Sabtu, 26 Maret 2011

Oh Negeriku......

Oh Negeriku (Dan Penganut Ilmu Mumpung)

Untuk bersikap acuh tak acuh saja tidak mudah di negeri ini. Ingin aku tidak peduli. Tidak mikirin. Tidak mau tahu. Tapi banyak hal itu berlalu juga di depan hidung. Di monitor PC atau di layar TV. Negeri yang dikelola oleh banyak sekali pendekar Aji Mumpung ini. Dari yang mumpung jadi istri gubernur, mumpung lagi populer-populernya (menurut pendapatnya sendiri) lalu mencalonkan diri untuk jadi walikota. Ini hanya target antara. Kalau dia berhasil jadi walikota dengan kepopuleran dia dan suaminya yang gubernur itu, dua tahun lagi, dia akan mencalonkan diri jadi gubernur. Enak kan? Dan semua itu bisa dikondisikan. Bisa diatur. Dan bisa ditargetkan untuk tercapai. Tentu saja dengan dimodali. Ini bukan hisapan jempol tapi sedang terjadi di sebuah negeri di tengah pulau Sumatra. Haus. Haus. Haus dengan kekuasaan, dengan glamour, dengan pangkat, dengan dunia.

Lalu para wakil-wakil yang akhirnya jadi juga akan membelanjakan uang sekian triliyun rupiah untuk membangun kantor mewah. Di mana setiap wakil akan punya kantor senilai 800 juta rupiah. Seolah-olah negeri ini sebegitu kaya rayanya dengan uang berlimpah-limpah untuk dibuang-buang. Padahal hutang negara, yang jadi beban setiap warga negara sudah hampir sampai di leher. Mereka, para wakil yang terhormat itu tidak perduli. Amboi.......

Di antara wakil-wakil itu ada yang congkak dan sombong. Yang merasa harus selalu nomor satu. Naik ke pesawat yang bukan jadwalnya. Duduk di kursi yang milik orang lain. Lalu tidak mau turun. Tidak mau mengalah. Sampai harus diteriaki orang se pesawat. Akhirnya, baru tersenggol juga urat malunya yang sudah berkarat. Bagaimana tidak. Kalau dia tidak turun, pesawat tidak akan berangkat. Ih malunya.....

Dan ketua bal-balan yang masih juga kasak kusuk meski sudah didemo orang se negara. Masih berharap untuk dapat bermanuver agar terpilih lagi. Sebegitu pentingnya jabatan. Hilang pupus malu dan harga diri karenanya.

Aku ingin acuh tak acuh. Ingin tidak mikirin. Ingin tidak peduli. Tapi berita itu terbaca juga. Siapa pula yang akan disalahkan? Ya, salahku sendiri.......

***** 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar