seperti berpalingnya seekor musang’
  2. Utsman bin ‘Affan radhiallahu ‘anhu : ‘Istiqomah artinya adalah ikhlas’
  3. Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu : ‘Istiqomah adalah melaksanakan kewajiban’
Jadi artinya bisa bervariasi seperti pendapat beliau-beliau ini. Aku lebih cenderung mengartikan istiqamah sebagai gabungan dari ketiga pendapat tersebut. Melaksanakan kewajiban (sekaligus meninggalkan larangan), secara ikhlas dan bertahan dengan sikap itu sekuat mungkin. 

Dan hal itu bukan sesuatu yang mustahil dilakukan kalau kita berniat melakukannya lalu berusaha sungguh-sungguh untuk melaksanakannya. Insya Allah tanpa bermaksud ria, ingin aku mengulangi kembali cerita tentang pengalaman menegakkan shalat berjamaah di awal waktu. Aku secara bersunguh-sungguh mempertahankannya sejak tahun 1991 yang lalu, sesudah tergugah ketika mendengar cerita seorang ustadz di pengajian bulanan di lingkungan tempat bekerja ketika itu. Bahwa shalat berjamaah di awal waktu di mesjid itu hampir wajib hukumnya bagi laki-laki. Dan beliau menyampaikan hadits bagaimana Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam mengatakan bahwa hampir saja beliau pergi membakar rumah mereka-mereka yang tidak hadir shalat berjamaah ke mesjid. Lalu dengan peringatan keras seperti itu para sahabat langsung sami'na wa atha'na. Mereka langsung patuh dan taat.

Waktu itu, peringatan seperti ini menyentuh betul ke hatiku dan aku berniat untuk melaksanakan shalat berjamaah di awal waktu. Alhamdulillah, sampai sekarang aku tetap mampu menjalaninya dan mudah-mudahan Allah memeliharaku untuk tetap istiqamah melaksanakannya.

Ada seorang jamaah di mesjid kami, yang agak kedodoran untuk berlaku istiqamah pula dalam menegakkan shalat berjamaah ke mesjid, lalu bertanya kepadaku, bagaimana caranya. Jawaban sederhanaku adalah dengan niat dan usaha yang sungguh-sungguh. Mungkin yang lebih berat adalah untuk hadir shalat subuh, karena di waktu subuh itu tidur sedang enak-enaknya. Di sini perlu sedikit perjuangan dan tekad. Diawali dengan niat untuk bangun jam sekian (sekian menit sebelum masuk waktu subuh), boleh juga dengan menggunakan alat bantu seperti alaram untuk membangunkan, tapi setelah itu, ketika alaram berbunyi, kita benar-benar bangkit dari tidur, tanpa menunda-nunda. Cobalah berusaha keras untuk mengerjakan selama seminggu. Insya Allah setelah itu akan jadi lebih mudah meneruskannya, asal kita tetap berniat dan bersungguh-sungguh memenuhi yang diniatkan.

Lakukan hal yang sama untuk setiap shalat. Tanamkan betul di hati kita bahwa sebisa-bisanya jangan sampai shalat itu dikalahkan oleh kepentingan lain. Meski kadang-kadang  adakalanya kita tidak dapat menghindar dari suatu kesibukan. Seandainya terjadi, suatu ketika terkendala oleh satu dan lain hal, cepat-cepat beristighfar dan perbaharui niat, agar kesempatan shalat berikutnya jangan sampai terlambat lagi. 

Seperti itu yang aku nasihatkan kepada jemaah yang bertanya tadi. Dia masih berusaha untuk istiqamah tapi belum sepenuhnya berhasil. Mudah-mudahan Allah memudahkannya  untuk berubah menjadi istiqamah pula.

*****                                      

Tidak ada komentar:

Posting Komentar