Senin, 28 Desember 2009

Pulang Kampung Lagi (5)

(5)

Ketika para saudara bertemu sekali-sekali yang terjadi biasanya adalah hota panjang. Ditingkahi senda gurau dan tertawa terkekeh-kekeh. Itu pula yang terjadi di Garegeh malam itu. Apa lagi ada pula adik ipar yang lain baru sampai dari Pakan Baru setelah terlebih dahulu singgah di Limbanang. Rencananya besok kami akan melakukan perjalanan panjang dengan mobilnya ke Jakarta. Bagi sang adik ipar perjalanan itu bahkan lebih panjang lagi karena mereka suami istri akan terus ke Jogya. Jauh hari sebelumnya mereka menawarkan apakah kami suami istri mau ikut dalam perjalanan itu. Dan aku menyanggupinya.

Malam itu kami mahota panjang sampai tengah malam. Aku sebenarnya sudah keletihan. Sudah tiga malam berturut-turut kurang tidur dan malam ini adalah malam keempat.

Begitu kembali ke penginapan sudah hampir jam satu malam aku berusaha untuk langsung tidur. Dan alhamdulillah tertidur. Bahkan keterusan. Paginya aku baru terbangun dan mendengar wirid (pengajian) subuh dari masjid. Tidak terdengar suara azan. Padahal azan subuh itu dua kali. Sudah hampir jam setengah enam. Ya Allah……. sudah berlalu waktu subuh. Kami shalat berdua. Masih mengantuk, sesudah shalat aku sambung lagi tidur. Dan melaju lagi sampai dekat jam delapan. Barulah badan terasa agak segar. Kami berempat, masih dengan ipar yang dari Sawahlunto pergi lagi ke Garegeh. Untuk sarapan teh talua di lepau. Setelah itu mereka mendrop kami di rumah ipar yang juga di Garegeh, karena mereka akan segera pula pergi untuk urusan lain hari itu.

Di Garegeh sudah menunggu ipar yang dari Pakan Baru. Mereka baru saja bergerak mau menyusul kami ke penginapan. Kami kembali lagi ke mess PLN untuk mengemasi barang-barang kami. Ada segerobak tolak pula banyaknya. Kami susun baik-baik di bagian belakang mobil. Tempat duduk di row paling belakang terpaksa dikosongkan dengan melipat bangkunya. Barang-barang itu kami susun hati-hati. Seandainya muat, dan bangku di row kedua tidak terganggu seorang kemenakan akan ikut bersama kami. Dan alhamdulillah semua barang-barang itu berhasil dimuat.

Barulah kami mandi. Dan berkemas diri. Dan setelah itu kembali lagi ke Garegeh karena kedua adik-adik itu juga belum pada mandi. Sementara hari sudah mulai hujan rinai-rinai kembali.

Jam setengah dua belas tepat kami berangkat dari Garegeh. Berlima dengan kemenakan, anak dari ipar yang di Garegeh. Lalu ke Baso untuk terus ke Batu Sangkar, melalui Talawi, melalui Sawahlunto dan terus ke Muaro Kalaban. Sambil mehota-hota kecil sepanjang jalan. Aku amati batang Lunto yang airnya tidak seberapa dalam. Melayang pula ingatan ke Blog angku Idris Talu yang hobby memancing di sungai. Aku katakan bahwa aku berniat suatu hari nanti, kubawa mobil ke kampung, tinggal di kampung agak lama, dan pergi memancing ke sungai-sungai besar. Seperti ke sungai Kampar di Rantau Berangin. Kenapa tidak? Biarlah sementara itu menjadi niat saja dulu. Kalau lai umua panjang dikayayan juo nanti.

Sudah jam setengah dua siang ketika kami berhenti untuk makan siang dan shalat di lepau nasi dendeng batokok di Muaro Kalaban. Lah sadang elok litak paruik. Lepau nasi yang ini kami pilih begitu saja. Karena sudah lapar dan karena plang namanya, Dendeng Batokok. Rasa biasa-biasa saja.

Jam setengah tiga kami lanjutkan perjalanan. Bergantian membawa mobil. Kali ini giliranku memegang kemudi. Berpacu menuju selatan. Ditengah guyuran hujan.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar