Minggu, 17 Juni 2012

Kita Tak Pernah Lepas Dari Penjajahan Barat

Kita Tak Pernah Lepas Dari Penjajahan Barat 

Seorang teman di miling list berkomentar seperti di atas. Kita, sebagai bangsa tidak pernah mau lepas dari pengaruh dan intimidasi Barat. Dalam hal apa saja. Dan ternyata memang begitu adanya, entah kita sadar atau tidak. Lihatlah betapa kita terkagum-kagum dengan segala apa yang datang dari Barat. Budaya (termasuk tontonan, kesenian dan musik), makanan, olah raga dan sebagainya. Kita senang sekali jadi 'pak tiru'. Kita merasa kurang pas kalau tidak meniru atau setidak-tidaknya mengagumi sesatu yang datang dari Barat. 

Tidak percaya? Lihatlah betapa banyaknya (meski aku tidak tahu seberapa banyak tepatnya) orang yang sibuk dengan piala Euro di Eropah sana. Yang bertanding negara-negara Eropah. Yang bermain orang-orang Eropah. Tempatnya nun jauh di Polandia sana. Tapi di sini orang ikut sibuk. Bahkan perlu bergadang setiap malam untuk menyaksikan pertunjukan yang mengagumkan itu. Piala Copa Amerika juga ada, tapi gaungnya tidak sehebat piala Euro. Apa lagi piala Pan Afrika. Tidak ada terdengar yang berminat karena hampir tidak ada diberitakan.

Tidak percaya juga? Lihatlah betapa sibuknya persiapan (diikuti pro dan kontra) pertunjukan Lady Gaga. Entah siapa anak manusia yang satu ini. Entah apa istimewanya. Tapi perlu pembahasan panjang lebar, setuju dan tidak setuju atas kehadirannya. Yang ternyata akhirnya gagal. Betapa banyak yang menggerutu sesudah itu. Rasanya terganggu betul pelampiasan nafsu menonton pertunjukan spektakuler itu.

Mau tahu lagi pengaruh makanan? KFC (ayam goreng ala Kolonel Sanders) ada sampai ke kota-kota kecil. Begitu pula Pizzahut. Jangan ditanya tentang minuman Coca Cola, Fanta, Sprite dan sebagainya. Ada emak-emak yang menabung untuk bisa memawa anak-anaknya mencicipi ayam KFC di Bukit Tinggi. Memang apa sih istimewanya? Ah, tidak istimewa-istimewa sangat. Tapi kepingin saja. Agar jangan sampai orang ber KFC, lalu awak tidak. Nah begitu, katanya.

Mungkin tidak melulu yang dari Barat secara harfiah. Kita secara sadar juga menjadi pengagum dan pemakai barang buatan Jepang, Cina dan Korea. Apa saja yang mereka jual, kita terbuai untuk membelinya. Barang-barang elektronik, mesin-mesin, kamera, pelengkap peralatan dapur, peralatan rumah tangga lainnya. Semua buatan orang, buatan Jepang, Cina atau Korea. Kita adalah pemakai dan pembeli yang baik. 

Makanan Jepang juga ikut merambah masuk dan peminatnya juga semakin meningkat. Lepau Hoka-hoka Bento atau Hanamasa semakin ramai pengunjungnya. Kita memang senang mencoba. Senang mengagumi yang datang dari luar. Atau mungkin karena jenuh dengan penampilan jajanan lokal? Jenuh dengan makanan di restoran Minang yang lauknya kadang-kadang sudah terlanjur pusing karena terlalu sering keluar masuk lemari pajangan? Mungkin juga. Kenapa ya, tidak ada restoran Minang yang meniru lepau Hoka-hoka Bento. Orang antri memilih makanan yang akan dimakannya saja, lalu membayar sebelum menikmatinya. Bisa saja mereka memilih sepotong ayam pop, sepotong dendeng, sesayat gulai tunjang dengan sejemput gulai cubadak, atau beberapa potong gulai rebung. Lalu membawa makanannya dalam nampan ke meja yang dipilihnya. Dan tidak ada lagi gulai panyiang dek suruik lalu ikut terlibat.

Yang terakhir ini hanya tentang makanan saja. Penjajahan dalam bentuk olah raga, budaya, hiburan dan sebagainya tadi, entah bagaimana pula caranya kita bisa mengatasinya. Mungkinkah kita bisa terbebas dari pengaruh-pengaruh asing itu? Entahlah....

*****                                                                                                                                                                               

Tidak ada komentar:

Posting Komentar