Sabtu, 16 Februari 2013

Mengukur Bayang-bayang Sepanjang Badan

Mengukur Bayang-bayang Sepanjang Badan

Inilah sebuah ungkapan bijak yang sangat perlu diamalkan kalau kita mau jujur dan selamat dalam kehidupan. Selamat untuk dunia dan akhirat, insya Allah. Pandai menghitung diri. Mengenali keadaan diri kita sendiri dengan sebenar-benarnya. Dengan wajar. Agar tidak over estimate dan tidak pula under estimate terhadap diri sendiri. Tidak merasa bahwa awak sudah sangat 'wah'. Padahal 'wah' nya awak penuh dengan cacad dan kekurangan. Sebaliknya, tidak pula merasa terlalu kecil dan hina di tengah kumpulan orang-orang biasa yang dengannya kita bergaul sehari-hari.

Kenapa mesti bayang-bayang yang sepanjang badan? Karena bayang-bayang itu bisa jauh lebih panjang dan sebaliknya bisa jauh lebih pendek dari badan. Bayang-bayang yang lebih panjang itu jelas menipu. Dia masih mirip dengan badan. Ada kepala, ada tangan, ada kaki dan sebagainya, tetapi ukurannya sudah dimanipulasi. Sudah tidak sesuai dengan ukuran. 

Maksud dari ungkapan ini adalah, agar dalam mengukur diri, hendaklah disesuaikan dengan kemampuan. Dalam hal apa saja. Beramal hendaklah disesuaikan dengan kemampuan.... dan disesuaikan dengan ilmu. Berbuat sesuatu hendaklah disesuaikan pula. Apa lagi dalam berbelanja. Jangan sampai kita melakukan yang diluar kemampuan.

Dengan kecanggihan teknologi, dengan kemudahan-kemudahan semu kehidupan moderen, kita bisa lupa, tidak lagi mengukur bayang-bayang sepanjang badan. Disangka awak masih banyak cadangan uang, karena kemudahan dengan penggunaan kartu kredit, ternyata rekening di bank sudah kosong. Betapa bahayanya yang demikian. Salah-salah akan jadi sasaran penagih hutang yang sangar-sangar.

Tidak pandai mengukur bayang-bayang bisa berakibat fatal. Dalam mempergunakan uang, kalau kita tidak pandai-pandai memperkirakan, bisa besar pasak dari tiang. Besar pengeluaran dari penghasilan. Tentu yang akan merasakan akibatnya adalah diri sendiri juga. Pada saat terlibat dengan hutang. 

Tidak pandai mengukur tenaga dalam bekerja bisa berakibat salah urat. Atau keseleo. Disangka akan mampu mengangkat beban berat, tidak diperhitungkan kemampuan, lalu main angkat saja.

Maka kenalilah diri kita. Pandai-pandai mengukur diri. Pandai-pandai mengukur bayang-bayang....

*****                                         

Tidak ada komentar:

Posting Komentar