Jumat, 30 Maret 2012

BBM

BBM

Bahan bakar minyak, lalu kita singkat BBM. Banyak macamnya, ada bensin, minyak tanah, solar dan sebagainya. Minyak tanah, yang kita kenal sejak dari jaman seisuk, sejak jaman listrik belum masuk kampung. Karena dulu kegunaannya adalah untuk lampu penerangan di kampung-kampung. Sejak dari bahan bakar lampu togok yang asapnya berjelaga menghitamkan hidung, sampai lampu semprong dan lampu strongkeng yang dinyalakan ketika ada perhelatan.  Tapi sekarang, pelan-pelan minyak tanah sudah disingkirkan dari kehidupan kita. Harganya disetarakan dengan harga bensin. Artinya jadi lebih mahal. Padahal selama ini, bagi orang kebanyakan, minyak tanah itu benar-benar digunakan untuk bahan bakar di kompor-kompor di dapur mereka. Sekarang mereka disuruh memakai gas.

Negeri kita boleh sebenarnya bangga karena menghasilkan sendiri BBM. Bahkan pernah dulu kita ikut sebagai negara pengekspor minyak, sebagai anggota OPEC. Banyak negeri-negeri yang tidak punya minyak mentah seperti kita. Sebut saja misalnya Philipina, Jepang, Korea. Sebagian sangat besar dari keperluan minyak mereka harus diimpor. Sejak beberapa tahun terakhir kita juga terpaksa mengimpor karena hasil minyak kita sudah tidak mencukupi.

Kita akrab dengan istilah subsidi. Bensin dijual dengan harga subsidi. Kebanyakan dari kita mungkin hanya pandai mengucapkan kata-kata subsidi tapi tidak faham betul maksudnya. Pemerintah menganggap bahwa mereka (pemerintah) membayarkan selisih harga minyak. Selisih yang mana? Begini maksudnya. Jika minyak itu tidak kita gunakan, tapi dijual ke luar negeri semuanya, maka harganya seratus dollar untuk setiap tong (barrel) yang berisi 159 liter. Sedangkan kalau dijual di dalam negeri lebih murah dari itu.

Berapa selisih harga atau nilai subsidi pemerintah itu sebenarnya? Harga perliter minyak mentah itu bisa kita hitung yakni sebesar, 1/159 x 100 dollar yang adalah sekitar 63 sen dollar atau kalau satu dollar setara dengan sembilan ribu rupiah, maka harga itu sama dengan 5660 rupiah. Itu harga minyak mentah. Untuk menjadi bensin, solar, avtur, minyak tanah atau lain-lainnya, perlu proses dan ada biayanya. Dan biaya ini seolah-olah dipikul pemerintah lalu disebut sebagai subsidi.

Padahal, minyak mentah itu kita ambil dari bumi kita sendiri. Yang perlu diperhitungkan seharusnya hanyalah biaya operasional untuk mengeluarkannya dari bumi ditambah biaya pengolahannya. Bukankah, hasil bumi negeri ini seharusnya diusahakan untuk kesejahteraan masyarakat banyak? Tapi kata pemerintah pula, ternyata yang menggunakan produk minyak bumi tidak semua lapisan masyarakat, melainkan orang-orang berpunya yang memiliki kendaraan bermotor. Sementara rakyat banyak tidak punya kendaraan bermotor. Iya juga sih. Bukankah rakyat banyak dulu menggunakan minyak tanah?

Saat ini sedang ramai-ramainya demonstrasi dari kelompok masyarakat menolak rencana pemerintah untuk menaikkan harga BBM. Bukan apa-apa, karena kenaikan harga BBM pasti akan memicu kenaikan harga-harga kebutuhan hidup lainnya. Karena pengalaman berpuluh kali menunjukkan bahwa kenaikan tarif apa saja dari pihak pemerintah, seperti BBM, listrik, biaya jalan tol, tiket kereta api atau apa saja, pasti akan memicu inflasi dan menyesakkan buat rakyat banyak.

*****

                                              

Tidak ada komentar:

Posting Komentar