Minggu, 20 Februari 2011

Rukun Belanja

Guyonan Ustad (Yang Boleh Jugalah).....

Seorang ustad, dalam rangkaian ceramah Maulud Nabi bercerita tentang betapa konsumtifnya masyarakat kita. Betapa mudahnya masyarakat dirayu-rayu oleh iklan. Sehingga orang berbelanja tidak berdasarkan kebutuhan tapi lebih dikarenakan terpojok oleh rayuan iklan. Iklan produk baru, iklan potongan harga, iklan belanja mendapat hadiah........

Orang berbelanja meski sebenarnya tidak ada niat sebelumnya. Padahal, niat adalah bagian penting dari setiap perbuatan. Dari setiap amal. Niat itu bahkan menjadi rukun. Wudhuk yang tidak disertai niat jadi tidak sah. Begitu juga dengan shalat. Sehingga ada orang yang mungkin untuk keberhati-hatian melafalkan (membaca) niat shalat dengan ushshalli. Niat itu adalah yang terbetik dalam hati, lalu diusahakan untuk melaksanakannya. Rasululllah SAW bersabda; Innamal a'malu biniyyat. Sesungguhnya setiap amal itu (tergantung) niatnya.

Pergi berbelanja ke pasar seolah-olah adalah sesuatu yang sederhana. Tapi banyak ibu-ibu yang menyepelekan rukun-rukunnya, akhirnya terjebak dalam pemborosan. Berbelanja ke mall, tanpa niat, tanpa rencana yang jelas, tanpa pertimbangan, maka yang terjadi adalah pemborosan. Ambil barang yang tidak perlu hanya karena ada diskon. Atau beli sesuatu karena iming-iming undian berhadiah. Akhirnya mubazir. Sedangkan mubazir itu adalah kawannya syaithan.

Wah! Berbelanja juga ada rukunnya? Harus dengan niat? (Jelas bahwa sang ustad ini tidak penganut atau penganjur window shopping.)

Ternyata, menurut ustad tersebut memang harus demikian. Mau pergi berbelanja ke pasar  harus dengan niat. Dan yang sebaik-baik niat tentu yang disesuaikan dengan keperluan. Maka ke pasar itu mempunyai empat rukun lain di samping niat. Tidak sah urusan ke pasar, atau setidak-tidaknya jadi tidak karu-karuan hasilnya jika rukunnya tidak sempurna. Rukun pertama, mengetahui keperluan kunjungan ke pasar tersebut. Jelas apa yang mau dibeli. Bahkan diketahui berapa banyak sesuatu itu akan dibeli. Misalnya sekarung beras. Sebotol minyak. Sekilo bawang dan sebagainya. Untuk menjaga rukun yang kedua ini sangat perlu catatan yang jelas agar tidak kacau balau. Yang kedua, pergi ke tempat yang sesuai. Kalau yang mau dibeli sembako tentu harus pergi ke toko sembako. Karena kalau pergi ke tempat orang menjual pecah belah tentu akan gagal total, tidak akan menemukan barang yang dicari. Yang ketiga, pergi pada waktu yang tepat. Pergi di pagi hari kalau pasar itu memang diketahui beraktifitas jual beli di pagi hari. Yang keempat bawa uang secukupnya. Kalau barang yang akan dibeli itu kira-kira (berdasarkan pengalaman) memerlukan uang Rp 100,000, bawalah uang sedikit lebih dari itu. Tapi jangan dibawa sepuluh ribu (pasti tidak cukup) atau satu juta, pasti akan sangat berlebih dan akan tergoda membelanjakan untuk hal-hal yang tidak perlu.

Agar tidak dipengaruhi oleh bisikan dan rayuan 'keburukan' pasar, seperti barang yang dipajang dengan sangat apik dan bagus, pengumuman diskon besar-besaran atau bahkan rayuan langsung penjaga toko, seorang ibu yang bijak hendaklah mohon perlindungan dari Allah atas segala macam rayuan tadi. 

Begitu tip berbelanja menurut sang ustad......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar