Sabtu, 01 Juni 2013

Engkau Adalah Keranjang Dosa, Banyak-banyaklah Beristighfar

Engkau Adalah Keranjang Dosa, Banyak-banyaklah Beristighfar 

Engkau adalah keranjang dosa. Bagaimana tidak, sejak dari membuka mata di pagi hari engkau telah berbuat dosa kepada Allah. Engkau bermalas-malas bahkan menarik selimutmu ketika muatzin meneriakkan bahwa shalat menyembah Allah lebih baik dari pada tidur. Lama kemudian. Engkau terbangun juga ketika matamu sendiri akhirnya kelelahan setelah terpicing cukup lama. Ketika itu mungkin matahari sudah mulai naik. Tidak ada kau ingat sedikitpun dengan nikmat yang kau dapatkan, kembali dihidupkan setelah ruhmu diistirahatkan dalam tidurmu. Kau bergerak ke kamar mandi dengan senyap. Kau membasuh muka dengan senyap. Kau membuang hajat dengan senyap. Bagi kau semua itu hanya sebuah rutinitas yang memang harus begitu. Itu saja. Tak pernah kau sadari bahwa rutinitas yang kau lalui itu adalah anugerah dan karunia Allah.

Atau...... kalaupun kau terbangun ketika azan dikumandangkan. Kalaupun kau datangi suara azan itu. Kalaupun kau tegak bersama di dalam shaf shalat subuh. Lalu kau pulang. Lalu kau nyalakan televisi. Muncullah aneka tayangan iklan. Dengan wajah ayu yang seronok. Bahkan di tengah acara pengajian sekalipun. Pengajian oleh ustadz kondang atau ustadz seleb. Banyak tayangan (iklan) yang sebenarnya tidak layak kau pelototi. Tapi itulah kau. Kau adalah keranjang dosa. Yang kau lakukan sengaja atau tidak sengaja. Kau senantiasa berdosa.

Atau kau tidak menyalakan tv sepulang dari mesjid. Tapi kau nyalakan laptop atau PC. Segera saja setelah kau terhubungkan melalui 'window'. Kembalilah muncul tayangan atau gambar yang akan mengumbar angan-angan. Apalagi kalau kau salah-salah 'klik'. Muncullah aneka macam pertunjukan 'neraka'. Semua ada di depan mata di dalam kamar yang tidak ada siapa yang mengintip selain dirimu. Kau bisa terpuruk ke dalam dosa. 

Lalu kau bersiap meninggalkan tempat tinggalmu menuju ladang tempat kau mencari nafkah. Kau lalui jalan yang macet dan sumpek. Di depan matamu terpajang beraneka macam tingkah polah anak manusia. Yang jantan dan betina dalam segala keakuannya. Ya, kau tidak melirik ke sana dan ke sini? Benarkah? Kadangkala matamu hinggap di sosok berpakaian muslimah. Anggun dan...... memikat kata hatimu. Dia itu anggun dan cantik. Terlihat wajahnya yang manis walau sekejap. Itulah sebuah lagi dosa. Yang entah kau sengaja ataupun tidak.

Dan ketika  kau memaki karena kendaraanmu disrobot. Itulah dosa yang lain. Ketika sampai di kantor tempat kau sehari-hari bekerja. Betapa banyaknya lahan untuk tertipu di sana. Baik oleh mata, pendengaran dan mulutmu sendiri. Ketika disengaja atau tidak kau gunjingkan seseorang. Sengaja atau tidak kau dengarkan dengan seksama ghibah di kiri dan kananmu. Atau kau lirik wajah sekretaris orang lain yang sendu. 

Di ruang rapat ada dosa. Di ruang makan siang ada dosa. Bahkan di mushala tempat kau melaksanakan shalat berjamaah, ketika hatimu mendongkol karena gerakan imam yang menurut kau terlalu pelan dan lama. 

Sesudah tumpukan dan karangan dosa sejak pagi hari, kau beranjak pulang. Di sepanjang jalan terulang kembali berbagai pemandangan. Berbagai keluhan dan makian. Berbagai tipuan. Seperti ketika kau mendengarkan hentaman musik antah berantah di kendaraanmu dan kau ikut menghentam-hentam lupa daratan.

Di rumah kau marah karena lampu mati lalu kau memaki. Atau di rumah tak kau dapati istri yang ternyata sedang sibuk dengan urusannya pula dan kau merasa biasa-biasa saja. Itupun dosa. Tidakkah kau menyadarinya?

Waktumu masih beribu detik sebelum kau menggolekkan badan untuk beristirahat. Ribuan detik yang penuh dengan cabaran dan tantangan untuk kembali dan kembali lagi berdosa. Entah dosa melalui media yang manapun. Meskipun kau telah melaksanakan shalatmu. Meskipun kau telah beusaha menghindar. Dirimu tetap keranjang dosa. Yang berbuat dosa sangat banyak dari sehari ke sehari. Maka kalau kau ingin selamat. Banyak-banyaklah kau beristighfar. Meminta ampunan Allah........

*****                                      

Tidak ada komentar:

Posting Komentar