Jumat, 31 Mei 2013

Iklan Dengan Catatan 'Harga Naik"

Iklan Dengan Catatan 'Harga Naik' 

Beberapa kali aku melihat iklan dengan peringatan bahwa dalam beberapa hari berikutnya, atau bahkan 'besok', harga yang diiklankan itu akan naik. Maksudnya mungkin, agar orang yang  berminat segera saat itu juga membelinya karena kalau tidak, harganya akan dinaikkan tidak berapa lama kemudian. Yang diiklankan seperti ini seringkali adalah rumah atau tempat tinggal mewah, yang iklannya sering muncul di tv atau kadang-kadang dalam bentuk spanduk yang dipajang di jalan-jalan raya.

Yang mengherankan adalah bahwa harga barang (dalam hal ini rumah) bisa dengan sangat mudah direncanakan untuk dinaikkan oleh penjualnya. Tentu mereka punya alasan dagang untuk itu. Atau mungkin juga mereka ikut-ikutan latah merobah harga seperti yang sering dilakukan pemerintah.   

Pemerintah memang sangat biasa menaikkan harga. Seperti harga / tarif listrik, jalan tol, tiket kereta api, harga gas LPG, BBM dan sebagainya. Umumnya, penyebabnya adalah karena harga minyak di pasar internasional naik, maka minyak dan hasil ikutannya juga ikut-ikutan naik. Sayangnya, kenaikan tarif atau harga itu seringkali tidak ada hubungannya dengan perbaikan mutu pelayanan. Tarif listrik naik tidak bisa menghentikan terjadinya pemadaman listrik bergiliran. 

Yang agak aneh dalam hal ini adalah kenaikan tarif jalan tol. Dinaikkan dengan alasan untuk meningkatkan mutu pelayanan. Mutu pelayanan yang mana, tidaklah jelas. Nyatanya mutu pelayanan jalan tol itu selalu menurun. Baik dikarenakan jalan yang semakin penuh sesak dengan kemacetan ataupun juga dengan kondisi jalan yang tidak lagi mulus. Di negeri orang, jalan tol yang sudah cukup memperoleh keuntungan biasanya dijadikan jalan non tol alias digratiskan. Tapi di negeri kita belum ada yang seperti itu. Tol Jagorawi yang usianya paling tua (sudah lebih dari 30 tahun), yang seharusnya sudah cukup keuntungan yang diperoleh oleh jalan tersebut, masih tetap saja tarifnya disesuaikan secara berkala.

Akibat dari setiap 'harga naik' itu adalah semakin merosotnya nilai rupiah. Perhatikanlah harga belanjaan kita. Sesuatu yang sepuluh tahun yang lalu harganya lima ribu rupiah, sekarang harganya mendekati atau mungkin sudah menjadi sepuluh ribu rupiah. Banyak contoh seperti itu. Harga barang-barang ikut-ikutan disesuaikan oleh pedagang. Mengikuti penyesuaian biaya listrik. Biaya transportasinya. Biaya lain-lainnya. Dan kita tidak bisa berbuat apa-apa dengan kenaikan-kenaikan harga tersebut......

****                                       

Kamis, 23 Mei 2013

Mutu Jalan Raya..... Memalukan.....

Mutu Jalan Raya..... Memalukan..... 

Pernahkah anda memperhatikan kualitas jalan raya berhampiran dengan tempat tinggal anda? Apakah anda puas dengan mutunya? Aku sudah sejak lama mendongkol dengan kondisi jalan raya di persekitaran tempat aku tinggal di Jatibening. Pernah suatu ketika beberapa tahun yang lalu, jalan raya sepanjang Kalimalang arah ke Bekasi, luar biasa bobroknya. Lobang sebesar kubangan gajah, berisi batu kali tajam-tajam sebesar kepala kanak-kanak. Akhirnya, kira-kira lima atau enam tahun yang lalu, jalan kubangan gajah itu diganti (sedikit demi sedikit) dengan jalan beton. Tapi hanya bagian yang rusak parah itu saja. Bagian yang lain, yang tidak dibeton bergantian rusak. Pekerjaan mengganti dengan beton tebal itu berlanjut sampai sekarang. Saat ini mereka sedang mengerjakan jalan di dekat mesjid Al Azhar  Jaka Sempurna - Bekasi.

Ada jalan lain yang selalu aku gunakan untuk masuk ke jalan tol menuju Jakarta. Jalan ini secara berkala (antara setahun sampai dua tahun) diperbaiki, ditambah aspalnya. Yang mengherankan, aspal baru itu hanya bertahan bagus untuk beberapa bulan saja. Setelah itu, sedikit demi sedikit pula, rusak dan hancur kembali. Hanya beberapa bulan. Jalan Caman Raya, di dekat persimpangan ke arah Pondok Gede (kami biasa menyebut dekat apotik Argia) baru ditambal aspalnya (dengan hotmix lagi) sekitar enam bulan yang lalu. Saat ini ada satu bagian sepanjang lima meter yang hancur, rusak parah, dengan lobang selebar satu meter sedalam sepuluh senti. Letaknya sekitar dua puluh meter dari pertigaan tadi itu arah ke jalan tol.  Sedangkan di simpang tiga  sendiri juga ada bagian yang rusak berlobang cukup besar dan dalam pula.   

Jalan rusak berlobang-lobang ada di mana saja di negara kita ini. Bahkan di dalam kota Jakarta yang ibu kota. Apa lagi di jalan propinsi antar kota. Kita sering pula mendengar berita bahwa untuk menyambut kedatangan hari raya Aidil Fitri, jalan-jalan raya antar propinsi itu sengaja diperbaiki. Begitu setiap tahun diberitakan.  Nyata sekali bahwa ada yang tidak beres dalam penanganannya.  

Aku mendongkol karena 'permainan' ini benar-benar tidak pernah habis-habisnya. Jalan-jalan raya itu selalu harus dibujetkan perbaikannya yang hanya bisa terlihat bagus untuk beberapa bulan. Tidakkah ini memalukan? Di negeri orang, jalan raya yang baru dibangun bisa dipakai sampai dua puluh lima tahun tanpa perbaikan. Jalan itu tetap mulus untuk jangka waktu sangat lama. Apa benarkah resep membuat jalan raya yang bisa dipakai tahan lama itu? Mustahil para ahli sipil di negeri kita tidak mengetahuinya. Komposisi bahan untuk membuat jalan itu tidak akan sebanyak jumlah bumbu membuat rendang. Tapi kok tidak kunjung 'difahami' juga oleh yang bertanggung jawab memelihara jalan raya tersebut?

Kejengkelan yang entah kemana akan dihadapkan......

*****          

Kamis, 16 Mei 2013

Trenyuh Mendengar Keluhan Hamizan

Trenyuh Mendengar Keluhan Hamizan   

Dua minggu yang lalu Hamizan dibawa umi dan ayahnya berlibur ke Jakarta. Ayahnya ada mission kantor lalu Izan dan umi ikut. Mereka bahkan tinggal lebih lama, karena sekalian mau berkumpul-kumpul dengan abang Afi, abang Asyid dan Rayan. Kebetulan kedua abang itu libur selama murid kelas enam mengikui UN. Betapa gembira dan bahagianya Hamizan. 

Beberapa pekan sebelumnya abang-abang serta Rayyan dibawa bunda dan pak de Adi ke Balikpapan. Mereka hanya dua malam di sana dan satu malam menginap di tempat Izan di komplek Sepinggan. Malam itu heboh bermain sampai hampir tengah malam. Betapa bahagianya keempat Muhammad itu. Izan sangat kecewa ketika rombongan yang berkunjung singkat itu kembali lagi ke Jatibening.  Ketika dibercandain umi bahwa umi kangen dengan tempat mereka berlibur di Lombok (mereka ke sana beberapa minggu sebelumnya), Izan langsung protes. Masa kangen sama tempat libur, kalau Izan kangen sama akung, uti, inyiak, nenek, bunda Diny, pak de Adi, abang Afi, abang Asyid sama Rayan. Uminya jadi nggak bisa ngomong deh.   

Waktu akan kembali ke Balikpapan minggu yang lalu, Izan mengatakan bahwa di komplek Sepinggan Balikpapan itu nggak enak. Enakan di Jatibening. Kenapa? Jawab Izan, di sana nggak ada teman. Di Jatibening banyak teman. Dan dia benar-benar tidak bersemangat untuk kembali ke Balikpapan.

Ketika aku menelpon tiga hari yang lalu dan mengajaknya ngobrol seperti biasanya, Izan mengawali dengan keluhan yang sama. 'Inyiak, di Sepinggan ini nggak enak. Enakan di Depkes,' (maksudnya di Jatibening). Waktu ditanya kenapa, dia langsung menjawab bahwa di Depkes ada abang-abang dan Rayyan, sedang di Sepinggan Izan gak ada teman. Dan suaranya langsung serak, hampir menangis.  Aku jadi trenyuh mendengarnya. Air matakupun berlinang.

Izan memang sedang menikmati punya saudara. Punya abang-abang dan adik Rayan. Padahal di Balikpapan sebenarnya dia juga punya teman tetangga dan teman di sekolah.  

Kemarin aku telepon lagi. Masih bercerita itu juga. Dibujuk, bahwa nanti kapan-kapan kan bisa ke Jatibening lagi. Nanti kita pergi jalan-jalan lagi naik mobil inyiak. Jawabnya, dia mau jalan-jalan pakai mobil pakde Adi saja. Sama abang Afi, sama abang Asyid, sama Rayyan.  Waktu menelpon kemarin itu Rayyan sedang di rumah. Mendengar suara Izan dia juga langsung berteriak, abang Iyaaan. Dan mereka ngobrol sambil yang satu masih tercadel-cadel. Cucu-cucu ini memang mengasyikkan.... Mudah-mudahan mereka senantiasa guyub dalam persaudaraan sampai mereka dewasa nanti.

*****

              

Selasa, 14 Mei 2013

Kabar Duka Mengejut

Kabar Duka Mengejut  

Namanya Luthfi. Umurnya tiga tahun lebih tua dariku. Dia adalah sepupuku satu kaum cara di Minangkabau. Artinya kami berada dalam satu kumpulan persaudaraan melalui garis ibu, di bawah satu penghulu. Hanya saja, kami baru saling mengenal sejak beberapa tahun ke belakang. Kok bisa? Karena kami lahir dan dibesarkan di tempat yang berbeda. Aku di Bukit Tinggi dia di Lampung. Waktu nenek-nenek kami kembali dari Makkah di awal abad ke dua puluh setelah bermukim beberapa tahun di sana, neneknya Luthfi tidak pulang ke Balai Gurah dekat Bukit Tinggi tapi ke Lampung. Komunikasi antara kedua kota itu sepertinya lebih sulit.

Kontak antara Luthfi dan keluarga kami yang dari Bukit Tinggi baru terjalin kembali setelah dia hijrah ke Jakarta (dia dinas dan sudah pensiun dari Lemigas).

Mula-mula aku menyangka bahwa kami seumur. Aku menyebut nama saja memanggilnya. Dia malahan memanggil 'uda' kepadaku. Sampai suatu ketika kami saling menanyakan umur  masing-masing. Aku memanggilnya uda sesudah menyadari bahwa dia lebih tua dariku. Lucunya, dia tetap memanggilku uda. Kami bertambah akrab sejak beberapa kali menerima kedatangan anak paman kami dari Jeddah. Bergantian kami menjamu dan melayani tamu-tamu tersebut selama mereka berada di Jakarta. Pernah pula kami bersama-sama berkumpul dengan mereka di villa yang disewa di Puncak. 

Kemarin pagi aku menerima telepon dari kemenakan kandungnya menyampaikan kabar duka mengejut. Luthfi sudah dipanggil Allah jam dua pagi hari Senin. Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji'uun. Berita mengejut karena Luthfi aku ketahui dalam keadaan sehat wal'afiat. Sekitar tiga minggu yang lalu kami berbicara di telepon. Dia baik-baik saja.

Cerita kematian Luthfi memang menyesak karena dia sedang membawa anak-anak dan cucu-cucunya pergi berlibur ke Jogya. Hari Jum'at pagi Luthfi menemani cucu-cucunya berenang. Entah bagaimana kejadiannya, dia terjatuh sesudah berenang itu dan pingsan. Lalu dibawa ke rumah sakit, langsung masuk ICU. Begitulah perjalanan terakhir hidupnya, sampai ketika dia dijemput malaikat Izrail hari Senin pagi itu. 

Jenazahnya dibawa ke Jakarta dengan mobil jenazah, diiringkan oleh rombongan keluarga besarnya dengan bus. Rombongan itu sampai di rumah duka sesudah waktu isya tadi malam. Hanya beberapa menit di rumah langsung dibawa ke mesjid untuk dishalatkan. Dan seterusnya kami antarkan ke TPU Taman Malaka - Pondok Kelapa. Jam setengah sepuluh malam pemakaman jenazah Luthfi selesai.  

Seperti itulah cerita kematian yang lain lagi. Maut itu datang dengan cara, tempat dan waktu yang tidak kita ketahui.

Allahummaghfirlahu - warhamhu - wa 'afihi - wa'fu 'anhu.....

*****                        

Sabtu, 11 Mei 2013

Seiring Berlain Jalan

Seiring Berlain Jalan 

Ada undangan walimahan di komplek kami siang ini. Pernikahan puteri seorang tetangga, berjarak beberapa buah rumah saja dari tempat kediamanku. Di acara pesta seperti ini kami saling bertemu dengan sesama warga komplek. Temasuk dengan warga yang bukan jamaah aktif di mesjid. Karena dengan jemaah aktif kami bertemu sekurang-kurangnya dua atau tiga kali sehari, di saat shalat subuh dan shalat isya.

Seorang tetangga lain yang dulu dinas di kota lain (sekarang sudah pensiun) menyapa dan bertanya, kemana saja aku, karena jarang terlihat, katanya. Aku tidak mengerti maksudnya dan aku jawab sekenanya bahwa aku selalu ada kok, tidak kemana-mana.

'Ah, masa?' katanya. 'Saya sudah tiga kali shalat Jumat di mesjid komplek, anda tidak pernah kelihatan,' lanjutnya. 

'Oo ... Saya memang tidak pernah atau jarang sekali shalat Jumat di mesjid komplek kita akhir-akhir ini,' jawabku. 

'Kok begitu?' dia bertanya lagi.

'Dua minggu yang lalu beliau ini yang berkhutbah di mesjid sini,' seorang bapak-bapak lain ikut nimbrung

'Lalu, Jumat lainnya di mana?' tanya bapak yang pertama pula. 

'Beliau ini kan bertugas lagi. Tapi kalau waktu subuh, maghrib dan isya beliau selalu shalat di mesjid kok.'     

Ternyata kami seiring berlain jalan. Sama-sama pernah hadir di mesjid tapi pada waktu yang berbeda. Mudah-mudahan saja setelah ini beliau juga menjadi jamaah tetap mesjid. Sehingga kita bisa saling bertemu di banyak kesempatan. 

****
                                           

Penikmat Dunia

Penikmat Dunia   

Wa minannaasi man yu'jibuka qauluhuu fil hayaatid dunya - wa yush-hidullaahi 'alaa ma fii qalbihii - wa huwa aladdul khishaam. (Ada di antara manusia itu yang ucapannya tentang kehidupan dunia mempesonakan kamu. Ia berani bersumpah dengan nama Allah bahwa ucapannya keluar dari hatinya. Padahal dia adalah musuh yang kejam.) (al Baqarah ayat 204). 

Yang dimaksud dalam ayat di atas adalah manusia-manusia penikmat dunia. Dia mendapatkan kemudahan. Rezekinya diberikan lebih oleh Allah. Terlepas apakah dia mendapatkannya dengan cara yang diridhai Allah atau bukan. Apakah dia mengumpulkan harta yang halal atau haram. Lalu dia bangga dan menikmati benar apa-apa yang diperolehnya itu. Dia mengharungi dunia kemana yang dia mau dengan mudah. Dia memperoleh apa yang dia inginkan dengan mudah. Termasuk pemuas syahwat. Dan dia bangga dengan semua itu, sehingga ketika orang lain mendengar ceritanya maka orang terpesona.

Pencapaiannya jauh di atas yang diperoleh manusia biasa. Lalu dia bangga dan sombong dengan apa-apa yang diperolehnya itu. Kesombongan yang sebenarnya sangat gegabah. Tidak akan lama dia dapat menikmati dunia itu karena jatah hidupnya yang terbatas. Pelan-pelan dia akan beranjak tua dan akhirnya berlalu dari alam fana ini. Bukankah sudah banyak contoh tentang penikmat dunia yang akhirnya terbujur kaku lalu dimasukkan orang ke dalam tanah? Sebutlah siapa saja. Sejak dari orang paling berkuasa seperti Firaun dan Firaun-firaun yang lain. Atau seperti orang kaya seperti Qarun atau Qarun-qarun yang lain.

Penikmat-penikmat dunia yang sombong dan bertambah-tambah kesombongan mereka. Mereka merasa seolah-olah yang dicapainya adalah buah karyanya sendiri. Tanpa ikut campur kekuatan apapun. Dia memperoleh segala sesuatu karena dia hebat. Dialah yang berprestasi dengan cemerlang. Tidak ada ikut campur siapapun yang menjadikan dia sehebat itu. Takabur!

Dia menjadi musuh kepada orang banyak dikarenakan kesombongan dan ketakaburannya. Dan dia memang tidak menyukai orang yang tidak ikut memujanya. Dia memusuhi siapa yang tidak ikut mengaguminya. Seperti yang dicontohkan Firaun.

Berhati-hatilah menyikapi penikmat dunia. Jangan sampai terkecoh oleh 'kehebatannya'. Ingatlah bahwa kehidupan dunia ini sungguh sangat sebentar. Dan nanti semua akan ditanya tentang segala sesuatu yang pernah dinikmati di dunia ini.

*****                            

Sabtu, 04 Mei 2013

Menyimak Pemilu Malaysia

Menyimak Pemilu Malaysia 

Hari ini Malaysia melaksanakan pemilu ke 13. Mereka menyebutnya PRU atau pilihan raya umum ke tiga belas. Diikuti oleh dua kubu, yakni kubu kumpulan partai berkuasa yang bergabung dalam Barisan Nasional melawan kubu oposisi ('pembangkang' dalam istilah Malaysia) dalam Pakatan Rakyat. Barisan Nasional adalah kubu yang telah berkuasa sejak negara itu merdeka tahun 1957. Terdiri dari kumpulan beberapa partai seperti UMNO (Melayu), MCA (Cina), MIC (India) dan beberapa partai lokal di Serawak dan Sabah. Sementara kubu Pakatan Rakyat terdiri dari PAS (Partai Islam Se Malaysia), Partai Keadilan yang didirikan oleh pengikut Anwar Ibrahim (mantan wakil Perdana Menteri yang pernah dipecat dan dipenjarakan mantan Perdana Menteri Mahathir Muhammad), lalu DAP (partai multi ras yang pemimpinnya adalah politikus senior Cina LIM Kit Siang). 

Pada PRU lima tahun yang lalu, terjadi lonjakan sokongan terhadap kumpulan Pembangkang. Partai Oposisi ini berhasil memimpin lima negara bahagian yaitu Kelantan (sudah lebih dua puluh tahun dipimpin PAS dengan menteri besar Tuan Guru Nik Aziz Nik Mat, seorang ulama kharismatik yang bersahaja), Kedah (PAS), Perak (PAS, tapi kemudian secara mengherankan diambil alih oleh BN karena beberapa orang wakil rakyat dari Pakatan Rakyat keluar partai), Selangor (PKR) dan Pulau Pinang (DAP). Sebuah prestasi mengejutkan karena sebelum itu kelompok oposisi hanya menguasai Kelantan saja.

Isu yang ditawarkan oleh kelompok oposisi adalah melakukan perubahan dalam menerajui negara, dari sistim pemerintahan yang sarat dengan kronisme, rasuah (sogok menyogok) dan salah guna kekuasaan. Paling tidak itu yang dituduhkan kelompok oposisi.

Yang menarik adalah usaha partai berkuasa untuk mempertahankan kekuasaan dengan meniupkan kampanye aneh-aneh terhadap pemimpin-pemimpin partai oposisi. Anwar Ibrahim dituduh suka berbuat mesum dan diadili atas tuduhan itu, tapi kemudian ternyata tuduhan itu tidak terbukti. Bahkan ada video porno orang mirip Anwar Ibrahim diedarkan dan dibahas pemuka-pemuka partai UMNO dengan kesaksian mereka bahwa yang di video itu adalah Anwar Ibrahim. Agak sedikit mengada-ada dan kotor cara perpolitikan seperti ini terlihat di mata kita yang awam.

Masa kampanye sebelum PRU 13 berjalan cukup seru. Dari laporan Malaysia Kini, kampanye yang dilakukan kelompok pembangkang diramaikan oleh  simpatisan mereka dalam jumlah yang luar biasa banyak (melebihi yang pernah ada sebelumnya). Hanya saja kenyataan tersebut tidak pernah diberitakan media masa yang dikuasai pemerintah seperti TV ataupun koran-koran pemerintah.  Kelompok oposisi benar-benar dibatasi dari menggunakan corong-corong yang dikuasai pemerintah yang berkuasa tersebut. Kampanye kelompok BN yang berkuasa selalu berusaha memburuk-burukkan keadaan di negeri-negeri yang diterajui kelompok oposisi. Yang tentu saja dibantah dengan data dan fakta oleh kelompok terakhir.

Ada keganjilan-keganjilan dan kegamangan kelompok BN terlihat. Seperti penggunaan tinta (mereka menyebutnya dakwat) untuk menandai pemilih yang kualitasnya sangat buruk, yang dengan mudah dicuci dan hilang. Sepertinya hal ini memang disengaja dengan maksud yang kurang jujur. Ada isue tentang pemilih bayaran dari warga asing yang didatangkan kelompok berkuasa. Entah sampai di mana kebenarannya. 

Kelompok Pembangkang bagaimanapun merasa sangat optimis akan memenangkan PRU kali ini. Mereka mengatakan bahwa mereka akan segera menawan Putra Jaya, pusat pemerintahan negara. 

Hasilnya akan kelihatan mulai malam ini. Akankah BN kekal berkuasa ataukah Pakatan Rakyat berhasil menawan Putra Jaya? Wallahu a'lam.... Kita lihat saja....

*****                              

Jumat, 03 Mei 2013

Tuan Tadan

Tuan Tadan

Cara memanggil orang selalu saja berubah di nagari-nagari di Minangkabau. Kalau dulu kita memanggil etek atau mak tuo, sekarang orang memanggil tante. Kalau dulu kita memanggil mamak, sekarang semua sudah jadi om. Dunsanak laki-laki ibu (mamak) atau yang dari ayah (pak) semua dipukul rata jadi om.

Ada seorang kemenakan ayahku yang aku panggil tuan Tadan. Nama panggilannya memang Tadan. Aku tidak tahu nama aslinya. Lalu ada kemenakan beliau yang lain, tuan Kuman, yang nama aslinya Lukman. 'Tuan' adalah panggilan kepada kemenakan laki-laki ayah yang lebih tua dariku. Di rumah bako itu, yang lebih muda dariku juga memanggilku tuan. Kalau kemenakan perempuan ayah yang lebih tua aku panggil 'kak'. 

Di kampung kami, panggilan 'tuan' kepada laki-laki yang lebih tua atau 'kak' kepada perempuan yang lebih tua dilakukan oleh generasi ibuku secara utuh. Ibu memanggil kakak-kakak kandung beliau dengan tuan. Tuan Amir, tuan Udin. Kak Malah, kak Zara, kak Juriyah untuk kakak-kakak perempuan. 

Generasi kami adalah generasi peralihan. Masih ada beberapa dari mereka yang lebih tua itu kami panggil tuan. Ada tuan Lim, tuan Johan, tuan Ma'ruf. Yang lebih banyak sudah beralih menjadi uda. Uda Man, uda Wan, uda Jun dan sebagainya. Uda ini belum dipakai di generasi ibuku. Yang perempuan kami panggil uni. Uni Wati, uni Ida, uni Jus. Tidak ada lagi yang kami panggil kak. Uni juga belum digunakan oleh generasi ibuku.

Di dalam kampung tidak ada satu orangpun yang aku panggil tante. Semua dipanggil etek (kalau lebih muda dari ibuku), mak tuo atau mak ngah kalau lebih tua dari ibu. Begitu aturannya. Hampir semua laki-laki dewasa di kampung aku panggil 'mamak'. Mak Sutan, mak Imam, mak Malin.... Pengecualian kepada suami dari etek atau mak tuo sepersukuan, yang juga dipanggil pak etek, pak tuo. Kebalikannya, di kampung bako setiap laki-laki dewasa aku panggil 'pak'. Ada pak tuo, pak tangah, pak etek..... 

Generasi sekarang tidak ada lagi menggunakan panggilan etek, mak tuo, pak etek dan sebagainya tadi. Semua mereka pukul rata dengan om dan tante. Panggilan kepada kakak laki-laki lebih banyak sekarang menggunakan abang. Uni masih cukup terpakai. Yang agak nyeleneh sedikit, penyiar radio amatir di kota-kota Sumatera Barat terbiasa menggunakan panggilan 'mas' dan 'mbak'. Mungkin satu generasi lagi ke depan, mas dan mbak ini akan lebih terpakai pula.

Gejala merubah panggilan ini terjadi juga di lingkungan generasi ibuku. Banyak dari mak-tuo atau etek, begitupun pak etek dan pak tuo itu, ikut-ikutan memoderenkan panggilan untuk diri mereka. Tidak mau dipanggil cucunya nenek atau inyiak, tapi maunya dipanggil 'oma' dan 'opa', seperti orang Belanda.

Begitulah adanya.

*****