Rabu, 02 November 2011

Rukun Iman Ke Enam - Beriman Dengan Takdir

Rukun Iman Ke Enam - Beriman Dengan Takdir 

Dalam perjalanan hidup, kadang-kadang kita tercenung. Kadang-kadang kita menyesal. Kita sadar dengan kekeliruan namun sudah terlambat. Nasi sudah jadi bubur, begitu biasanya kita katakan. Ada orang yang berlarut-larut 'memikirkan' sesuatu yang telah berlalu itu. Bahkan kadang-kadang dengan kesedihan yang dalam. 'Coba dulu aku tempuh jalan yang satu lagi.' Atau, 'Coba dulu aku ikuti kata-katanya.' Atau, 'Seandainya dulu aku bersabar sedikit.' Dan sebagainya. Semua itu adalah ungkapan penyesalan. Ungkapan penasaran karena sesuatu ternyata berjalan tidak ke arah yang diinginkan. Atau sesuatu berjalan ke arah yang tidak menyenangkan.

Bolehkah kita larut ke dalam penyesalan karena kekecewaan seperti itu? Mengeluh karena yang kita dapatkan sekarang tidak seperti yang kita harapkan? 

Islam mengajar kita untuk beriman dengan ketetapan Allah yang sudah berlaku. Itulah yang kita sebut sebagai 'takdir'.  Sesuatu yang terjadi, baik yang kita terlibat dalam kejadiannya atau pun Allah menetapkannya tanpa kita kehendaki. Beriman dengan takdir berarti menerimanya apa adanya. Menerimanya sebagai suatu ketetapan Allah. Dan kita tidak perlu menyesalinya, apalagi dengan kata-kata 'coba kalau'. Karena 'coba kalau' itu sudah terlambat dan tidak mungkin waktu dimundurkan kembali untuk mengubah yang sudah terjadi. Yang boleh kita lakukan adalah mengambil pelajaran dari 'takdir' yang berlaku itu. Seandainya hal itu sesuatu yang tidak menyenangkan, sesuatu yang buruk, mudah-mudahan kita mampu menghindari hal yang sama terjadi lagi.

Beriman dengan takdir Allah, artinya mempercayai bahwa sesuatu itu telah terjadi dengan izin Allah. Dia terjadi sebagai ketetapan Allah, yang baik maupun yang buruk. Dan kita tidak dapat menukar apa-apa yang sudah ditetapkan Allah dengan sesuatu yang kita angan-angankan. Kalau suatu takdir itu merupakan keburukan, yang boleh kita lakukan adalah memohon kepada Allah agar Allah menggantinya dengan yang baik. Kalau takdir itu berupa suatu yang menyedihkan atau menyakitkan, kita memohon kepada Allah agar diberi-Nya kesabaran dan kekuatan. Tidak akan ada gunanya kita menyesal-nyesali sesuatu yang sudah terjadi. Penyesalan seperti itu justru menunjukkan kelemahan iman.  

*****                               

Tidak ada komentar:

Posting Komentar