Jumat, 08 Maret 2013

Neraka Wail Bagi Orang-orang Yang Curang

Neraka Wail Bagi Orang-orang Yang Curang 

Allah memperingatkan orang-orang yang curang dalam perdagangan dengan sebuah surah di dalam al Quran yakni surah Al Muthaffifin (surah ke 83). Ayat-ayat pertamanya berma'na; Celakalah bagi orang-orang yang mengurangi takaran. Orang yang jika menakar (untuk dirinya) dari orang lain, mereka takar dengan penuh. Tetapi ketika mereka menakar untuk orang lain, mereka menguranginya. Allah mengancam orang-orang curang seperti ini dengan neraka wail, sebagai hukuman atas kecurangan mereka itu. Karena mereka telah berlaku tidak adil, merugikan orang lain.

Allah menyuruh kita, orang-orang beriman, untuk berlaku adil.  Melarang kita dari berbuat curang. Berlaku adil dengan siapa saja. Orang yang adil tidak berprinsip tiba di mata dipicingkan, tiba di perut dikempiskan. Orang yang berprinsip seperti itu jelas bukan orang yang adil. Kalau memang salah, meski itu adalah anak kandung sendiri harus dinyatakan salah dan harus dihukum sesuai dengan kesalahannya. 'Seandainya Fathimah binti Muhammad mencuri, niscaya aku potong tangannya,' begitu sabda Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam. 

Berlaku adil itu harus dimulai dari diri sendiri. Siapapun kita. Jika kita seorang buruh, menerima upah sekian-sekian untuk satu hari bekerja, maka hendaklah kita benar-benar hadir dan bekerja untuk setiap hari yang kita dibayar sekian-sekian itu. Jangan hanya mau menerima upahnya saja tapi enggan menunaikan kewajiban. Sebaliknya tentu juga berlaku. Seandainya kita adalah seorang induk semang yang mempekerjakan seorang atau beberapa orang buruh. Hendaklah dibayar buruh-buruh itu pada waktunya sesuai dengan haknya. Jangan dibebani mereka dengan tanggung jawab lebih padahal upah mereka sudah ditentukan

Kecurangan adalah tipu daya setan. Betapa banyaknya orang-orang curang ini. Mereka ada di mana-mana. Coba saja kita tengok di sekeliling kita. Baik yang curang secara sembunyi-sembunyi atau secara terang-terangan. Untuk diri sendiri maunya diperlakukan secara adil tapi memperlakukan orang lain hilang sifat adilnya. Kalau orang lain itu bisa dirugikan niscaya akan dirugikannya.

Termasuk ke dalam contoh seperti ini adalah pedagang yang tidak amanah. Harga barang dagangannya seribu rupiah. Tapi karena dilihatnya calon pembelinya orang berduit, maka harga barangnya dinaikkannya berkali-kali lipat. Pedagang seperti ini adalah pedagang al muthaffifiin. Pedagang yang mengurangi takaran.

Ternyata ada yang lebih buruk dari contoh ini. Kalau yang diancam Allah di atas adalah orang yang berat sebelah. Orang yang untuk dirinya minta dicukupkan, sementara menakar untuk orang lain dikuranginya, maka ada kelompok yang lebih jahil dari itu. Yaitu orang yang serakah. Orang yang rakus  dan tidak perduli dengan orang lain. Seandainya orang lain tidak kebagian pun tidak jadi masalah baginya. Jadi dia tidak hanya sekadar menakar penuh untuk dirinya, tapi bahkan mengambil lebih dari haknya. Bila perlu bahkan berkali-kali lipat. Yang penting dirinya sendiri kenyang dan puas.

Orang seperti ini tentu akan lebih berat lagi hukuman yang akan diterimanya kelak di sisi Allah.

Mudah-mudahan kita mampu menahan diri agar tidak termasuk kelompok orang-orang yang curang.

*****
                                                  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar