Senin, 01 Desember 2014

Sebuah Acara Reuni

Sebuah Acara Reuni

Hari Minggu kemarin aku ke Bandung lagi, setelah minggu sebelumnya menghadiri undangan walimahan anak seorang sahabat sekampung di kota itu. Ke Bandung Ahad kemarin itu dalam rangka sebuah acara reunian. Sebenarnya, aku bukan seorang yang terlalu akrab dengan acara reunian ini. Berbeda dengan anak-anak yang punya bermacam-macam perkumpulan untuk ber-reuni, mulai dari reuni teman SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi, yang bahkan adakalanya dilakukan secara berkala. 

Reunian yang aku hadiri kemarin itu bukan untuk perkumpulan sekolah, melainkan perkumpulan grup kesenian. Nama grup itu adalah Sabai Nan Aluih. Aku ikut bergabung  dalam grup ini di tahun 1970, ketika baru datang di Bandung. Kegiatan Sabai Nan Aluih adalah melakukan pertunjukan kesenian tari-tarian, terutamanya tari-tarian dari Minangkabau. 

Ketika sampai di Bandung di pertengahan tahun 1970, aku yang berstatus tamatan SMA tapi pengangguran (belum kuliah), dianjurkan seorang kakak sepupu untuk ikut serta di grup tersebut. Pada awalnya aku geli membayangkan ikut menari, karena dalam bayanganku tari menari itu adalah pekerjaan wanita. Tapi setelah beberapa kali menyaksikan mereka latihan, akhirnya aku bersedia ikut. Karena anggota penari itu adalah mahasiswa-mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Bandung.

Ikut dalam grup Sabai Nan Aluih bisa dikatakan hanya untuk saling berkumpul dalam latihan dan pertunjukan. Kami pernah diundang untuk mengadakan pertunjukan tari-tarian itu ke AKABRI di Magelang, ke Hotel Samudera Beach di Pelabuhan Ratu, ke Jakarta dan di berbebagai gedung di kota Bandung sendiri. Tidak ada pembagian uang atau honor. Kalaupun grup ini dapat bayaran dari si pengundang, uangnya biasanya dipakai untuk biaya latihan, untuk konsumsi selama latihan. Bahkan, seringkali para pengurus yang turun tangan untuk membeli konsumsi latihan. 

Anggota grup penari tentu saja terdiri dari anak-anak muda, pria dan wanita. Yang hebatnya, tidak ada yang terlibat dalam hubungan asmara di antara kami. Tidak ada yang saling berpacaran. Kami saling akrab seperti orang-orang bersaudara saja.

Aku tidak ingat kenapa Grup Kesenian ini tiba-tiba menghilang. Seingatku, kami masih pernah berkumpul-kumpul sampai tahun 1972, dan setelah itu tidak ada lagi.

Sekitar dua bulan yang lalu aku ditelpon oleh seorang pengurus Sabai Nan Aluih 40 tahun lebih yang lalu itu, memberitahu rencana reunian. Aku berjanji insya Allah akan hadir. Dan itulah yang terjadi kemarin tanggal 30 November. Kami berkumpul di rumah salah seorang anggota grup, seorang dokter, di Geger Kalong. Berkumpul sekitar 40an orang yang sudah tidak pernah saling berjumpa. Semuanya sudah jadi kakek-kakek dan nenek-nenek. Ada yang masih langsung bisa dikenal, dan banyak pula yang harus mengulangi perkenalan untuk akhirnya ingat kembali.

Sebuah acara kumpul-kumpul yang menarik.

****                       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar