Jumat, 01 Februari 2013

Jangan Berburuk Sangka



Jangan Berburuk Sangka!

(Dari Republika)



Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam selalu mencontohkan kepada para sahabatnya untuk berbaik sangka terhadap semua orang. Abu Hurairah RA meriwayatkan bahwa suatu ketika Rasulullah mengutus Umar untuk menarik zakat, tetapi Ibnu Jamil, Khalid bin Walid, dan Abbas paman Rasulullah tidak menyerahkan (zakat). 

Sehingga beliau bersabda, "Tidak ada sesuatu yang membuat Ibnu Jamil enggan untuk menyerahkan zakat, kecuali karena dia fakir, kemudian Allah menjadikannya kaya." "Adapun Khalid, sesungguhnya kalian telah berbuat zalim terhadapnya (karena) ia menginfakkan baju besi dan peralatan perangnya di jalan Allah. Adapun Abbas, aku telah mengambil zakatnya dua tahun yang lalu." (HR Bukhari dan Muslim).



Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam senantiasa memperingatkan umat Islam agar menjauhi prasangka buruk. "Jauhilah prasangka karena sesungguhnya prasangka itu pembicaraan yang paling dusta. Janganlah kalian menyadap (pembicaraan kaum), memata-matai mereka, berlomba-lomba (dalam hal yang tidak baik), saling mendengki, saling membenci, dan saling membelakangi. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara." (HR Bukhari dan Muslim, dari Abu Hurairah).



Al-Hafidz mengatakan bahwa Khaththabi berpendapat bahwa yang dimaksud prasangka dalam hadis tersebut adalah benar-benar prasangka, bukan sesuatu yang terlintas dalam benak pikiran, sebab hal itu di luar kemampuan seseorang. Prasangka yang dimaksud oleh Khaththabi adalah prasangka yang menetap dalam hati. Lintasan hati adalah sesuatu yang tidak dapat dihindari manusia. "Allah mengampuni prasangka yang terlintas dalam hati manusia selama mereka tidak membicarakan atau melakukannya." (HR Bukhari dan Muslim).



Qurthubi mengatakan, yang dimaksud dengan prasangka (yang terlarang) adalah tuduhan tanpa alasan. Misalnya menuduh seseorang melakukan zina tanpa ada bukti nyata. Karena itu, kata azh-zhann dalam redaksi hadis ini, dihubungkan dengan larangan untuk memata-matai orang lain. Jika seseorang memiliki sedikit prasangka yang mengarah pada tuduhan di dalam hatinya, ia akan berupaya untuk mewujudkan tuduhan itu. Dia akan mencari-cari kesalahan orang yang dituduh dengan memata-matainya. Karena, langkah-langkah itu dilarang agama.



Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha

Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. (QS al-Hujurat: 12).



Dalam kehidupan masyarakat kita akhir-akhir ini banyak kejadian yang bersifat prasangka dan tuduhan di antara sesama warga (su'uzhon). Padahal, berbagai persoalan tersebut memerlukan penelitian, klarifikasi (tabayyuni) sehingga duduk persoalan jelas dan kita dapat menyikapinya dengan bijaksana agar tidak menyalahkan orang lain.



Karena itu, kearifan dari berbagai pihak khususnya para tokoh dan pemimpin  masyarakat merupakan sikap Nabi yang selalu husnuzhan dalam menyikapi berbagai persoalan sehingga masalah menjadi cair, jernih, dan sejuk dan akhirnya persoalan dapat diselesaikan dengan damai dan adil. 

Wallahu 'alam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar