Senin, 19 Agustus 2013

Aidil Fithri Atau Aidil Fithrah?

Aidil Fithri Atau Aidil Fithrah?

Inilah sebahagian bahasan ustadz ketika ceramah subuh hari Ahad kemarin. Sang ustadz melakukan sedikit kritik untuk 'kita' umat Islam di Indonesia. Yang kebanyakan suka bereuphoria dalam ketidak-tahuan atau dalam keacuh-tak-acuhan.

Begini ceritanya:

Sangat mudah mencari contoh orang yang bereuphoria / bergembira luar biasa di hari raya 1 Syawal. Berpakaian serba baru, ber-pusu-pusu ke sana kemari dalam suasana ceria penuh kemenangan. Termasuk di antaranya yang ber-hondoh-poroh mudik di penghujung bulan puasa. Tidak afdal rasanya kalau tidak menyambut hari kemenangan itu di kampung halaman, di tengah-tengah sanak saudara dan handai tolan. 

Karena mereka merasa baru saja memenangkan sebuah pertandingan besar. Padahal belum tentu semuanya ikut bertanding. Bahkan seringkali yang tidak ikut bertandingpun tidak kalah tinggi honjak-nya dalam merayakan kemenangan. Mereka merasa bahwa mereka adalah pemenang. Padahal pertandingan itu ditetapkan oleh Allah, yang menentukan aturan mainnya Allah, yang menilai pencapaian masing-masing pesertanya adalah Allah. Tapi banyak orang tidak perduli dengan penilaian Allah. Mereka mencoba menilai diri mereka sendiri dan mereka merasa bahwa mereka adalah pemenang.

Padahal Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam mengingatkan bahwa betapa banyak orang yang berpuasa tapi yang didapatkannya tidak lebih dari rasa lapar dan haus. Kenapa? Karena mereka hanya menahan diri dari tidak makan dan minum tapi tidak memelihara perilaku mereka yang tidak islami dari dorongan hawa nafsu. Mereka tetap juga bermaksiat. Tetap juga berbuat dosa. Bagaimana mungkin orang seperti ini ikut-ikutan pula merasa jadi pemenang? Lalu ada yang lebih parah lagi. Berpuasa saja dia tidak ikut. Tapi berhari raya dia yang lebih gagah.

Orang merayakan hari raya Aidil Fithri dan berkeyakinan bahwa setiap mereka, yang merasa jadi pemenang tadi itu, sudah kembali suci seperti bayi yang baru dilahirkan. Mereka beranggapan arti dari Aidil Fithri adalah kembali fitrah, kembali suci. Padahal, kata sang ustadz, Aidil Fithri artinya yang benar adalah kembali makan. Kembali berbuka. Ifthar artinya berbuka. Kalau kemarin masih berpuasa, hari ini, di tanggal 1 Syawal kita tidak lagi puasa. Kita ifthar. Kita boleh makan minum kembali. Seandainya yang dimaksud adalah kembali suci atau fitrah maka dalam bahasa Arab disebut Aidil Fithratun (pakai ta marbuthah).

'Kita' umat Islam di Asia Timur ini (termasuk di Malaysia) memang agak berlebihan dalam berhari raya Aidil Fithri. Di Timur Tengah masyarakatnya lebih meriah merayakan hari raya Aidil Adha. Begitu pula kalau kita perhatikan di jaman Rasulullah shalallahu 'alaihi wa salam para sahabat beliau justeru sangat bersedih dengan kepergian bulan Ramadhan. Bulan yang penuh dengan keistimewaan dari Allah. Mereka tidak bereuphoria merayakan hari raya 1 Syawal......

****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar