Kamis, 24 November 2011

Pergilah Rapat Ke Negeri Cina (2)

Pergilah Rapat Ke Negeri Cina (2) 

Jam setengah empat lebih kami sudah kembali berada di dalam pesawat. Pesawat yang lebih kecil dari yang menerbangkan kami dari Jakarta ke Hongkong pagi tadi. Dan kelihatannya pesawat ini juga sudah cukup tua. Tapi itu tidak jadi masalah. Pesawat ini akan membawa kami ke Hang Zhou dalam waktu dua jam lebih. Kali ini dalam suasana Cina yang jelas lebih kental karena mungkin hanya kami saja yang Melayu di atas pesawat ini.

Setelah beberapa lama mengudara pramugari mulai sibuk membagi-bagikan hidangan. Mulai sekarang, tidak ada lagi yang benar-benar halal bagiku kecuali ikan. Tapi tidak ada ikan. Pilihan yang paling aman di antara yang tidak aman adalah beef dengan kentang pure dan sayuran. Dan aku memesannya. Untuk menikmati hanya kentang pure dan sayurannya saja. Kebetulan aku duduk dengan rekan Melayu. Teman yang satunya duduk dengan tuan rumah di bangku di belakang kami. Teman dudukku hanya melirik saja tapi tidak bertanya kenapa aku tidak memakan potongan-potongan beef yang dimasak seperti kalio daging itu. 

Cuaca cukup cerah sore itu. Matahari bersinar dari arah belakang di rusuk kiri. Tidak lama lagi matahari itu akan terbenam, selagi kami masih di udara. Waktu itu pun datang. Cahaya siang pelan-pelan mulai redup, pertanda sudah masuk waktu maghrib. Aku bertayamum dan bersiap-siap untuk shalat. Aku tanyakan apakah teman dudukku akan sama-sama shalat, karena setahuku dia seorang yang mengerjakan shalat. Dia bilang biarlah nanti saja di tempat tujuan. Aku shalat sendirian. Shalat yang dijamak dan diqasar. Dengan bacaan dijahar (dikeraskan) secukupnya.

Kira-kira jam enam waktu setempat kami mendarat di kota tujuan. Bandaranya moderen dan bersih. Yang pertama sekali mencolok mataku adalah seragam petugas imigrasi yang serupa benar dengan seragam tentara kita, dengan tanda pangkat bintang emas. Ada yang dua, ada yang tiga bintang emas. Jadi kami diterima petugas imigrasi yang ibarat jenderal di negeri kita. Di luar pagar penjemputan ada seorang memegang kertas dengan nama-nama kami bertiga. Kebetulan namaku agak salah eja. Padahal kami ditemani oleh orang Petro China yang dari Singapura dan bersama-sama dari Hongkong. 

Kami segera menuju kendaraan yang sudah disiapkan.  Sebuah minibus. Kami berempat ditambah si penjemput dan sopir minibus. Melaju di jalan raya menuju pusat kota yang katanya sekitar 40 km jaraknya. Miriplah dengan jarak Bekasi ke Cengkareng. Jalan raya dipenuhi kendaraan roda empat meski tidak sampai macet. Aku melirik bangunan-bangunan bertingkat berjejer-jejer di kiri dan kanan jalan. Rupanya itu adalah rumah susun. Tidak terlihat, mungkin karena malam hari, rumah sendiri-sendiri. Yang ada hanya apartemen atau rumah susun itu saja. 

Kami sampai di hotel. Check in, lalu meletakkan koper kecil ke kamar dan segera kembali ke loby hotel. Malam itu kami diajak makan malam di restoran hotel tempat kami menginap oleh yang menemani dari Hong Kong tadi. Aku mengumumkan terus terang bahwa aku hanya bisa makan ikan. Si tuan rumah bertanya agak terheran-heran. Aku jawab saja karena alasan kesehatan. Kami pun makan. Bismillah....

*****                              

Tidak ada komentar:

Posting Komentar