Selasa, 25 September 2012

Kunjungan Ke Sumpur Kudus

Kunjungan Ke Sumpur Kudus

Hari Senin kemarin aku mengunjungi negeri di atas Awan, di ujung negeri, di tempat yang terpisah jauh melalui pesawangan yang terentang panjang melingkar bukit berliku. Itulah nagari Sumpur Kudus, sebuah kampung yang pernah tercatat sebagai tempat bersejarah Republik Indonesia. Di sana kulihat kemarin tugu PDRI, sebuah monumen pertanda bahwa kampung ini ikut berperan penting ketika awal berdirinya negara kita ini. 


Mulanya tidak terpikir akan mengunjungi negeri yang jauh ini. Tapi sekembali dari Painan, lalu bermalam di Sawahlunto, baru terlintas, kenapa tidak sekalian mampir ke sana. Kami beberapa orang anggota mailing list Palanta Rantaunet punya sebuah proyek kerjasama pemeliharaan sapi dengan sistim bagi hasil di Calau, Sumpur Kudus. Usaha ini baru saja dimulai sejak beberapa minggu yang lalu. Perintis dan penggeraknya adalah sanak Armen Chaniago, anggota Palanta yang sangat bersemangat. Dia bertugas  di sana mengawasi dan memberi pelatihan cara mengurus sapi-sapi tersebut. 


Aku menghubunginya ketika dalam perjalananan dari Painan. Dan rupanya dia sedang berada di Payakumbuh untuk suatu urusan dan akan kembali kesana hari Senin. Jadi sangat berkebetulan. Kami berjanji akan bertemu di Kumani, sebuah kampung di gerbang menuju negeri di atas Awan itu. Aku mendapat informasi bahwa jarak Kumani-Sumpur Kudus lebih 30 km melalui jalan kecil berliku, berbelok-belok dipinggir bukit dan jurang.


Kami akhirnya bertemu di Sitangkai setelah beberapa kali kontak telepon. Pertemuan pertama karena selama ini kami hanya saling kenal di dunia maya saja. Perjalanan panjang itu segera kami mulai sambil mengobrol panjang. Melalui jalan yang sempit  tapi culup mulus. Dan betul sekali bahwa jalan itu berliku, mendaki penuh tantangan. Kami beristirahat sejenak di sebuah bukit di tengah pesawangan, mengamati pamandangan 'seribu gunung' di hadapan, yang terdiri dari bukit-bukit berlapis bergelombang. Armen bercerita tentang lembah di bawah kami adalah bagian dari lintasan jalan setapak antara Kumani dan Sumpur Kudus sebelum jalan sekarang dibuat. Waktu itu orang Sumpur  biasanya memerlukan tiga hari pulang-pergi ke pasar Kumani, berjalan kaki mengiringkan kuda beban. Karena jarak kedua kampung itu memang sangat jauh.


Kami teruskan  perjalanan melalui sisa jalan yang semakin berliku dan turun naik. Jalan yang sempit dan banyak sepeda motor. Kami harus ekstra hati-hati dengan motor yang cenderung melaju kencang di jalan yang banyak belokan tersebut. Akhirnya jam setengah dua siang kami sampai di tempat tujuan. Kami shalat di mesjid 'Raja Ibadat', mesjid yang cukup besar. Setelah itu baru teramati bahwa kampung ini, meskipun terisolasi oleh jarak, cukup maju. Rumah tembok, sepeda motor dan wajah penduduk yang ceria. 


Kandang sapi terletak di Calau, 3 km lagi dari Sumpur Kudus. Kami melanjutkan perjalanan kesana. Calau ini terletak di kanagarian baru hasil peremajaan, dinamai Sumpur Kudus Selatan. Kami temui Sekretaris Nagari, karena Wali Nagari tidak ada di tempat. Beramah-tamah sebentar, lalu kami langsung ke kandang.


Ada delapan ekor sapi di kandang itu, empat jantan dan empat betina induk. Semua terlihat sehat. Sapi jantan yang masih muda (paling muda berumur enam bulan) mulai agak gemuk. Aku berkhayal, cara memelihara sapi ini dapat kami tiru nanti di Yayasan Syekh Ahmad Khatib. Kami  berada di kandang sapi lebih kurang empat puluh lima menit. Bergegas meninggalkan kandang karena hujan tiba-tiba turun. Tadinya Armen mau membawa kami berziarah ke makam Syekh Ibrahim, ulama yang menurut kabarnya membawa agama Islam ke daerah ini. Acara tersebut tidak jadi karena hujan cukup lebat.


Armen kami antarkan ke kantor Wali Nagari Sumpur Kudus yang merupakan base camp-nya. Kami berpisah di sana. Hari masih hujan, jadi kami tidak ikut turun. Perjalanan pulang harus dilakukan dengan lebih hati-hati. Alhamdulillaah jam 5 kami sampai di simpang tiga Sitangkai. Berbelok ke kiri menuju Batusangkar yang sekitar 35 km jaraknya. Menjelang maghrib kami sampai di Batusangkar. Di sini kami istirat untuk makan dan shalat.

*****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar