Senin, 29 Desember 2014

Catatan Tahun 2014

Catatan Tahun 2014

Tahun 2014 segera akan berakhir. Telah bertambah umur. Telah berkurang jatah hidup. Namun yang di depan insya Allah akan dilalui juga, sampai ke batas. Sampai janji untuk kembali ke hadirat-Nya. Hanya Allah saja yang tahu seberapa langkah lagi yang akan dijalani. Akan berapa jauh lagi yang akan ditempuh. Tantangan apa saja yang akan dihadapi. Semuanya hanya di dalam ilmu Allah.

Pengalaman dan takdir Allah di tahun ini sudah tercatat. Sebahagian besar adalah yang rutin-rutin dan biasa-biasa saja. Hari demi hari dilalui dengan rutinitas seragam sejak sebelum azan subuh sampai masuk waktu beristirahat lagi di malam hari. Mendatangi setiap panggilan adzan ketika tidak dalam keadaan uzur. Tidak ada yang istimewa. Tidak ada kesibukan harus ke luar rumah untuk mencari rezeki di awal pagi. Tidak ke sawah atau ke ladang, tidak ke pasar dan tidak pula memburuh (lagi). Tahun 2014 dilewati di rumah saja. Membosankan? Ya tidak juga. Ada sajalah yang akan diutak-utik. Sekurang-kurangnya membalik-balik halaman internet.

Bepergian pun hampir tidak ada. Kecuali dua kali ke kampung. Di awal tahun ketika orang menegakkan penghulu di sana dan yang kedua di awal November kemarin. Menyilau pondok sekolah khusus penghafal Al Quran. Yang alhamdulillah sudah berangsur banyak juga kemajuannya.

Pengalaman lain di tahun ini adalah dirawat inap di rumah sakit karena suatu penyakit, yang awalnya dikhawatirkan cukup serius. Sempat menjalani cuci darah sebanyak lima kali. Menerima simpati sanak saudara dan teman-teman yang barangkali juga ikut cemas ketika mendengar berita tentang cuci darah. Penyakit yang datang dengan kekuasaan Allah dan alhamdulillah kembali sembuh dengan izin dan kuasa Allah pula. Berkat doa para saudara dan sahabat. Datangnya di saat terakhir bulan Ramadhan. Dan 'cacad'lah Ramadhan tahun ini dengan beberapa hari tidak berpuasa. Bahkan tidak pula menjalani puasa Syawal. Tapi syukurlah hutang Ramadhan itu sudah terbayar kembali.

Dan rasa syukur ke hadirat Allah atas karunianya dengan kehadiran cucu kelima. Cucu perempuan pertama. Meski lahirnya jauh di Perancis sana. Bayi perempuan yang oleh kedua orangtuanya diberi nama Fathimah. Tidak mungkinlah untuk memeluknya karena jarak beribu-ribu kilometer membatasi. Tapi berkat kemajuan teknologi sekarang, kami dapat memandang dan bahkan 'menjujai' Fathimah melalui perantaraan skype.

Sungguh banyak nikmat yang telah diberikan Allah dan tidak mungkin didustakan. Mudah-mudahan Allah senantiasa memberikan perlindungan-Nya sampai di penghujung perjalanan hidup ini nanti.......

****
                                           .

Kamis, 25 Desember 2014

Khutbah Di Mesjid Al Husna 26 Desember 2014

Khutbah Di Mesjid Al Husna 26 Desember 2014
 
(Pokok-pokok khutbah) 

Firman Allah Ta'ala

وَلَن تَرْضَى عَنكَ الْيَهُودُ وَلاَ النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ قُلْ إِنَّ هُدَى اللّهِ هُوَ الْهُدَى وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءهُم بَعْدَ الَّذِي جَاءكَ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَكَ مِنَ اللّهِ مِن وَلِيٍّ وَلاَ نَصِيرٍ

Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan pernah senang kepadamu (Muhammad) hingga kamu mengikuti millah (pola hidup atau agama) mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)”. Dan jika seandainya kamu benar-benar mengikuti hawa nafsu mereka setelah datang ilmu kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu. (Al Baqarah 120).
 
Sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam            

                         لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ شِبْراً بِشِبْرٍ وَذِرَاعاً بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا جُحْرَ ضَبٍّ لَتَبِعْتُمُوْهُمْ


“Sungguh, kalian akan mengikuti jalan/jejak orang-orang sebelum kalian (Yahudi dan Nasrani) sejengkal dengan sejengkal dan sehasta dengan sehasta. Sampai-sampai jika mereka masuk ke liang binatang dhab (sejenis biawak yang hidup di padang pasir) pasti kalian akan mengikutinya.” (Hadits riwayat Imam Bukhari).

Firman Allah

لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ وَقَالَ الْمَسِيحُ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اعْبُدُوا اللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ


“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya Allah adalah Al Masih putra Maryam”, padahal Al Masih (sendiri) berkata: “Hai Bani Israel, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu”. Sesungguhnya orang yang mempersekutukan Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolong pun. (Al-Maidah:72)

لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ ثَالِثُثَلاثَةٍ وَمَا مِنْ إِلَهٍ إِلا إِلَهٌ وَاحِدٌ وَإِنْ لَمْ يَنْتَهُوا عَمَّا يَقُولُونَ لَيَمَسَّنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ


“Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: “Bahwasanya Allah salah satu dari yang tiga”, padahal sekali-kali tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih. (Al Maidah:73)

                                                                                                                  

  إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ ۗ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلَّا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ ۗ وَمَنْ يَكْفُرْ بِآيَاتِ اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ

Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya. (Ali Imran: 19)

Firman Allah dalam surah An Nisa Ayat 171

          يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لا تَغْلُوا فِي دِينِكُمْ وَلا تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ إِلا الْحَقَّ إِنَّمَا الْمَسِيحُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ رَسُولُ اللَّهِ وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ وَرُوحٌ مِنْهُ فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ وَلا تَقُولُوا ثَلاثَةٌ انْتَهُوا خَيْرًا لَكُمْ إِنَّمَا اللَّهُ إِلَهٌ وَاحِدٌ سُبْحَانَهُ أَنْ يَكُونَ لَهُ وَلَدٌ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأرْضِ وَكَفَى بِاللَّهِ وَكِيلا 

 
Wahai Ahli Kitab! Janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, Isa putra Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan, "(Tuhan itu) tiga", berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Mahasuci Allah dari (anggapan) mempunyai anak, Milik-Nyalah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Cukuplah Allah sebagai saksinya.
            

                                                                                                                              
  إِنَّ الَّذِينَ اشْتَرَوُا الْكُفْرَ بِالْإِيمَانِ لَنْ يَضُرُّوا اللَّهَ شَيْئًا وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ


Sesungguhnya orang-orang yang menukar iman dengan kekafiran, sekali-kali mereka tidak dapat memberi mudharat kepada Allah sedikitpun; dan bagi mereka azab yang pedih.
(Ali Imran: 177)
 
****

Rabu, 24 Desember 2014

Hari Ini Dalam Sejarahku

Hari Ini Dalam Sejarahku 

Hari ini, tanggal 25 Desember adalah hari yang mempunyai kenangan tersendiri bagiku, karena tepat pada tanggal yang sama 21 tahun yang lalu aku sekeluarga resmi menjadi warga Komplek Depkes II Jatibening Bekasi. Hari itu kami meninggalkan kota Balikpapan yang pernah aku diami sejak tahun 1979. Kepindahan yang sebenarnya tidak terlalu kami (segenap anggota keluarga) senangi, karena di Balikpapan kami tinggal dalam kenyamanan fasilitas perusahaan, di rumah perusahaan yang besar, lengkap dengan berbagai sarana pendukung. Kami sampai di Jatibening, di rumah pribadi yang sudah disiapkan sejak setahun lebih sebelumnya, dengan fasilitas yang jauh lebih sederhana. 

Masih kuingat ocehan anak kami nomor dua dalam perjalanan dari Bandara menuju rumah, yang mengatakan, dia kepingin bahwa pindah yang sedang dijalani ini hanya sebuah mimpi. Dia ingin kalau besok pagi bangun tidur, dia masih berada di Balikpapan. Anak-anak memang kecewa waktu itu, ketika mendapati kamar tidur mereka yang panas tanpa AC, hanya ada kipas angin. Aku menyabarkan mereka dengan  mengatakan bahwa inilah kehidupan kita yang nyata. Di sini kita tinggal di rumah kita sendiri. Sementara di Balikpapan kemarin itu adalah kehidupan semu dengan segala fasilitas pinjaman.

Sedikit demi sedikit kami membiasakan diri dengan lingkungan yang baru. Tidak mudah. Banjir adalah tantangan yang paling serius, karena air masuk ke dalam rumah. Tepat ketika kami mulai membangun rumah ini di tahun 1991, sawah di depan rumah dirobah menjadi komplek perumahan dan dibatasi dengan tembok tinggi. Tumpahan air hujan yang biasanya ditampung sawah di depan itu, sekarang terpaksa antri melewati selokan berukuran lebar satu meter. Tempat kami adalah yang paling rendah. Kalau hujan deras agak satu jam saja  air tergenang makin tinggi dan akhirnya masuk rumah. Rumah yang kami tempati ini, pernah direnovasi total tahun 1998, ditinggikan setengah meter dari lantai sampai langit-langitnya.

Namun setelah 21 tahun, aku mendapatkan bahwa lingkungan tempat tinggal kami ini bersahabat dan menyenangkan. Masyarakat penghuni komplek ini guyub dan rukun. Waktu mula-mula datang memang terdengar ada juga kasus-kasus seperti kenakalan remaja di kalangan warga. Tetapi sudah lebih sepuluh tahunan kasus seperti itu tidak ada lagi. Di komplek ini ada sebuah mesjid hasil swadaya warga. Aku berkonsentrasi untuk jadi jamaah mesjid ini sejak pertama kali tinggal di sini. Sejak jamaah shalat subuhnya hanya 4 - 5 orang. Alhamdulillah, dengan izin Allah sekarang jamaah shalat subuh di mesjid ini berkisar sekitar 50an orang. Jumlah jamaah subuh ini pernah mencapai hampir seratus orang. Banyak di antara mereka sudah kembali ke hadirat Allah dan ada juga beberapa orang yang pindah.

Di Komplek Depkes II ini aku menjalani hidup paling lama di sebuah tempat tinggal. Di kampung asalku sendiri aku hanya tinggal tidak lebih dari sepuluh tahun sejak mulai sekolah dasar sampai tamat SMP. SMA sampai kelas dua ikut dengan kakak sepupuku di Rumbai. Di Bandung sejak pertengahan tahun 1970  sampai pertengahan 1979, dengan dua setengah tahun di antaranya tinggal di Jakarta. Di Balikpapan sejak akhir 1979 sampai akhir 1993, dengan dua setengah tahun pula di antaranya tinggal di Paris. Baik di Bandung maupun di Balikpapan aku tinggal di beberapa buah rumah yang berbeda.

****                                               

Jumat, 19 Desember 2014

Latihan Kesabaran

Latihan Kesabaran

Ketika orang lain mendapat musibah, kita biasanya menghibur agar dia bersabar. Atau sebaliknya, ketika kita ditimpa musibah, orang mengingatkan kita untuk bersabar. Memang bersabar itu adalah suatu hal yang sangat istimewa di hadapan Allah Ta'ala. 'Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. Yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka berkata, kami datang dari Allah dan kepada-Nya kami akan kembali.' (Al Baqarah ujung ayat 153 dan ayat 156). Namun bersabar itu kadang-kadang tidak mudah untuk dipraktekkan. 

Sebenarnya kita harus bersabar bukan saja ketika mendapat ujian besar berupa musibah. Banyak macam ujian lain yang diberikan Allah kalau kita mau menyadari. Seperti misalnya di saat kita berada di lingkungan yang tidak bersahabat padahal kita bukan orang yang suka membuat kesulitan kepada orang lain. Atau ketika kita berhadapan dengan orang yang senang menyusahkan baik secara sengaja ataupun tidak sengaja. Begitu pula ketika harus bersabar menghadapi orang-orang yang didakwahi tetapi malahan melecehkan, menghina dan bahkan mengancam kita. Dan bahkan di saat kita berhadapan dengan anggota keluarga sendiri yang tidak mudah untuk dinasihati. Semua itu menuntut kesabaran.

Kadang-kadang dalam menghadapi berbagai macam ujian kesabaran itu timbul perasaan kecewa. Putus asa. Bahkan tidak jarang hilang kesabaran. Meskipun hilang kesabaran itu sebenarnya juga sangat manusiawi. Seorang Nabi-pun (Nabi Yunus) suatu ketika hilang kesabaran beliau menghadapi umatnya yang selalu bandel, lalu beliau tinggalkan mereka. Allah menghukum beliau dengan dimasukkan ke dalam perut ikan besar dan tinggal di sana selama tiga hari tiga malam. Beliau segera bertobat kepada Allah, mengakui kekeliruannya karena telah berlaku zalim kepada umatnya dengan meninggalkan mereka, yang juga berarti bahwa beliau telah berlaku zalim kepada diri beliau sendiri, karena berputus asa dalam menjalankan perintah Allah Ta'ala. Beliau berdoa seperti yang dingatkan Allah dalam al Quran Surah Al Anbiya' ayat 87;

Laa ilaaha illa anta. Subhaanaka, innii kuntu minaz zhaalimiin

'Tiada Tuhan melainkan Engkau (ya Allah)! Maha Suci Engkau (daripada melakukan aniaya, tolongkanlah daku)! Sesungguhnya aku adalah dari orang-orang yang menganiaya diri sendiri'.
 
Seperti itulah peringatan Allah kepada kita, ketika kita terlupa lalu terperosok ke dalam ketidaksabaran. Segera bertobat dan mohon petunjuk kepada Allah. Terlebih-lebih disaat ujian kesabaran itu semakin banyak dan bervariasi di sekitar kita. 
 
Berlatihlah untuk sabar. Untuk mengendalikan perasaan. Senantiasalah mengembalikan segala ujian dan kesulitan kepada perlindungan Allah.
 
****                     .                      

Selasa, 16 Desember 2014

10 Jenis Shalat Yang Tidak Diterima Allah (Dari Islampos)

10 Jenis Shalat Yang Tidak Diterima Allah

RASULULLAH shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Islam dibangun di atas lima hal; bersaksi bahwa tidak ada sesembahan  yang berhak disembah dengan benar kecuali Allâh dan Nabi Muhammad adalah utusan Allâh, menegakkan shalat….”  (HR Bukhâri dan Muslim).

Seorang Muslim tentu sudah paham betul bahwa shalat merupakan tiang dari dien ini. Oleh karena itu, ketika muadzin mengumandangkan adzan, kaum muslimin berbondong-bondong mendatangi rumah-rumah Allâh Ta’ala, mengambil air wudhu, kemudian berbaris rapi di belakang imam shalat mereka. Mulailah kaum muslimin tenggelam dalam dialog dengan Allâh Ta’ala dan begitu khusyu’ menikmati shalat sampai imam mengucapkan salam. Dan setelah usai, masing-masing kembali pada aktifitasnya.

Imam Hasan al-Bashri rahimahullâh pernah mengatakan: “Wahai, anak manusia. Shalat adalah perkara yang dapat menghalangimu dari maksiat dan kemungkaran. Jika shalat tidak menghalangimu dari kemaksiatan dan kemungkaran, maka hakikatnya engkau belum shalat”.

Dalam kesempatan lain, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Barang siapa yang memelihara shalat, maka shalat itu sebagai cahaya baginya, petunjuk dan jalan selamat dan barangsiapa yang tidak memelihara shalat, maka sesungguhnya shalat itu tidak menjadi cahaya, dan tidak juga menjadi petunjuk dan jalan selamat baginya.” 

Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda juga bersabda bahwa: “10 orang shalatnya tidak diterima oleh Allah swt, di antaranya:
1. Lelaki yang shalat sendirian tanpa membaca sesuatu.
2. Lelaki yang mengerjakan shalat tetapi tidak mengeluarkan zakat.
3. Lelaki yang menjadi imam, padahal orang yang menjadi makmum membencinya.
4. Lelaki yang melarikan diri.
5. Lelaki yang minum arak tanpa mau meninggalkannya (taubat).
6. Perempuan yang suaminya marah kepadanya.
7. Perempuan yang mengerjakan shalat tanpa memakai tudung.
8. Imam atau pemimpin yang sombong dan zalim menganiaya.
9. Orang-orang yang suka makan riba’.
10. Orang yang shalatnya tidak dapat menahannya dari melakukan perbuatan yang keji dan munkar.”

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa yang shalatnya itu tidak dapat menahannya dari melakukan perbuatan keji dan mungkar, maka sesungguhnya shalatnya itu hanya menambahkan kemurkaan Allah subnahu wa ta'ala dan jauh dari Allah.” Hassan r. a berkata : “Kalau shalat kamu itu tidak dapat menahan kamu dari melakukan perbuatan mungkar dan keji, maka sesungguhnya kamu dianggap orang yang tidak mengerjakan shalat. Dan pada hari kiamat nanti shalatmu itu akan dilemparkan  ke arah mukamu seperti satu bungkusan kain tebal yang buruk.” 

[sa/islampos/berbagaisumber]

****

Rabu, 10 Desember 2014

Begini Bentuk-bentuk Riya' Terselubung (Dari Islampos)

Begini Bentuk-bentuk Riya’ Terselubung

Selasa 16 Safar 1436 / 9 December 2014 11:19

Oleh: Abu Abdilmuhsin Firanda Andirja, MA

SYAITAN tidak berhenti berusaha menjadikan amalan anak Adam tidak bernilai di sisi Allah. Diantara cara jitu syaitan adalah menjerumuskan anak Adam dalam berbagai model riyaa’. Sehingga sebagian orang “kreatif” dalam melakukan riyaa’, yaitu riyaa’ yang sangat halus dan terselubung. Diantara contoh kreatif riyaa’ tersebut adalah :

Ke-1. Seseorang menceritakan keburukan orang lain, seperti pelitnya orang lain, atau malas sholat malamnya, tidak rajin menuntut ilmu, dengan maksud agar para pendengar paham bahwasanya ia tidaklah demikian. Ia adalah seorang yang dermawan, rajin sholat malam, dan rajin menuntut ilmu. Secara tersirat ia ingin para pendengar mengetahui akan amal ibadahnya.

Model yang pertama ini adalah model riya’ terselubung yang terburuk, dimana ia telah terjerumus dalam dua dosa, yaitu mengghibahi saudaranya dan riyaa’, dan keduanya merupakan dosa besar. Selain itu ia telah menjadikan saudaranya yang ia ghibahi menjadi korban demi memamerkan amalan sholehnya.

Ke-2: Seseorang menceritakan nikmat dan karunia yang banyak yang telah Allah berikan kepadanya, akan tetapi dengan maksud agar para pendengar paham bahwa ia adalah seorang yang sholeh, karenanya ia berhak untuk dimuliakan oleh Allah dengan memberikan banyak karunia kepadanya.

Ke-3: Memuji gurunya dengan pujian setinggi langit agar ia juga terkena imbas pujian tersebut, karena ia adalah murid sang guru yang ia puji setinggi langit tersebut. Pada hakikatnya ia sedang berusaha untuk memuji dirinya sendiri, bahkan terkadang ia memuji secara langsung tanpa ia sadari. Seperti ia mengatakan, “Syaikh Fulan / Ustadz Fulan…luar biasa ilmunya…, sangat tinggi ilmunya mengalahkan syaikh-syaikh/ustadz-ustadz yang lain. Alhamdulillah saya telah menimba ilmunya tersebut selama sekian tahun…”

Ke-4: Merendahkan diri tapi dalam rangka untuk riyaa’, agar dipuji bahwasanya ia adalah seorang yang low profile. Inilah yang disebut dengan “Merendahkan diri demi meninggikan mutu.”

Ke-5: Menyatakan kegembiraan akan keberhasilan dakwah, seperti banyaknya orang yang menghadiri pengajian, atau banyaknya orang yang mendapatkan hidayah dan sadar, akan tetapi dengan niat untuk menunjukkan bahwasanya keberhasilan tersebut karena kepintaran dia dalam berdakwah.

Ke-6: Ia menyebutkan bahwasanya orang-orang yang menyelisihinya mendapatkan musibah. Ia ingin menjelaskan bahwasanya ia adalah seorang wali Allah yang barang siapa yang mengganggunya akan disiksa atau diadzab oleh Allah.

Ini adalah bentuk tazkiyah (merekomendasi) diri sendiri yang terselubung.

Ke-7: Ia menunjukkan dan memamerkan kedekatannya terhadap para dai/ustadz, seakan-akan bahwa dengan dekatnya dia dengan para ustadz menunjukkan ia adalah orang yang sholeh dan disenangi para ustadz. Padahal kemuliaan di sisi Allah bukan diukur dari dekatnya seseorang terhadap ustadz atau syaikh, akan tetapi dari ketakwaan. Ternyata kedekatan terhadap ustadz juga bisa menjadi ajang pamer dan persaingan.

Ke-8: Seseorang yang berpoligami lalu ia memamerkan poligaminya tersebut. Jika ia berkenalan dengan orang lain, serta merta ia sebutkan bahwasanya istrinya ada 2 atau 3 atau 4. Ia berdalih ingin menyiarkan sunnah, akan tetapi ternyata dalam hatinya ingin pamer. Poligami merupakan ibadah, maka memamerkan ibadah juga termasuk dalam riyaa’.

Inilah sebagian bentuk riyaa’ terselubung, semoga Allah melindungi kita dari terjerumus dalam bentuk-bentuk riyaa’ terselubung tersebut. Tidak perlu kita menuduh orang terjerumus dalam riyaa’ akan tetapi tujuan kita adalah untuk mengoreksi diri sendiri.
Hanya kepada Allah-lah tempat meminta hidayah dan taufiiq. 

****

Senin, 08 Desember 2014

10 Kesilapan Besar Yang Dilakukan Oleh Istri Terhadap Suami (Dari Tulisan Orang Lain)

10 Kesilapan Besar Yang Dilakukan Oleh Istri Terhadap Suami
(Dari Tulisan Orang Lain) 

Rumahtangga adalah satu bentuk hubungan mesra diantara seorang lelaki dan wanita sebagai suami dan isteri dalam perjalanan menuju kebahagiaan dalam kehidupan dan untuk mendapatkan redha Allah.



Tetapi ramai yang tidak menyedari akan beberapa perkara yang merupakan satu kesilapan besar dilakukan oleh isteri terhadap suami mereka.



Antara kesilapan tersebut adalah seperti berikut:



1. Menuntut keluarga yang ideal dan sempurna



Sebelum menikah, seorang wanita membayangkan pernikahan yang begitu indah, kehidupan yang sangat romantis sebagaimana ia baca dalam novel maupun ia saksikan dalam sinetron-sinetron.



Ia memiliki gambaran yang sangat ideal dari sebuah pernikahan. Kelelahan yang sangat, capek, masalah keuangan, dan segudang problematika di dalam sebuah keluarga luput dari gambaran nya.



Ia hanya membayangkan yang indah-indah dan enak-enak dalam sebuah perkawinan.



Akhirnya, ketika ia harus menghadapi semua itu, ia tidak siap. Ia kurang bisa menerima keadaan, hal ini terjadi berlarut-larut, ia selalu saja menuntut suaminya agar keluarga yang mereka bina sesuai dengan gambaran ideal yang senantiasa ia impikan sejak muda.



Seorang wanita yang hendak menikah, alangkah baiknya jika ia melihat lembaga perkawinan dengan pemahaman yang utuh, tidak sepotong-potong, romantika keluarga beserta problematika yang ada di dalamnya.



2. Nusyus (tidak taat kepada suami)



Nusyus adalah sikap membangkang, tidak patuh dan tidak taat kepada suami. Wanita yang melakukan nusyus adalah wanita yang melawan suami, melanggar perintahnya, tidak taat kepadanya, dan tidak ridha pada kedudukan yang Allah Subhanahu wa Ta’ala telah tetapkan untuknya.



Nusyus memiliki beberapa bentuk, diantaranya adalah:




  • Menolak ajakan suami ketika mengajaknya ke tempat tidur, dengan terang-terangan maupun secara samar.
  • Mengkhianati suami, misalnya dengan menjalin hubungan gelap dengan pria lain.
  • Memasukkan seseorang yang tidak disenangi suami ke dalam rumah
  • Lalai dalam melayani suami
  • Mubazir dan menghambur-hamburkan uang pada yang bukan tempatnya
  • Menyakiti suami dengan tutur kata yang buruk, mencela, dan mengejeknya
  • Keluar rumah tanpa izin suami
  • Menyebarkan dan mencela rahasia-rahasia suami.




Seorang istri shalihah akan senantiasa menempatkan ketaatan kepada suami di atas segala-galanya. Tentu saja bukan ketaatan dalam kedurhakaan kepada Allah, karena tidak ada ketaatan dalam maksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ia akan taat kapan pun, dalam situasi apapun, senang maupun susah, lapang maupun sempit, suka ataupun duka.



Ketaatan istri seperti ini sangat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan cinta dan memelihara kesetiaan suami.



3. Tidak menyukai keluarga suami



Terkadang seorang istri menginginkan agar seluruh perhatian dan kasih sayang sang suami hanya tercurah pada dirinya. Tak boleh sedikit pun waktu dan perhatian diberikan kepada selainnya. Termasuk juga kepada orang tua suami.



Padahal, di satu sisi, suami harus berbakti dan memuliakan orang tuanya, terlebih ibunya.

Salah satu bentuknya adalah cemburu terhadap ibu mertuanya.



Ia menganggap ibu mertua sebagai pesaing utama dalam mendapatkan cinta, perhatian, dan kasih sayang suami. Terkadang, sebagian istri berani menghina dan melecehkan orang tua suami, bahkan ia tak jarang berusaha merayu suami untuk berbuat durhaka kepada orang tuanya.



Terkadang istri sengaja mencari-cari kesalahan dan kelemahan orang tua dan keluarga suami, atau membesar-besarkan suatu masalah, bahkan tak segan untuk memfitnah keluarga suami.



Ada juga seorang istri yang menuntut suaminya agar lebih menyukai keluarga istri, ia berusaha menjauhkan suami dari keluarganya dengan berbagai cara.



Ikatan pernikahan bukan hanya menyatukan dua insan dalam sebuah lembaga pernikahan, namun juga ‘pernikahan antar keluarga’. Kedua orang tua suami adalah orang tua istri, keluarga suami adalah keluarga istri, demikian sebaliknya. Menjalin hubungan baik dengan keluarga suami merupakan salah satu keharmonisan keluarga. Suami akan merasa tenang dan bahagia jika istrinya mampu memposisikan dirinya dalam kelurga suami. Hal ini akan menambah cinta dan kasih sayang suami.



4. Tidak menjaga penampilan



Terkadang, seorang istri berhias, berdandan, dan mengenakan pakaian yang indah hanya ketika ia keluar rumah, ketika hendak bepergian, menghadiri undangan, ke kantor, mengunjungi saudara maupun teman-temannya, pergi ke tempat perbelanjaan, atau ketika ada acara lainnya di luar rumah.



Keadaan ini sungguh terbalik ketika ia di depan suaminya. Ia tidak peduli dengan tubuhnya yang kotor, cukup hanya mengenakan pakaian seadanya: terkadang kotor, lusuh, dan berbau, rambutnya kusut masai, ia juga hanya mencukupkan dengan aroma dapur yang menyengat.



Jika keadaan ini terus menerus dipelihara oleh istri, jangan heran jika suami tidak betah di rumah, ia lebih suka menghabiskan waktunya di luar ketimbang di rumah. Semestinya, berhias lebih ditujukan untuk suami. Janganlah keindahan yang telah dianugerahkan oleh Allah diberikan kepada orang lain, padahal suami nya di rumah lebih berhak untuk itu.



5. Kurang berterima kasih



Tidak jarang, seorang suami tidak mampu memenuhi keinginan sang istri. Apa yang diberikan suami jauh dari apa yang ia harapkan. Ia tidak puas dengan apa yang diberikan suami, meskipun suaminya sudah berusaha secara maksimal untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan keinginan-keinginan istrinya.



Istri kurang bahkan tidak memiliki rasa terima kasih kepada suaminya. Ia tidak bersyukur atas karunia Allah yang diberikan kepadanya lewat suaminya. Ia senantiasa merasa sempit dan kekurangan. Sifat qana’ah dan ridha terhadap apa yang diberikan Allah kepadanya sangat jauh dari dirinya.



Seorang istri yang shalihah tentunya mampu memahami keterbatasan kemampuan suami. Ia tidak akan membebani suami dengan sesuatu yang tidak mampu dilakukan suami. Ia akan berterima kasih dan mensyukuri apa yang telah diberikan suami. Ia bersyukur atas nikmat yang dikaruniakan Allah kepadanya, dengan bersyukur, insya Allah, nikmat Allah akan bertambah.



'Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih.' (Surah Ibrahim (14) ayat 7)



6. Mengingkari kebaikan suami



'Wanita merupakan mayoritas penduduk neraka.'



Demikian disampaikan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam setelah shalat gerhana ketika terjadi gerhana matahari.



Ajaib !! wanita sangat dimuliakan di mata Islam, bahkan seorang ibu memperoleh hak untuk dihormati tiga kali lebih besar ketimbang ayah. Sosok yang dimuliakan, namun malah menjadi penghuni mayoritas neraka. Bagaimana ini terjadi?



'Karena kekufuran mereka,' jawab Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ketika para sabahat bertanya mengapa hal itu bisa terjadi. Apakah mereka mengingkari Allah?



Bukan, mereka tidak mengingkari Allah, tapi mereka mengingkari suami dan kebaikan-kebaikan yang telah diperbuat suaminya. Andaikata seorang suami berbuat kebaikan sepanjang masa, kemudian seorang istri melihat sesuatu yang tidak disenanginya dari seorang suami, maka si istri akan mengatakan bahwa ia tidak melihat kebaikan sedikitpun dari suaminya. Demikian penjelasan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam hadits yang diriwayatkan Bukhari (5197).



Mengingkari suami dan kebaikan-kebaikan yang telah dilakukan suami!!



Inilah penyebab banyaknya kaum wanita berada di dalam neraka. Mari kita lihat diri setiap kita, kita saling introspeksi, apa dan bagaimana yang telah kita lakukan kepada suami-suami kita?



Jika kita terbebas dari yang demikian, alhamdulillah. Itulah yang kita harapkan. Berita gembira untukmu wahai saudariku.



Namun jika tidak, kita (sering) mengingkari suami, mengingkari kebaikan-kebaikannya, maka berhati-hatilah dengan apa yang telah disinyalir oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Bertobat,  satu-satunya pilihan utuk terhindar dari pedihnya siksa neraka. Selama matahari belum terbit dari barat, atau nafas telah ada di kerongkongan,  masih ada waktu untuk bertobat. Tapi mengapa mesti nanti? Mengapa mesti menunggu sakaratul maut?



Janganlah engkau katakan besok dan besok wahai saudariku; kejarlah ajalmu,  bukankah engkau tidak tahu kapan engkau akan menemui Robb mu?



'Tidaklah seorang isteri yang menyakiti suaminya di dunia, melainkan isterinya (di akhirat kelak): bidadari yang menjadi pasangan suaminya (berkata): 'Jangan engkau menyakitinya, kelak kamu dimurkai Allah, seorang suami begimu hanyalah seorang tamu yang bisa segera berpisah dengan kamu menuju kami.' (HR. At Tirmidzi, hasan)



Wahai saudariku, mari kita lihat, apa yang telah kita lakukan selama ini , jangan pernah bosan dan henti untuk introspeksi diri,  jangan sampai apa yang kita lakukan tanpa kita sadari membawa kita kepada neraka, yang kedahsyatannya tentu sudah kalian ketahui.



Jika suatu saat, muncul sesuatu yang tidak kita sukai dari suami; janganlah kita mengingkari dan melupakan semua kebaikan yang telah suami kita lakukan.



'Maka lihatlah kedudukanmu di sisinya. Sesungguhnya suamimu adalah surga dan nerakamu.' (HR.Ahmad)



7. Mengungkit-ungkit kebaikan



Setiap orang tentunya memiliki kebaikan, tak terkecuali seorang istri. Yang jadi masalah adalah jika seorang istri menyebut kebaikan-kebaikannya di depan suami dalam rangka mengungkit-ungkit kebaikannya semata.

'Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima).' [Al Baqarah: 264]



Abu Dzar radhiyallahu ‘Anhu meriwayatkan, bahwasanya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, 'Ada tiga kelompok manusia dimana Allah tidak akan berbicara dan tak akan memandang mereka pada hari kiamat. Dia tidak mensucikan mereka dan untuk mereka adzab yang pedih.'



Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu berkata, 'Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakannya sebanyak tiga kali.' Lalu Abu Dzar bertanya, “Siapakah mereka yang rugi itu, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, 'Orang yang menjulurkan kain sarungnya ke bawah mata kaki (isbal), orang yang suka mengungkit-ungkit kebaikannya dan orang yang suka bersumpah palsu ketika menjual.'  [HR. Muslim]



8. Sibuk di luar rumah



Seorang istri terkadang memiliki banyak kesibukan di luar rumah. Kesibukan ini tidak ada salahnya, asalkan mendapat izin suami dan tidak sampai mengabaikan tugas dan tanggung jawabnya.



Jangan sampai aktivitas tersebut melalaikan tanggung jawab nya sebagai seorang istri. Jangan sampai amanah yang sudah dipikulnya terabaikan.



Ketika suami pulang dari mencari nafkah, ia mendapati rumah belum beres, cucian masih menumpuk, hidangan belum siap, anak-anak belum mandi, dan lain sebagainya. Jika hal ini terjadi terus menerus, bisa jadi suami tidak betah di rumah, ia lebih suka menghabiskan waktunya di luar atau di kantor.



9. Cemburu buta



Cemburu merupakan tabiat wanita, ia merupakan suatu ekspresi cinta. Dalam batas-batas tertentu, dapat dikatakan wajar bila seorang istri merasa cemburu dan memendam rasa curiga kepada suami yang jarang berada di rumah. Namun jika rasa cemburu ini berlebihan, melampaui batas, tidak mendasar, dan hanya berasal dari praduga; maka rasa cemburu ini dapat berubah menjadi cemburu yang tercela.



Cemburu yang disyariatkan adalah cemburunya istri terhadap suami karena kemaksiatan yang dilakukannya, misalnya: berzina, mengurangi hak-hak nya, menzhaliminya, atau lebih mendahulukan istri lain ketimbang dirinya. Jika terdapat tanda-tanda yang membenarkan hal ini, maka ini adalah cemburu yang terpuji. Jika hanya dugaan belaka tanpa fakta dan bukti, maka ini adalah cemburu yang tercela.



Jika kecurigaan istri berlebihan, tidak berdasar pada fakta dan bukti, cemburu buta, hal ini tentunya akan mengundang kekesalan dan kejengkelan suami. Ia tidak akan pernah merasa nyaman ketika ada di rumah. Bahkan, tidak menutup kemungkinan, kejengkelannya akan dilampiaskan dengan cara melakukan apa yang disangkakan istri kepada dirinya.



10. Kurang menjaga perasaan suami



Kepekaan suami maupun istri terhadap perasaan pasangannya sangat diperlukan untuk menghindari terjadinya konflik, kesalahpahaman, dan ketersinggungan.



Seorang istri hendaknya senantiasa berhati-hati dalam setiap ucapan dan perbuatannya agar tidak menyakiti perasaan suami, ia mampu menjaga lisannya dari kebiasaan mencaci, berkata keras, dan mengkritik dengan cara memojokkan. Istri selalu berusaha untuk menampakkan wajah yang ramah, menyenangkan, tidak bermuka masam, dan menyejukkan ketika dipandang suaminya.



Demikian beberapa kesalahan-kesalahan istri yang terkadang dilakukan kepada suami yang seyogyanya kita hindari agar suami semakin sayang pada setiap istri. Semoga keluarga kita menjadi keluarga yang sakinah, mawadah, warahmah.



Aamiiin.



Semoga bermanfaat.

(Penulis karangan ini tidak saya ketahui..... 

Muhammad Dafiq Saib) 

****

Senin, 01 Desember 2014

Sebuah Acara Reuni

Sebuah Acara Reuni

Hari Minggu kemarin aku ke Bandung lagi, setelah minggu sebelumnya menghadiri undangan walimahan anak seorang sahabat sekampung di kota itu. Ke Bandung Ahad kemarin itu dalam rangka sebuah acara reunian. Sebenarnya, aku bukan seorang yang terlalu akrab dengan acara reunian ini. Berbeda dengan anak-anak yang punya bermacam-macam perkumpulan untuk ber-reuni, mulai dari reuni teman SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi, yang bahkan adakalanya dilakukan secara berkala. 

Reunian yang aku hadiri kemarin itu bukan untuk perkumpulan sekolah, melainkan perkumpulan grup kesenian. Nama grup itu adalah Sabai Nan Aluih. Aku ikut bergabung  dalam grup ini di tahun 1970, ketika baru datang di Bandung. Kegiatan Sabai Nan Aluih adalah melakukan pertunjukan kesenian tari-tarian, terutamanya tari-tarian dari Minangkabau. 

Ketika sampai di Bandung di pertengahan tahun 1970, aku yang berstatus tamatan SMA tapi pengangguran (belum kuliah), dianjurkan seorang kakak sepupu untuk ikut serta di grup tersebut. Pada awalnya aku geli membayangkan ikut menari, karena dalam bayanganku tari menari itu adalah pekerjaan wanita. Tapi setelah beberapa kali menyaksikan mereka latihan, akhirnya aku bersedia ikut. Karena anggota penari itu adalah mahasiswa-mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Bandung.

Ikut dalam grup Sabai Nan Aluih bisa dikatakan hanya untuk saling berkumpul dalam latihan dan pertunjukan. Kami pernah diundang untuk mengadakan pertunjukan tari-tarian itu ke AKABRI di Magelang, ke Hotel Samudera Beach di Pelabuhan Ratu, ke Jakarta dan di berbebagai gedung di kota Bandung sendiri. Tidak ada pembagian uang atau honor. Kalaupun grup ini dapat bayaran dari si pengundang, uangnya biasanya dipakai untuk biaya latihan, untuk konsumsi selama latihan. Bahkan, seringkali para pengurus yang turun tangan untuk membeli konsumsi latihan. 

Anggota grup penari tentu saja terdiri dari anak-anak muda, pria dan wanita. Yang hebatnya, tidak ada yang terlibat dalam hubungan asmara di antara kami. Tidak ada yang saling berpacaran. Kami saling akrab seperti orang-orang bersaudara saja.

Aku tidak ingat kenapa Grup Kesenian ini tiba-tiba menghilang. Seingatku, kami masih pernah berkumpul-kumpul sampai tahun 1972, dan setelah itu tidak ada lagi.

Sekitar dua bulan yang lalu aku ditelpon oleh seorang pengurus Sabai Nan Aluih 40 tahun lebih yang lalu itu, memberitahu rencana reunian. Aku berjanji insya Allah akan hadir. Dan itulah yang terjadi kemarin tanggal 30 November. Kami berkumpul di rumah salah seorang anggota grup, seorang dokter, di Geger Kalong. Berkumpul sekitar 40an orang yang sudah tidak pernah saling berjumpa. Semuanya sudah jadi kakek-kakek dan nenek-nenek. Ada yang masih langsung bisa dikenal, dan banyak pula yang harus mengulangi perkenalan untuk akhirnya ingat kembali.

Sebuah acara kumpul-kumpul yang menarik.

****                       

Selasa, 25 November 2014

Urusan Kampung Tangah Di Kampung

Urusan Kampung Tangah Di Kampung

Satu ketika dulu, kita biasa mengatakan, enak tinggal di kampung (maksudnya di Ranah Minang) karena apa-apa murah harganya. Berbelanja murah ini terasa bagi mereka yang datang dari Jakarta, atau orang-orang (karyawan Caltex) yang datang dari Riau. Atau katakanlah oleh orang-orang berduit.

Kebalikannya, ada pula yang mengeluh bahwa mereka merasa kena pakuak alias membayar terlalu mahal di rumah makan di kampung. Salah satu penyebabnya adalah, kebiasaan baru menghitung harga sesudah belanjaan masuk ke dalam perut.

Tersebutlah sebuah kejadian, ketika dua orang teman makan dengan cara biasa-biasa dalam arti tidak berlebih-lebihan di sebuah rumah makan di tengah kota. Katakan masing-masing makan dua potong lauk, sepotong tunjang dan sepotong dendeng paru. Yang lainnya sepotong rendang dan telor dadar. Sayur cubadak dikongsi satu piring berdua. Masing-masing minum teh es manis segelas. Itu saja. Waktu disuruh hitung pelayan rumah makan itu dengan tangkas mencoret-coret di kertas bon. Dan ketika kertas bon dibawa ke kasir dia sebutkan harga yang harus dibayar 190 ribu rupiah. Harga ini tidak bisa dikatakan murah. 

Kebanyakan orang biasanya malas untuk bertanya, bagaimana rincian sampai sebanyak itu. Walaupun seharusnya tidak perlu merasa malu untuk minta penjelasan. Setelah keluar dari rumah makan tersebut, dihitung-hitung dalam hati. Seandainya sepotong lauk dihargai 20,000 rupiah (di Restoran Padang terkenal di Jakarta saja tidak sampai semahal itu), maka empat potong lauk ditambah sepiring sayur cubadak belum akan sampai seratus ribu. Lalu dua piring nasi plus nasi tambah, terakhir dua gelas teh manis, masakan akan dihargai hampir seratus ribu pula?  

Waktu pulang kampung pekan lalu, aku menyempatkan (karena memang menyukai) mampir di kedai nasi Kapau 'uni' Lis di Pasa Ateh. Kami berempat orang, masing-masing makan dengan sepotong lauk. Tiga orang minta nasi tambah. Waktu membayar mula-mula dikatakan harganya Rp 98 ribu. Dalam hatiku, ini masih harga biasa seperti setahun yang lalu, ketika aku makan berdua saja dengan istri tidak sampai Rp 50 ribu. Tapi ternyata 'uni' kasir salah hitung. Harga Rp 98 ribu adalah untuk bertiga, padahal kami berempat. Dijelaskannya lagi bahwa sepiring nasi dan sepotong lauk harganya Rp 30 ribu. Tidak mengapa, karena harga  rinciannya jelas. 

Besoknya, kami berempat singgah makan sate mak Syukur di Padangpanjang. Yang di tengah pasar, bukan yang di pinggir jalan raya Padang - Bukit Tinggi. Ada terpampang tarif yang ditempel dekat gerobak sate. Harga satu piring sate Rp 22 ribu, setengah piring Rp 14 ribu. Untuk kami dihidangkan sepiring sate terpisah (tidak tahu berapa tusuk jumlahnya) dan masing-masing satu piring ketupat yang sudah dikuahi. Dugaanku, jumlah sate itu sekitar 40 tusuk. Sepiring sate tanpa dipisah dengan ketupat biasanya terdiri dari 8 tusuk daging. Waktu akan membayar orang kedai menanyakan berapa harga sate ke tukang sate, karena minuman dan kueh-kueh dihitung terpisah. Jawabnya, Rp 124 ribu. 

Malu pula untuk bertanya. Tapi aku menduga-duga, mungkin jumlah sate yang dihidangkan terpisah setara dengan 5 porsi alias 40 tusuk. Kalau begitupun, kata salah seorang di antara kami setelah kami pergi dari kedai itu, harusnya harganya baru 5 x Rp 22 ribu seperti yang tertulis di gerobak sate. Jadi bagaimana perhitungan sebenarnya, tidak ada di antara kami yang tahu, karena tidak bertanya. 

Memang seyogianya, pemilik rumah makan menyediakan daftar harga. Dan pembeli, kalau merasa ada yang kurang jelas, jangan malu untuk bertanya.

****