Kamis, 03 Februari 2011

Buku, Antara Pengarang, Penerbit dan Penjual

Buku Karanganku ....... 

Siang ini kami pergi berarak-arak ke Metropolitan Mall Bekasi. Keluarga besar lengkap minus para menantu. Kedua menantu sedang mengemban tugas mulia mencari nafkah untuk keluarganya di tempat yang jauh. Artinya, dalam acara keluar siang ini kami terdiri dari aku, istri, ketiga puteri dan keempat cucu. Kebetulan sejak kemarin semua hadir di rumah, dalam kebersamaan. Kalau istilah salah satu dari puteri kami, kami melewatkan acara dengan suasana keakraban. Urusan utama ke MM adalah, istri pergi berbelanja keperluan bulanan. Lalu, karena pas melewati jam makan,  kamipun mampir untuk makan siang, di kedai nasi ala Jepang yang bukan Hoka Hoka Bento. Aku baru sekali ini mampir ke kedai tersebut dan si Sulung merasa perlu menjelaskan bahwa kedai ini punya sertifikasi MUI. Sesuatu yang bagiku wajib diketahui.

Sesudah makan, aku teringat informasi seorang kanti di group RantauNet, bahwa buku karanganku Anak Manusia Korban Politik dijual di Gramedia. Kenapa tidak sekalian saja dilihat, apakah di Gramedia MM ini buku itu juga tersedia. Akupun memisahkan diri (diikuti juga oleh si Tengah dan si Bungsu plus  dua cucu paling kecil dan yang paling bungsu di kereta dorong bayi). Kami mampir ke toko buku besar itu. Aku berputar-putar di dalam, namun sayang buku yang kucari tidak terlihat. Aku membeli dua buah buku lain, lalu bertanya di kasir, apakah dia bisa memberi informasi keberadaan suatu buku jika aku beritahu judulnya. Dia menyarankan agar aku bertanya di counter khusus dan menunjukkan tempatnya. Aku pun pergi ke tempat yang dia maksud dan menanyakan apakah buku Anak Manusia Korban Politik dijual di toko itu. Petugas toko itu memeriksa di katalog di komputernya dan menemukan judul buku tersebut. Dan anak muda itu memberi tahu bahwa buku itu masih tersedia. Dia mengajakku melihatnya ke sebuah rak. Di rak tersebut berjejer bermacam-macam judul buku, tapi buku yang kami cari tidak terlihat. Tapi akhirnya, dia menemukan tiga eksemplar buku tersebut di bagian paling bawah rak dengan posisi tersembunyi (bukan di-display). 

Aku cukup senang bahwa ternyata buku itu memang ada tersedia. Tapi  agak bertanya-tanya sambil tidak yakin, bahwa dengan posisi / letak buku seperti yang aku lihat, mungkin tidak akan ada orang yang menemukannya, apa lagi membelinya. Kami (aku dan si Tengah) memindahkan ketiga eksemplar itu ke bagian atas rak dengan posisi display. Tidak lupa kedua puteriku masing-masing memegang sebuah buku tersebut sambil seolah-olah membicarakan isinya. Aku tersenyum-senyum kecut saja melihat.
Sesudah urusan belanja istri selesai, dalam perjalanan pulang kami membahas 'nasib' buku karanganku itu. Buku yang dikarang oleh orang tak dikenal, didstribusikan oleh penerbit sampai ke toko buku besar, tanpa publikasi, tanpa endorsement dari siapapun, ternyata nasibnya tidak terlalu cemerlang. Artinya, kalau ada yang berminat membelinya, terpaksa harus menanyakan dulu apakah buku tersebut tersedia.

*****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar