Jumat, 20 Maret 2020

Corona Dan Fatwa

Corona Dan Fatwa  

Alhamdulillah, siang ini kami tetap melaksanakan shalat Jum'at di mesjid komplek kami. Mesjid kecil dengan kapasitas tidak sampai 200 jemaah. Perlu dijadikan catatan karena saat ini sedang gencar-gencarnya himbauan bahkan fatwa agar shalat Jum'at ditiadakan sehubungan dengan sedang merebaknya wabah corona. Pagi tadi aku dapat kiriman pesan bersuara seorang ustad dengan pesan yang sama, yang menghimbau masyarakat untuk mematuhi larangan mengadakan shalat Jumat. Ustad yang menempelak konon banyaknya pengingkaran dari orang-orang tidak berilmu menentang larangan tersebut. Ustad yang bahkan merasa perlu menyampaikan bahwa beliau adalah alumni Madinah.....  


Aku sendiri, yang jelas tidak berilmu, masih tetap ingin hadir ke mesjid untuk shalat Jumat. Jadi... bismillaah.....


Khatib di mesjid kami tidak ketinggalan membawakan khutbah menyangkut wabah corona.. Wabah yang memang sangat dahsyat yang sedang mengguncang dunia. Wabah yang sudah menelan ribuan korban di berbagai negara tak terkecuali di Indonesia. Waspada.... kita harus waspada....


Lalu khatib menjelaskan bahwa diri setiap kita terdiri dari tiga unsur. Beliau menyebutnya tiga anatomi. Yaitu unsur fisik, unsur akal dan unsur ruh. Masing-masing harus difungsikan secara tepat dan bijak. Ketika penyakit datang yang diserangnya pertama kali adalah jasad. Jasad  dapat kita bentengi dengan pola hidup sehat, memakan makanan yang sehat, berprilaku bijak  dalam hidup menjaga kesehatan, menggunakan obat ketika diserang penyakit. Akal digunakan untuk membentengi jasad dengan banyak membaca dan berfikir. Dan ruh digunakan untuk mendekat kepada Sang Pencipta dengan berdoa. 


Beliau mengajak agar kita waspada dalam suasana ancaman wabah corona. Ada peringatan dari pemerintah dan fatwa para ulama yang menyuruh kita berhati-hati. Kita patuhi dengan tetap menggunakan akal. Lebih kurang itulah inti khutbah khatib siang ini. Aku kok ya merasa cocok dengan khutbah beliau ini. Gunakan akal.  


Wabah corona menyebar dengan sangat pesat. Penyebaran melalui cairan ludah. Bekas ludah yang bisa menempel di mana saja ketika si pembawa virus batuk atau bersin. Bisa di karpet, di gagang pintu, di lantai atau di mana-mana yang biasa dijamah tangan manusia. Jadi, usahakanlah meminimalisir sentuhan terhadap titik-titik yang berpotensi dihinggapi virus corona itu. 


Di mesjid kami karpet sudah disingkirkan untuk sementara dan lantai mesjid dipel lebih sering. Ini sudah suatu usaha yang baik. Jemaah membawa sajadahnya masing-masing. Kontak langsung dengan berjabat tangan dihindari. Ditambah lagi peringatan agar yang kurang sehat agar tidak datang dulu berjamaah. Aku rasa semua itu sudah cukup.


Penasaran, aku dengar pula isi fatwa MUI yang dibacakan oleh seorang ustad di Youtube. Intinya, waspada. Jika anda sakit atau disyaki tertular virus, jangan datangi mesjid. Jika anda sehat, tapi berada di kawasan yang diketahui sudah terjangkit virus, jangan datangi mesjid, shalatlah di rumah saja. Jika anda sehat dan di lingkungan anda aman, belum diketahui adanya wabah anda tetap harus mejalankan shalat berjamaah seperti biasa.


Menurut pengamatanku lingkungan kami masih aman dari wabah. Dan lingkungan kami boleh dikatakan lingkungan tertutup, bukan lingkungan yang  banyak orang singgah. Maka aku berniat, selama keadaannya masih seperti sekarang aku akan tetap hadir shalat berjamaah ke mesjid. Laa hawla wa la quwwata illa billaah.


****                    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar