Selasa, 25 Januari 2011

Burung Berzikir

Burung Berzikir (di waktu malam lagi)

Di pekarangan kami sering beberapa jenis burung terbang bebas. Yang paling umum adalah burung gereja. Lalu ada burung bertubuh kecil mungil berwarna coklat, suka mengetok-ngetok jendela kaca. Burung kecil ini sepertinya soliter, datang satu-satu. Bunyinya cip-cip bergemericip sangat halus. Ada pula burung berjambul warna abu-abu yang mulai sibuk sejak sinar terang di pagi hari memancar dengan ceracaunya yang khas. Ukuran tubuhnya sedikit lebih besar dari burung gereja. Burung ini biasa berombongan sampai empat ekor. Burung lainnya adalah burung walet yang suka berdemonstrasi terbang menukik. Semua bebas-bebas saja. Terbang, hinggap di ranting mangga, atau di atas genteng, atau di mana saja mereka mau, lalu terbang lagi entah ke mana. Jenis-jenis di atas bukanlah yang aku maksud dengan burung berzikir seperti di atas.

Sejak beberapa minggu ini ada sejenis burung (yang aku belum pernah melihat bentuknya) tiap malam bernyanyi dari pohon mangga di depan rumah. Suara siulannya nyaring dan khas. Tuwit... tuwit... tuwit.. twit twit twit. Suara nyaring itu diulang-ulangnya secara teratur setiap dua menit. Dan itu diperdengarkannya sampai entah jam berapa di kelarutan malam. Beberapa kali aku terbangun tengah malam, eh, dia masih asyik dengan siul zikirnya itu. Hanya dari jarak beberapa meter di luar kamar tidurku. Suara itu hanya suara dari seekor burung. Tidak ada temannya terdengar menyahuti dari kejauhan. Dan hanya di malam hari pula.

Cerita ke hilir ke mudik, atau ngalor ngidul kata orang di Jawa, ada dua atau tiga orang jemaah mesjid kami yang pernah mempercayai bahwa kehadiran burung bersuara nyaring ini membawa pertanda. Pertanda bahwa di rumah dekat dia hinggap dan bernyanyi akan ada penghuninya yang meninggal dunia. Kedua orang bapak-bapak itu mengatakan bahwa beliau sudah berkali-kali memperhatikan, ketika bapak Anu atau ibu Anu meninggal, di depan rumahnya burung twit-twit ini bernyanyi pula sepanjang malam. Saya mencoba meyakinkan kedua beliau itu bahwa kepercayaan seperti itu adalah karut, tidak ada dasarnya dan tidak boleh dipercayai. Karena khawatir nanti, anda berdua akan menanti-nantikan siapa yang akan mati dari rumah di mana burung itu 'menompang' bernyanyi.

Dari suara siulannya yang sangat teratur waktunya, begitu pula nadanya, aku mengaguminya saja sebagai burung berzikir. Burung yang sangat khusyuk dalam zikir. Meski aku tetap belum mengetahui jenis burung apa sebenarnya dia.

Tuwit....tuwit... tuwit.. twit twit twit.....

****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar